Denpasar (Antara Bali) - PT Pertamina Gas (Pertagas) akan membangun terminal Liquid Natural Gas (LNG) atau gas alam cair di kawasan Pelabuhan Benoa, Bali, dalam upaya memenuhi kebutuhan perusahaan antara lain PT Indonesia Power.
Cening Widhiana selaku Representative Officer Pembangunan LNG Kawasan Timur Indonesia (KTI) Bali, di Denpasar, Senin mengatakan saat ini pihaknya sudah melakukan pembicaraan dengan PT Pelindo III Cabang Benoa.
"Kami sudah melakukan pendekatan dan pembicaraan serius dengan pihak Pelindo III tentang rencana pembangunan terminal LNG di kawasan Pelabuhan Benoa, Bali," katanya di sela-sela acara Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Terminal LNG Denpasar: Harapan dan Tantangannya".
Ia menjelaskan pembangunan terminal LNG di Kawasan Pelabuhan Benoa Bali saat ini tinggal menunggu sinergitas antara PT Pelindo dan Pemkot Denpasar karena ada beberapa kendala teknis.
Dikatakannya, kendala utama yaitu masih terjadi tarik ulur antara PT Pelindo dan Pemkot Denpasar menyangkut rencana tata ruang dan wilayah.
"Kendala yang berarti sebenarnya tidak ada. Namun perlu diupayakan kesatuan persepsi di beberapa pemangku kepentingan terkait, sehingga pembangunan terminal LNG di Kota Denpasar bisa dilaksanakan secepatnya," kata Cening.
Menurut dia, rencana pembangunan terminal LNG itu akan dimulai tahun 2015 secara bertahap mulai dari pemetaan lokasi hingga pembangunan infrastruktur pendukung lainnya.
Cening mengatakan luas arealnya yang diperlukan sekitar lima hektare. Namun dari seluruh luas tersebut, yang benar-benar dibangun terminal untuk menempatkan tanki-tanki bahan alami dan regasifikasi hanya sekitar dua hektare. Sisanya tetap dibangun kawasan terbuka hijau.
"Kami memahami Bali adalah daerah pariwisata. Perlu banyak ruang terbuka hijau sebagai penyeimbang. Penempatan di kawasan Benoa Bali memang sangat strategis. Selain dekat dengan PT Indonesia Power yang jaraknya hanya 2,6 kilometer dan bisa menggunakan penyaluran melalui pipa, LNG tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pendingin ikan tuna di Benoa yang menjadi pemasok terbesar ekspor ikan tuna asal Indonesia ke berbagai negara.
"Suhu LNG itu minus 160 derajat Celsius, sehingga tidak mudah terbakar. Malah bisa dimanfaatkan sebagai pendingin ikan tuna," ucapnya.
Kondisi ini sekaligus menjawab kekhawatiran beberapa pihak dan masyarakat umum tentang kehadiran terminal LNG di Kota Denpasar yang dianggap sebagai sesuatu sangat membahayakan.
"Kita pastikan dan kita jamin, LNG itu tidak mudah terbakar karena dia sangat dingin.
Sekalipun pembangunan terminal LNG masih tarik ulur, namun Pertagas tetap akan mendatangkan LNG dari Bontang dengan menggunakan Kapal Surya Satsuna," katanya.
Sebelum ada pembangunan terminal LNG, proses regasifikasi akan dilakukan di atas kapal di pelabuhan. Untuk tahap pertama akan didatangkan LNG sebanyak 220 ribu metricton dan akan menyumbang daya sebesar 80 MW melalui PT Indonesia Power di Pesanggaran, Bali.
Sementara itu Presiden Direktur Pertagas Hendra Jaya menjelaskan, kebutuhan di Indonesia saat ini semakin meningkat termasuk terhadap LNG. Selain itu, sumber daya alam LNG di Indonesia juga berlimpah.
Ia menekankan, selain LNG itu bisa menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas polusi, dari sisi penghematan, menggunakan gas itu lebih hemat," katanya.
Ketua Yayasan Pembangunan Berkelanjutan Bali Dr Ketut Gede Dharma Putra mengatakan LNG sangat ramah lingkungan dibanding bahan bakar lainnya.
"LNG sangat ramah lingkungan dibanding bahan bakar lainnya, seperti batubara. Semua negara sudah beralih menggunakan bahan bakar LNG, karena menggunakan LNG mampu menghemat biaya," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Cening Widhiana selaku Representative Officer Pembangunan LNG Kawasan Timur Indonesia (KTI) Bali, di Denpasar, Senin mengatakan saat ini pihaknya sudah melakukan pembicaraan dengan PT Pelindo III Cabang Benoa.
"Kami sudah melakukan pendekatan dan pembicaraan serius dengan pihak Pelindo III tentang rencana pembangunan terminal LNG di kawasan Pelabuhan Benoa, Bali," katanya di sela-sela acara Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Terminal LNG Denpasar: Harapan dan Tantangannya".
Ia menjelaskan pembangunan terminal LNG di Kawasan Pelabuhan Benoa Bali saat ini tinggal menunggu sinergitas antara PT Pelindo dan Pemkot Denpasar karena ada beberapa kendala teknis.
Dikatakannya, kendala utama yaitu masih terjadi tarik ulur antara PT Pelindo dan Pemkot Denpasar menyangkut rencana tata ruang dan wilayah.
"Kendala yang berarti sebenarnya tidak ada. Namun perlu diupayakan kesatuan persepsi di beberapa pemangku kepentingan terkait, sehingga pembangunan terminal LNG di Kota Denpasar bisa dilaksanakan secepatnya," kata Cening.
Menurut dia, rencana pembangunan terminal LNG itu akan dimulai tahun 2015 secara bertahap mulai dari pemetaan lokasi hingga pembangunan infrastruktur pendukung lainnya.
Cening mengatakan luas arealnya yang diperlukan sekitar lima hektare. Namun dari seluruh luas tersebut, yang benar-benar dibangun terminal untuk menempatkan tanki-tanki bahan alami dan regasifikasi hanya sekitar dua hektare. Sisanya tetap dibangun kawasan terbuka hijau.
"Kami memahami Bali adalah daerah pariwisata. Perlu banyak ruang terbuka hijau sebagai penyeimbang. Penempatan di kawasan Benoa Bali memang sangat strategis. Selain dekat dengan PT Indonesia Power yang jaraknya hanya 2,6 kilometer dan bisa menggunakan penyaluran melalui pipa, LNG tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pendingin ikan tuna di Benoa yang menjadi pemasok terbesar ekspor ikan tuna asal Indonesia ke berbagai negara.
"Suhu LNG itu minus 160 derajat Celsius, sehingga tidak mudah terbakar. Malah bisa dimanfaatkan sebagai pendingin ikan tuna," ucapnya.
Kondisi ini sekaligus menjawab kekhawatiran beberapa pihak dan masyarakat umum tentang kehadiran terminal LNG di Kota Denpasar yang dianggap sebagai sesuatu sangat membahayakan.
"Kita pastikan dan kita jamin, LNG itu tidak mudah terbakar karena dia sangat dingin.
Sekalipun pembangunan terminal LNG masih tarik ulur, namun Pertagas tetap akan mendatangkan LNG dari Bontang dengan menggunakan Kapal Surya Satsuna," katanya.
Sebelum ada pembangunan terminal LNG, proses regasifikasi akan dilakukan di atas kapal di pelabuhan. Untuk tahap pertama akan didatangkan LNG sebanyak 220 ribu metricton dan akan menyumbang daya sebesar 80 MW melalui PT Indonesia Power di Pesanggaran, Bali.
Sementara itu Presiden Direktur Pertagas Hendra Jaya menjelaskan, kebutuhan di Indonesia saat ini semakin meningkat termasuk terhadap LNG. Selain itu, sumber daya alam LNG di Indonesia juga berlimpah.
Ia menekankan, selain LNG itu bisa menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas polusi, dari sisi penghematan, menggunakan gas itu lebih hemat," katanya.
Ketua Yayasan Pembangunan Berkelanjutan Bali Dr Ketut Gede Dharma Putra mengatakan LNG sangat ramah lingkungan dibanding bahan bakar lainnya.
"LNG sangat ramah lingkungan dibanding bahan bakar lainnya, seperti batubara. Semua negara sudah beralih menggunakan bahan bakar LNG, karena menggunakan LNG mampu menghemat biaya," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014