Denpasar (Antara Bali) - Bali mengalami inflasi perdesaan sebesar 1,52 persen selama November 2014, atau lebih tinggi daripada angka rata-rata nasional pada bulan yang sama sebesar 1,49 persen.

"Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran pengamatan, seluruhnya mengalami inflasi perdesaan," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Selasa.

Ia mengatakan bahwa Bali berada pada urutan ke-15 dari 33 provinsi di Indonesia yang mengalami inflasi perdesaan.

Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Kepulauan Riau mencapai 2,51 persen dan inflasi perdesaan terendah di DKI Jakarta tercatat 0,19 persen.

Panusunan Siregar menambahkan bahwa kondisi inflasi perdesaan di Bali lebih tinggi daripada angka rata-rata nasional akibat turunnya nilai tukar petani (NTP) sebesar 0,66 persen dari 107,06 persen pada bulan Oktober 2014 menjadi 107,36 persen pada bulan November 2014.

Nilai tukar petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan daya beli petani di tingkat perdesaan, di samping menunjukkan daya tukar dan produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani, baik untuk konsumsi rumah tangga maupun biaya produksi produk pertanian.

Hasil pemantauan harga-harga selama November 2014, kata dia, menunjukkan bahwa menurunnya NTP Bali sebagai akibat naiknya indeks yang diterima petani (Lb) sebesar 1,23 persen.

Menurunnya NTP Bali, menurut dia, dipengaruhi oleh subsektor tanaman perkebunan rakyat, perikanan, dan peternakan yang menurun masing-masing sebesar 2,8 persen, 1,77 persen, dan 1,15 persen.

"Sementara itu, subsektor hortikultura dan tanaman pangan mengalami penaikan masing-masing sebesar 0,99 persen dan 0,73 persen," ujar Panasunan Siregar. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014