Denpasar (Antara Bali) - Pengamat masalah pertanian Dr Gede Sedana memberikan apresiasi terhadap kebijakan Presiden Joko Widodo dalam menyediakan subsidi sarana produksi pertanian seperti benih unggul, pupuk, traktor serta irigasi guna mewujudkan swasembada pangan.

"Komitmen kepala negara itu tentu berdampak positif terhadap pengembangan usaha tani pengelola lahan sawah, khususnya tanaman padi yang akan mengantarkan Indonesia kembali bisa meraih swasembada beras," kata Dr Gede Sedana yang juga dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendera Denpasar, Sabtu.

Ia juga menyambut baik kebijakan Presiden Jokowi mengalihkan subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk pembangunan dan pengembangan sektor pertanian.

Pengalihan subsidi BBM itu untuk subsidi pupuk, benih serta infrastruktur irigasi dan bendungan, terkait target pemerintah agar tiga tahun mendatang, Indonesia mampu kembali mencapai swasembada pangan.

Gede Sedana menambahkan, kucuran dana untuk sektor pertanian itu cukup besar mencapai sekitar Rp20 triliun.

Namun ia mempertanyakan keefektifan swasembada pangan (beras) tersebut dengan peningkatan kesejahteraan para petani lahan sawah.

Oleh sebab itu sasaran mewujudkan swasembada beras harus didukung adanya integrasi yang kuat menyangkut antarasubsistem agribisnis yang di hulu dan hilir sehingga mampu mencapai swasembda pangan, bukan hanya beras.

Hal itu penting mendapat perhatian dari para menteri terkait, jika hanya mencapai swasembada beras yang menjadi sasaran utama, dikhawatirkan akan muncul masalah baru dalam bidang pemasaran, saat hasil pertanian itu melimpah ruah.

Pengalaman selama ini di lapangan, saat petani mampu menghasilkan produksi padi yang tinggi, dalam tempo bersamaan mereka menerima harga produk yang relatif murah.

Dengan demikian tingkat kesejahteraan petani tidak akan bergeser menuju tingkat yang lebih baik. Demikian pula penyediaan benih dan pupuk subsidi, sebagai bagian dari subsistem di hulu serta irigasi, subsistem peunjang yang memadai belum menjamin meningkatkan kesejahteraan petani.

Oleh sebab itu integrasi yang kuat di antara hulu dan hilir menjadi sangat mutlak dilakukan. Subsistem hilir yang harus diperkuat untuk mengimbangi perbaikan subsistem di hulu menyangkut subsistem pengolahan dan pemasaran, ujar Dr Gede Sedana. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015