Jakarta (Antara Bali) - Direktur Utama Medco Group, Arifin Panigoro
mengatakan, potensi energi panas bumi di Indonesia, mencapai 29 ribu
Mega Watt (MW) dan mampu mengatasi krisis energi Indonesia.
"Saat ini, pemanfaatan energi panas bumi ini masih rendah hanya empat hingga lima persen karena biaya pengembangan sangat besar, pendanaan terbatas, tumpang tindih lahan dan perizinan," katanya di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan, untuk memanfaatkan potensi energi panas bumi ini, pemerintah perlu menetapkan rencana jangka panjang dan bertekad untuk melaksanakannya.
"Rencana jangka panjang ini misalnya, merealisasikan 25 persen dari potensi 29 ribu MW dalam 5 tahun kedepan dan penyediaan APBN untuk eksplorasi serta pengembangan pembangkit skala kecil dan menengah," ujarnya.
Ia mengatakan, untuk mencapai rencana jangka panjang tersebut, pemerintah perlu menetapkan rencana jangka pendek dan menegah, misalnya percepatan penyelesaian perizinan agar dapat diselesaikan dalam waktu tiga bulan.
Penetapan harga beli listrik yang lebih menarik bagi para investor dan penetapan tentang kewajiban bagi pelaku industri energi besar untuk melakukan investasi di bidang energi terbarukan ini.
"Permasalahan ini yang harus diselesaikan pemerintah, karena ini merupakan faktor yang menyebabkan investor kurang tertarik untuk berinvestasi di negeri ini," ujarnya.
Menurut dia, berdasarkan data yang ada dalam catatan pemerintah menunjukan kebutuhan konsumsi energi Indonesia pada 2010 mencapai 3,3 juta barel setara minyak per hari.
"Diperkirakan 15 tahun kemudian, yaitu pada 2015 kebutuhan itu akan menjadi tiga kali lipat atau 7,7 juta barel setara minyak per hari," ujarnya.
Ia mengatakan, kenaikan konsumsi energi yang tinggi ini harus segera diatasi dengan mengembangkan energi terbarukan, jika tidak tentu Indoensia akan mengalami krisis energi yang parah.
"Jika krisis energi ini semakin tinggi, maka akan mengganggu pertumbuhan ekonomi, investasi, pembangunan dan akan memicu angka kemiskinan, penggangguran dan masalah sosial lainnya," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Saat ini, pemanfaatan energi panas bumi ini masih rendah hanya empat hingga lima persen karena biaya pengembangan sangat besar, pendanaan terbatas, tumpang tindih lahan dan perizinan," katanya di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan, untuk memanfaatkan potensi energi panas bumi ini, pemerintah perlu menetapkan rencana jangka panjang dan bertekad untuk melaksanakannya.
"Rencana jangka panjang ini misalnya, merealisasikan 25 persen dari potensi 29 ribu MW dalam 5 tahun kedepan dan penyediaan APBN untuk eksplorasi serta pengembangan pembangkit skala kecil dan menengah," ujarnya.
Ia mengatakan, untuk mencapai rencana jangka panjang tersebut, pemerintah perlu menetapkan rencana jangka pendek dan menegah, misalnya percepatan penyelesaian perizinan agar dapat diselesaikan dalam waktu tiga bulan.
Penetapan harga beli listrik yang lebih menarik bagi para investor dan penetapan tentang kewajiban bagi pelaku industri energi besar untuk melakukan investasi di bidang energi terbarukan ini.
"Permasalahan ini yang harus diselesaikan pemerintah, karena ini merupakan faktor yang menyebabkan investor kurang tertarik untuk berinvestasi di negeri ini," ujarnya.
Menurut dia, berdasarkan data yang ada dalam catatan pemerintah menunjukan kebutuhan konsumsi energi Indonesia pada 2010 mencapai 3,3 juta barel setara minyak per hari.
"Diperkirakan 15 tahun kemudian, yaitu pada 2015 kebutuhan itu akan menjadi tiga kali lipat atau 7,7 juta barel setara minyak per hari," ujarnya.
Ia mengatakan, kenaikan konsumsi energi yang tinggi ini harus segera diatasi dengan mengembangkan energi terbarukan, jika tidak tentu Indoensia akan mengalami krisis energi yang parah.
"Jika krisis energi ini semakin tinggi, maka akan mengganggu pertumbuhan ekonomi, investasi, pembangunan dan akan memicu angka kemiskinan, penggangguran dan masalah sosial lainnya," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014