Ubud (Antara Bali) - Drama tradisional Jepang atau dikenal dengan nama "Noh" dipentaskan di Puri Saren Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, Kamis malam.

Seni drama tradisional yang diwariskan leluhur Negeri Sakura sejak 700 tahun silam dan hingga kini masih bertahan itu, pementasannya dilakukan atas persembahkan Konsulat Jepang di Denpasar. 

"Noh atau No merupakan salah satu warisan budaya Jepang yang sudah terdaftar di UNESCO," kata I Wayan Suarsa, salah seorang panitia pertunjukan yang bertajuk "Noh in Bali 2010" itu.

Ia menjelaskan, "Noh" adalah bentuk utama drama musik Jepang klasik yang telah dipertunjukkan sejak abad ke-14. Noh tersusun atas tarian, vokal dan musik, jelasnya.

Pada pementasan drama bersejarah itu, pelakon menggunakan topeng dan menari dengan gerak lambat. Semua pelakon Noh adalah laki-laki, yang umumnya mendapat pelatihan intensif oleh para orang tuanya di rumah.

"Saat seorang wanita atau anak perempuan muncul membawa suatu peran dalam drama ini, ia tetap memainkan tokoh pria dengan mengenakan topeng," ujar Suarsa.

Ia mengatakan, ada tiga macam pelakon Noh yakni tokoh "Shite, Waki dan Kyogen". Shite merupakan seorang tokoh pahlawan.

Lakon itu, kata Suarsa, selalu berbicara, menyanyi, dan menari. Sedangkan Waki (berarti "pihak") berperan sebai kawan Shite, dan biasanya memerankan laku pelancong di tempat tertentu.

Sedangkan "Kyogen", ujar Suarsa, muncul di pertengahan drama yang memiliki dua bagian, dan berperan sebagai warga lokal. "Kyogen berbicara kepada Waki dan menyuruhnya melihat apa yang belum dilihat," ujarnya.

Pementasan drama itu, kata Suarsa, didukung penuh oleh Konsulat Jepang di Denpasar, Bali. Pementasan itu hasil kerja sama Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Pemerintah Provinsi Bali dengan Konsulat Jepang di Denpasar, ujarnya.

Tujuan pementasan drama itu, jelas Suarsa, untuk mempererat hubungan Negara Indonesia dengan Negara Jepang. Selain mempererat hubungan juga untuk lebih memperkenalkan budaya Jepang di Pulau Dewata, ucapnya.

Ia menambahkan, pementasan drama itu sengaja dilakukan di Puri Saren, Ubud, karena puri ini banyak dikunjungi oleh wisatawan asing dari berbagai belahan dunia. "Yang terpenting karena Puri Ubud saat ini memang sangat konsisten menjaga warisan Budaya Bali," ujarnya.

Ia menambahkan, selain di Puri Saren, Ubud, pementasan drama itu juga sempat dilakukan di gedung Intsitut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dan SMAN Ubud.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010