Denpasar (Antara Bali) - Pengamat Masalah Ekonomi Viraguna Bagoes Oka menilai, memanasnya suhu politik di Indonesia belakangan ini mendapat sentimen negatif dari pasar, yang berdampak terhadap melemahnya nilai tukar rupiah hingga merosotnya indeks harga saham gabungan (IHSG),
"Jika kondisi itu terus berlanjut, tanpa mendapat penanganan sebagai mana mestinya dikhawatirkan menghambat pertumbuhan ekonomi nasional," kata Viraguna Bagoes Oka di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, demikian juga berbagai manuver politik di parlemen dalam beberapa hari belakangan ini juga semakin memanas yang mendapat perhatian masyarakat luas juga memberikan pengaruh kurang baik terhadap pasar.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok ke level 4.000-an per lembar. Hal serupa juga terjadi terhadap nilai tukar rupiah, yang terus merosot hingga mencapai Rp12.000 per dolar Amerika Serikat.
Menurut Viraguna Bagoes Oka, sentimen negatif dari pasar tersebut akibat sikap kehati-hatian investor dalam menanamkan modalnya, lantaran belum kondusifnya situasi politik.
"Jika kondisi itu terus dibiarkan, dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama yang berasal dari investasi," ujar Viraguna Bagoes Oka.
Ia menyarankan, pemerintah pusat baik legislatif dan eksekutif, menjaga situasi politik agar kembali kondusif.
Hal ini menjadi acuan mengingat, hubungan politik dan ekonomi bagai dua sisi mata uang, yang tidak dapat dipisahkan, ujar Viraguna Bagoes Oka. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Jika kondisi itu terus berlanjut, tanpa mendapat penanganan sebagai mana mestinya dikhawatirkan menghambat pertumbuhan ekonomi nasional," kata Viraguna Bagoes Oka di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, demikian juga berbagai manuver politik di parlemen dalam beberapa hari belakangan ini juga semakin memanas yang mendapat perhatian masyarakat luas juga memberikan pengaruh kurang baik terhadap pasar.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok ke level 4.000-an per lembar. Hal serupa juga terjadi terhadap nilai tukar rupiah, yang terus merosot hingga mencapai Rp12.000 per dolar Amerika Serikat.
Menurut Viraguna Bagoes Oka, sentimen negatif dari pasar tersebut akibat sikap kehati-hatian investor dalam menanamkan modalnya, lantaran belum kondusifnya situasi politik.
"Jika kondisi itu terus dibiarkan, dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama yang berasal dari investasi," ujar Viraguna Bagoes Oka.
Ia menyarankan, pemerintah pusat baik legislatif dan eksekutif, menjaga situasi politik agar kembali kondusif.
Hal ini menjadi acuan mengingat, hubungan politik dan ekonomi bagai dua sisi mata uang, yang tidak dapat dipisahkan, ujar Viraguna Bagoes Oka. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014