Yogyakarta (Antara Bali) - Sebanyak lima gunungan Garebek Maulud yang
diusung abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ke Masjid Gedhe
Kauman ludes dalam sekejap diperebutkan ratusan warga yang menunggu di
halaman masjid.
Sesaat setelah selesai didoakan oleh Penghulu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat KRT Achmad Muhsin Kamaludiningrat di Masjid Gedhe Kauman, ratusan warga yang sudah menunggu di halaman masjid langsung berlari menuju lima gunungan dan memperebutkannya. Kelima gunungan pun habis dalam sekejap.
"Gunungan adalah wujud rasa syukur raja atas keberhasilan pembangunan pertanian. Oleh karena itu, isi dari gunungan yang diperebutkan adalah berbagai macam hasil bumi," kata KRT Achmad Muhsin Kamaludiningrat di Yogyakarta, Sabtu.
Kelima gunungan yang diperebutkan di Masjid Gedhe Kauman adalah Gunungan Lanang, Wadon, Gepak, Pawuhan, dan Bromo.
Pada Garebek Maulud Tahun Ehe 1948, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengeluarkan tujuh gunungan.
Selain diperebutkan di Masjid Gedhe Kauman, dua gunungan lainnya dibawa ke Kantor Kepatihan dan ke Pura Pakualaman untuk diperebutkan oleh warga. Kedua gunungan tersebut adalah Gunungan Lanang.
"Dalam satu tahun, keraton menyelenggarakan tiga kali garebek, yaitu saat Idul Fitri, Idul Adha dan saat Maulud Nabi. Namun, garebek terbesar adalah saat Maulud Nabi," katanya.
Ia berharap, masyarakat tidak mempercayai bahwa gunungan yang diperebutkan tersebut dapat memberikan berkah dalam kehidupan mereka sehari-hari karena sejatinya, seluruh berkah tersebut berasal dari Tuhan.
"Gunungan yang merupakan sedekah dari raja ini terbuat dari makanan. Jika memang dimanfaatkan secara benar, maka gunungan ini akan memberikan berkah dan manfaat yang jauh lebih besar," katanya.
Seluruh gunungan Garebek Maulud tersebut diberangkatkan dari Keraton Ngayogyakarta dengan iringan bergada prajurit keraton di antaranya prajurit Wirabraja, Patangpuluhan, Ketanggungan, Daeng, Jogokaryan, Mantrijeron, dan Bugis.
Sementara itu, salah seorang warga Fandi (30) berhasil memperoleh bagian teratas dari Gunungan Lanang.
"Rumah saya di dekat sini, di Kauman. Setelah didoakan, saya langsung lari untuk merebut gunungan. Biasanya memang dapat bagian yang paling atas," katanya.
Ia mengatakan akan menyimpan bagian gunungan yang diperolehnya.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Sesaat setelah selesai didoakan oleh Penghulu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat KRT Achmad Muhsin Kamaludiningrat di Masjid Gedhe Kauman, ratusan warga yang sudah menunggu di halaman masjid langsung berlari menuju lima gunungan dan memperebutkannya. Kelima gunungan pun habis dalam sekejap.
"Gunungan adalah wujud rasa syukur raja atas keberhasilan pembangunan pertanian. Oleh karena itu, isi dari gunungan yang diperebutkan adalah berbagai macam hasil bumi," kata KRT Achmad Muhsin Kamaludiningrat di Yogyakarta, Sabtu.
Kelima gunungan yang diperebutkan di Masjid Gedhe Kauman adalah Gunungan Lanang, Wadon, Gepak, Pawuhan, dan Bromo.
Pada Garebek Maulud Tahun Ehe 1948, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengeluarkan tujuh gunungan.
Selain diperebutkan di Masjid Gedhe Kauman, dua gunungan lainnya dibawa ke Kantor Kepatihan dan ke Pura Pakualaman untuk diperebutkan oleh warga. Kedua gunungan tersebut adalah Gunungan Lanang.
"Dalam satu tahun, keraton menyelenggarakan tiga kali garebek, yaitu saat Idul Fitri, Idul Adha dan saat Maulud Nabi. Namun, garebek terbesar adalah saat Maulud Nabi," katanya.
Ia berharap, masyarakat tidak mempercayai bahwa gunungan yang diperebutkan tersebut dapat memberikan berkah dalam kehidupan mereka sehari-hari karena sejatinya, seluruh berkah tersebut berasal dari Tuhan.
"Gunungan yang merupakan sedekah dari raja ini terbuat dari makanan. Jika memang dimanfaatkan secara benar, maka gunungan ini akan memberikan berkah dan manfaat yang jauh lebih besar," katanya.
Seluruh gunungan Garebek Maulud tersebut diberangkatkan dari Keraton Ngayogyakarta dengan iringan bergada prajurit keraton di antaranya prajurit Wirabraja, Patangpuluhan, Ketanggungan, Daeng, Jogokaryan, Mantrijeron, dan Bugis.
Sementara itu, salah seorang warga Fandi (30) berhasil memperoleh bagian teratas dari Gunungan Lanang.
"Rumah saya di dekat sini, di Kauman. Setelah didoakan, saya langsung lari untuk merebut gunungan. Biasanya memang dapat bagian yang paling atas," katanya.
Ia mengatakan akan menyimpan bagian gunungan yang diperolehnya.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015