Solo (Antara Bali - Kementeran Pemuda dan Olahraga masih berjuang agar warisan budaya Indonesia berupa pencak silat bisa menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan di olimpiade.
"Kemenpora terus melakukan lobi-lobi agar pencak silat yang asli budaya Indonesia bisa terdaftar UNESCO dan dipertandingankan di olimpiade dunia," kata Asisten Deputi Pengembangan Penghargaan dan Promosi Kemenpora Candra Bakti disela seminar pencak silat dalam rangkaian peringatan Hari Olahraga Nasional di Solo, Senin.
Pemerintah, katanya, hingga saat ini sudah menempuh cara-cara agar mendapatkan pengakuan dari UNESCO bahwa pencak silat sebagai seni beladiri asli Indonesia.
Meskipun pencak silat tersebut sudah membudaya di negara-negara Asia Tenggara, Asia, dan bahkan internasional atau negara Eropa, katanya, seni beladiri itu belum diakui UNESCO menjadi budaya Indonesia.
Oleh karena itu, Kemenpora bersama berbagai perguruan pencak silat di Indonesia terus berupaya, seperti menggelar dan mengikuti festival di luar negeri.
Namun, kata dia, ternyata Malaysia juga lebih bersemangat mengikuti dan mengklaim seni budaya negara serumpun mereka.
Pihaknya perlu mengingatkan agar semua yang terlibat dan pemerhati pencak silat memberikan dukungan agar olahraga asli Indonesia bisa dipertandingkan di ajang "multievent", seperti olimpiade.
Pada kesempatan tersebut, Candra Bakti membuka acara seminar "Metalurgi: Senjata dan Perlengkapan Pencak Silat" dalam rangkaian peringatan Hari Olahraga Nasional di Solo.
Pada seminar tersebut menghadirkan narasumber antara lain GPH Poeger dari Keraton Kesunanan Surakarta dan Deniawan Tommy, dosen Fisip UNS Surakarta.
Menurut dia, kehadiran GPH Poeger dari Keraton Kesunanan pada kegiatan tersebut, untuk mendapatkan dukungan dari kalangan budayawan maupun akademisi, terkait dengan keberadaan pencak silat.
"Pencak silat agar bisa diakui oleh UNESCO maka Indonesia harus menunjukkan bukti. Kami Kemenpora sebagai wadah untuk menfasilitasi penelitian ke Belanda," katanya.
Menyinggung peringatan Haornas yang dipusatkan Stadion Sriwedari Solo, Selasa (9/9), kata dia, dijadwalkan dipimpin langsung oleh Wakil Presiden Boediono.
Menurut dia, Wapres Boediono akan memberikan penghargaan kepada 700 atlet berprestasi pada Haornas, akan tetapi secara simbolis diwakili oleh 14 atlet dari tingkar SD, SMP, SMP, mahasiswa, dan mantan atlet, termasuk srikadi Indonesia, Nur Fitriana, yang memperoleh medali perak olimpiade.
Mantan atlet panahan tersebut masuk penghargaan kategori A karena pernah mengharumkan naman bangsa. Dia akan menerima uang dari pemerintah sebesar Rp125 juta, sedangkan tingkat SD, masing-masing Rp5 juta, SMP (Rp5,5 juta), SMA hingga mahasiswa (Rp7,5). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Kemenpora terus melakukan lobi-lobi agar pencak silat yang asli budaya Indonesia bisa terdaftar UNESCO dan dipertandingankan di olimpiade dunia," kata Asisten Deputi Pengembangan Penghargaan dan Promosi Kemenpora Candra Bakti disela seminar pencak silat dalam rangkaian peringatan Hari Olahraga Nasional di Solo, Senin.
Pemerintah, katanya, hingga saat ini sudah menempuh cara-cara agar mendapatkan pengakuan dari UNESCO bahwa pencak silat sebagai seni beladiri asli Indonesia.
Meskipun pencak silat tersebut sudah membudaya di negara-negara Asia Tenggara, Asia, dan bahkan internasional atau negara Eropa, katanya, seni beladiri itu belum diakui UNESCO menjadi budaya Indonesia.
Oleh karena itu, Kemenpora bersama berbagai perguruan pencak silat di Indonesia terus berupaya, seperti menggelar dan mengikuti festival di luar negeri.
Namun, kata dia, ternyata Malaysia juga lebih bersemangat mengikuti dan mengklaim seni budaya negara serumpun mereka.
Pihaknya perlu mengingatkan agar semua yang terlibat dan pemerhati pencak silat memberikan dukungan agar olahraga asli Indonesia bisa dipertandingkan di ajang "multievent", seperti olimpiade.
Pada kesempatan tersebut, Candra Bakti membuka acara seminar "Metalurgi: Senjata dan Perlengkapan Pencak Silat" dalam rangkaian peringatan Hari Olahraga Nasional di Solo.
Pada seminar tersebut menghadirkan narasumber antara lain GPH Poeger dari Keraton Kesunanan Surakarta dan Deniawan Tommy, dosen Fisip UNS Surakarta.
Menurut dia, kehadiran GPH Poeger dari Keraton Kesunanan pada kegiatan tersebut, untuk mendapatkan dukungan dari kalangan budayawan maupun akademisi, terkait dengan keberadaan pencak silat.
"Pencak silat agar bisa diakui oleh UNESCO maka Indonesia harus menunjukkan bukti. Kami Kemenpora sebagai wadah untuk menfasilitasi penelitian ke Belanda," katanya.
Menyinggung peringatan Haornas yang dipusatkan Stadion Sriwedari Solo, Selasa (9/9), kata dia, dijadwalkan dipimpin langsung oleh Wakil Presiden Boediono.
Menurut dia, Wapres Boediono akan memberikan penghargaan kepada 700 atlet berprestasi pada Haornas, akan tetapi secara simbolis diwakili oleh 14 atlet dari tingkar SD, SMP, SMP, mahasiswa, dan mantan atlet, termasuk srikadi Indonesia, Nur Fitriana, yang memperoleh medali perak olimpiade.
Mantan atlet panahan tersebut masuk penghargaan kategori A karena pernah mengharumkan naman bangsa. Dia akan menerima uang dari pemerintah sebesar Rp125 juta, sedangkan tingkat SD, masing-masing Rp5 juta, SMP (Rp5,5 juta), SMA hingga mahasiswa (Rp7,5). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014