Denpasar (Antara Bali) - Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya menghadiri ritual adat "melaspas" tembok Pura Prajapati dan Setra (kuburan) Desa Tanjung Bungkak, Kecamatan Denpasar Timur.
"Saya berharap dengan prosesi upacara `melaspas` tersebut, warga merasakan keharmonisan dan kedamaian," kata Rai Mantra di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan dengan pembangunan tembok penyengker tersebut, maka batas antara Pura Prajapati dengan "Setra" atau kuburan akan menjadi lebih jelas dalam melakukan aktivitas warga setempat.
"Pembangunan tersebut patut mendapat apresiasi kepada masyarakat setempat karena semangat gotong royong akan menumbuhkan kebersamaan dalam menjalankan setiap upacara adat dan keagamaan itu," katanya.
Bendesa (Ketua) Adat Desa Tanjung Bungkak, Wayan Suweden mengatakan, tembok penyengker Pura Prajapati dan Setra Desa Tanjung Bungkak telah usai direnovasi. Untuk itu semua masyarakat Desa setempat melaksanakan upacara "melaspas" (pembersihan secara spiritual) dipimpin rohaniawan Ida Pedanda Putra Bajing dari Geriya Tegal Jingga Denpasar Timur.
Upacara ini menggunakan beberapa banten atau sesaji sesuai dengan tempatnya, di kuburan menggunakan "caru asu" atau anjing, sedangkan di Setra Alit, Pura Prajapati dan Pelinggih Jero Nyoman menggunakan "caru ayam panca warna".
Suweden lebih lanjut mengatakan pemugaran dan upacara melaspas tembok penyengker Pura Prajapati dan setra Desa Tanjung Bungkak ini menghabiskan dana sekitar Rp800 juta.
Dikatakan, dana itu merupakan swadaya dari masyarakat Desa Tanjung Bungkak, Kelurahan Sumerta Kelod dan pengempon dari banjar pemaksan maupun banjar penyanggra.
Untuk banjar pemaksan Pura Prajapati Desa Tanjung Bungkak terdiri dari tiga banjar, yakni Br Bengkel, Br Kepisah, dan Br Kedaton. Untuk banjar penyanggra terdiri dari Br Babakan Sari, Br Sembung Sari, Br Badak Sari dan Br Suniang Sari.
"Setelah upacara ini saya harapkan kehidupan masyarakat Tanjung Bungkak semakin harmonis dalam menjalankan bertakwa kepada agama dan pengabdian kepada bangsa negara," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Saya berharap dengan prosesi upacara `melaspas` tersebut, warga merasakan keharmonisan dan kedamaian," kata Rai Mantra di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan dengan pembangunan tembok penyengker tersebut, maka batas antara Pura Prajapati dengan "Setra" atau kuburan akan menjadi lebih jelas dalam melakukan aktivitas warga setempat.
"Pembangunan tersebut patut mendapat apresiasi kepada masyarakat setempat karena semangat gotong royong akan menumbuhkan kebersamaan dalam menjalankan setiap upacara adat dan keagamaan itu," katanya.
Bendesa (Ketua) Adat Desa Tanjung Bungkak, Wayan Suweden mengatakan, tembok penyengker Pura Prajapati dan Setra Desa Tanjung Bungkak telah usai direnovasi. Untuk itu semua masyarakat Desa setempat melaksanakan upacara "melaspas" (pembersihan secara spiritual) dipimpin rohaniawan Ida Pedanda Putra Bajing dari Geriya Tegal Jingga Denpasar Timur.
Upacara ini menggunakan beberapa banten atau sesaji sesuai dengan tempatnya, di kuburan menggunakan "caru asu" atau anjing, sedangkan di Setra Alit, Pura Prajapati dan Pelinggih Jero Nyoman menggunakan "caru ayam panca warna".
Suweden lebih lanjut mengatakan pemugaran dan upacara melaspas tembok penyengker Pura Prajapati dan setra Desa Tanjung Bungkak ini menghabiskan dana sekitar Rp800 juta.
Dikatakan, dana itu merupakan swadaya dari masyarakat Desa Tanjung Bungkak, Kelurahan Sumerta Kelod dan pengempon dari banjar pemaksan maupun banjar penyanggra.
Untuk banjar pemaksan Pura Prajapati Desa Tanjung Bungkak terdiri dari tiga banjar, yakni Br Bengkel, Br Kepisah, dan Br Kedaton. Untuk banjar penyanggra terdiri dari Br Babakan Sari, Br Sembung Sari, Br Badak Sari dan Br Suniang Sari.
"Setelah upacara ini saya harapkan kehidupan masyarakat Tanjung Bungkak semakin harmonis dalam menjalankan bertakwa kepada agama dan pengabdian kepada bangsa negara," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014