Denpasar (Antara Bali) - Petani Bali cukup kreatif mengolah hasil panen, khususnya gabah, sehingga harganya lebih mahal dibanding gabah kualitas rendah dengan kadar air di atas 25 persen atau kadar kotoran di atas sepuluh persen.

"Petani yang menjual gabah kering panen (GKP) kualitas rendah pada bulan Agustus 2014 sebesar 9,32 persen jauh lebih baik dibanding bulan-bulan sebelumnya yang pernah mencapai 48,39 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Selasa.

Ia mengatakan untuk menghasilkan gabah kering panen yang berkualitas itu, petani harus bekerja ekstra dengan cara menjemur di bawah sinar matahari, karena cuaca untuk itu sangat mendukungnya.

Berkat kerja keras petani mengolah hasil mampu menghasilkan gabah yang bermutu sehingga harganya lebih mahal, sehingga petani yang menjual gabah kualitas rendah jumlahnya berkurang.

Hal itu berkat kesadaran petani dan sosialisasi instansi teknis terkait, bahwa menjual gabah kualitas baik nilainya jauh lebih mahal, disamping mampu menghasilkan beras yang bermutu, ujar Panusunan Siregar.

Ia menjelaskan harga gabah kualitas GKP di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen pada bulan Agustus 2014 dibanding bulan sebelumnya, sementara di tingkat penggilingan terjadi kenaikan sebesar 0,31 persen.

Harga GKP pada bulan Agustus 2014 rata-rata di atas harga patokan pemerintah (HPP), yakni ditingkat petani sebesar Rp3.870,13/kg dan ditingkat penggilingan Rp3.930,18/kg.

Transaksi gabah kering panen tertinggi di tingkat petani terjadi di Kabupaten Jembrana sebesar Rp4.250/kg untuk vaeritas Way Apo Baru dan Situ Bagendit. Sedangkan harga terendah terjadi di Kabupaten Tabanan dengan harga Rp3.400/kg untuk vareietas IR 64.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardana dalam kesempatan terpisah menjelaskan, produktivitas tanaman padi di Bali rata-rata 58,60 kuintal GKP per hektare, melebihi produksi rata-rata tingkat nasional.

Produksi rata-rata persatuan hektare itu meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 58.09 kuintal GKP/hektare. Bali hingga kini memiliki lahan sawah seluas 81.625 hektare atau 14,53 persen dari luas daratan Pulau Dewata.

Lahan sawah tersebut sebagian besar masih berpengairan setengah teknis (90,25 persen), sisanya irigasi sederhana, irigasi desa (non pekerjaan umum) dan sawah tadah hujan.

Pihaknya dalam tahun 2014 menargetkan produksi padi sebanyak 871.668 ton gabah kering giling (KGK), meningkat dari realiasi 2013 yang tercatat 881.175 ton.

Kondisi itu juga mengalami peningkatan dibanding produksi tahun 2012 yang tercatat 865.554 ton GKG.

Dua kali penanaman padi setiap tahun panen rata-rata seluas 150.741 hektare. Meskipun kebutuhan masyarakat Bali termasuk wisatawan terus meningkat, namun produksi itu masih mampu memenuhi kebutuhan domestik.

Kebutuhan konsumsi beras masyarakat Bali setiap tahunnya sekitar 451.327 ton atau rata-rata 130 kg perkapita pertahun, sehingga dari produksi itu masih ada kelebihan produksi beras (swasembada) sebanyak 47.974 ton. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014