Denpasar (Antara Bali) - Pelukis Made Wianta akan menggelar pameran puisi rupa bertajuk "MindMap" di IndoAsia Gallery, BaliWood Art & Culture Centre, Sayan, Ubud, Kabupaten Gianyar mulai 28 Agustus hingga 11 Oktober 2010.

"Kali ini saya memamerkan 100 karya puisi rupa atau karya-karya seni rupa yang dikombinasi dengan puisi atau sebaliknya. Ini merupakan karya terbaru yang diseleksi dari dokumentasi setahun terakhir," kata Wianta di studionya kawasan Tanjungbungkak Denpasar, Bali, Jumat.

Wianta yang dikenal sebagai perupa gaya abstrak ini memiliki beberapa periode kekaryaan, seperti periode Karangasem, titik-titik, segiempat, segitiga, assembling, kaligrafi, instalasi, dan puisi rupa.

"Puisi rupa merupakan salah satu cara merespons suatu situasi atau kondisi secara cepat, spontan, dan sangat membebaskan," katanya.

Pada pameran kali ini Wianta mencoba memberikan perspektif baru dalam upaya pembebasan pemaknaan puisi.

Ia tidak memedulikan apakah yang ditulisnya memiliki arti harfiah atau tidak, karena yang penting bagi dia adalah terus menulis dan memadukan dengan coretan-coretan yang eskpresif.

Jika dalam periode kaligrafi dia mendekonstruksi aksara atau simbol, kini dia mengolah kembali aksara itu ke dalam puisi-puisi bebas.

Puisi merupakan entitas tersendiri yang dilakoni Wianta di sela-sela waktu luang, juga pada waktu-waktu tertentu yang sangat sempit dan mendesak. Sejak 1979 dia menuliskan puisi di sembarang media seperti karcis bioskop, tiket pesawat, sobekan majalah, kertas tisu, pembungkus rokok hingga sandal jepit.

Beberapa karya itu terhimpun dalam tiga buku puisi, yakni "Korek Api Membakar Almari Es" (1996), "2 ? Menit" (2000), dan "Kitab Suci Digantung di Pinggir Jalan New York" (2003).

Untuk pameran puisi rupa pernah digelar Wianta di Pusat Kebudayaan Prancis di Surabaya dan Bentara Budaya Yogyakarta (2002).

Menurut dia, gagasan pameran "MindMap" ini berawal dari bincang-bincang seorang kurator potensial asal Italia, Gaia Rosenberg Colorni dengan ibundanya Meriem K Peillet saat melakukan kolaborasi bersama Wianta.

Ketika itu mereka terlibat dalam suatu proyek seni rupa yang mereka sebut "Body Poetry". Wianta yang pernah melakukan body painting di atas tubuh novelis dan artis Djenar Mahesa Ayu beberapa waktu silam, kini menulis puisi di sekujur tubuh Meriem.

Body Poetry Mini Art Project" ini didokumentasikan oleh Gaia sekaligus dibuatkan video art. Tubuh Meriem yang juga pengelola IndoAsia Gallery itu layaknya sebuah buku, lembar demi lembar, halaman demi halaman ditulisi dengan spidol baris demi baris, bait demi bait, puisi ala Wianta.

Untuk memudahkan Wianta menulis di lekuk tubuhnya, Meriem melakukan gerakan-gerakan ala Yoga yang digambarkan Gaia sebagai narasi puitik tubuh. Dokumentasi dan video art ini rencananya akan diikutkan dalam sebuah festival seni di Eropa.

Meriem sebagai pengelola galeri berharap karya yang lahir dari kecerdasan emosi seorang seniman dapat memberikan pencerahan bagi penikmatnya.

Dia juga berharap karya-karya Wianta yang dipamerkan ini sekaligus ikut memarakkan "Ubud Wirters and Readers Festival 2010".

"Seni itu membebaskan, seni itu mencerahkan, maka kami tak henti menyajikan karya-karya seni berkualitas untuk meningkatkan kecerdasan hidup kita," kata Meriem. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010