Denpasar (Antara Bali) - Pelaksanaan "Bali International Cocoa Festival" (BICF) yang diselenggarakan di Kabupaten Jembrana pada 28-30 Agustus lalu terbukti memberikan manfaat besar bagi petani kakao di Indonesia.
Ketua Panitia BICF Agung Widiastuti di Denpasar, Senin, mengatakan kegiatan yang digelar selama tiga hari tersebut dibuktikan dengan adanya penandatangan nota kesepakatan (MoU) bersama antara petani dan perusahaan pengolahan biji kakao nasional.
"Sebanyak 11 terjadi nota kesepahaman antara petani, kelompok petani, koperasi di seluruh Indonesia. Di antaranya Koperasi Kerta Semaya Samaniya Jembrana dengan PT Papandayan Cocoa Industries (Barry Callebout), Subak Kembang Sari Kabupaten Badung dengan PT POD Chocolate.
Selain itu, empat MoU antara PT Equilibrium dengan tujuh small holder, yaitu, Koperasi Masagena, HPS Yogyakarta, Koperasi Lestari Mandiri Boyolali Jawa Tengah, KSU Mekar Jaya Batang Jawa Tengah, Koperasi Wasiat Sulawesi Barat, Koperasi Amanah Sulawesi dan KSU Jantan NTT. Tiga MoU antara PT Pagilaran dengan Koperasi Sikap NTT, KSU Jantan NTT, Koperasi Mekar Jaya dan Batang Jawa Tengah.
"Spirit untuk menempatkan posisi petani dan perusahaan equal dan dalam konsep bermitra bisnis terealisasi. Itu sejalan dengan tujuan awal pelaksanaan festival untuk menjadikan ajang ini sebagai spirit membangun," ujarnya.
Ia mengatakan kerja sama itu memberikan spirit untuk membangun hubungan yang lebih baik dalam mewujudkan sinergi antara petani dan perusahaan. Selama tiga hari pelaksanaan festival, kegiatan yang difasilitasi oleh Pemkab Jembrana ini juga melahirkan berbagai inisiatif kerja sama antar pemangku kepentingan kakao berkelanjutan.
Agung Widiastuti mengakui posisi Jembrana dalam kancah kakao nasional memang belum diperhitungkan karena luasan area kakao di daerah barat itu masih lebih kecil, yaitu 6.262 hektare. Namun Jembrana diharapkan akan memelopori daerah lain dalam hal kesetaraan.
Apalagi, lanjut Agung Widiastuti, BICF berupaya menunjukkan pentingnya kakao menggelar "chocolate campaign" dengan melibatkan 200 delegasi BICF serta 800 siswa dari 10 SMU di Kabupaten Jembrana melalui gerakan minum cokelat yang disediakan oleh Nestle Indonesia akan menjadi momen terkhusus.
Selain itu panitia juga membagikan cokelat 5000 aneka produk cokelat olahan. Dia berharap adanya kesepakatan itu akan membuat petani kakao semakin semangat menghasilkan buah berkualitas dan menghentikan penebangan untuk diganti tanaman lain. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Ketua Panitia BICF Agung Widiastuti di Denpasar, Senin, mengatakan kegiatan yang digelar selama tiga hari tersebut dibuktikan dengan adanya penandatangan nota kesepakatan (MoU) bersama antara petani dan perusahaan pengolahan biji kakao nasional.
"Sebanyak 11 terjadi nota kesepahaman antara petani, kelompok petani, koperasi di seluruh Indonesia. Di antaranya Koperasi Kerta Semaya Samaniya Jembrana dengan PT Papandayan Cocoa Industries (Barry Callebout), Subak Kembang Sari Kabupaten Badung dengan PT POD Chocolate.
Selain itu, empat MoU antara PT Equilibrium dengan tujuh small holder, yaitu, Koperasi Masagena, HPS Yogyakarta, Koperasi Lestari Mandiri Boyolali Jawa Tengah, KSU Mekar Jaya Batang Jawa Tengah, Koperasi Wasiat Sulawesi Barat, Koperasi Amanah Sulawesi dan KSU Jantan NTT. Tiga MoU antara PT Pagilaran dengan Koperasi Sikap NTT, KSU Jantan NTT, Koperasi Mekar Jaya dan Batang Jawa Tengah.
"Spirit untuk menempatkan posisi petani dan perusahaan equal dan dalam konsep bermitra bisnis terealisasi. Itu sejalan dengan tujuan awal pelaksanaan festival untuk menjadikan ajang ini sebagai spirit membangun," ujarnya.
Ia mengatakan kerja sama itu memberikan spirit untuk membangun hubungan yang lebih baik dalam mewujudkan sinergi antara petani dan perusahaan. Selama tiga hari pelaksanaan festival, kegiatan yang difasilitasi oleh Pemkab Jembrana ini juga melahirkan berbagai inisiatif kerja sama antar pemangku kepentingan kakao berkelanjutan.
Agung Widiastuti mengakui posisi Jembrana dalam kancah kakao nasional memang belum diperhitungkan karena luasan area kakao di daerah barat itu masih lebih kecil, yaitu 6.262 hektare. Namun Jembrana diharapkan akan memelopori daerah lain dalam hal kesetaraan.
Apalagi, lanjut Agung Widiastuti, BICF berupaya menunjukkan pentingnya kakao menggelar "chocolate campaign" dengan melibatkan 200 delegasi BICF serta 800 siswa dari 10 SMU di Kabupaten Jembrana melalui gerakan minum cokelat yang disediakan oleh Nestle Indonesia akan menjadi momen terkhusus.
Selain itu panitia juga membagikan cokelat 5000 aneka produk cokelat olahan. Dia berharap adanya kesepakatan itu akan membuat petani kakao semakin semangat menghasilkan buah berkualitas dan menghentikan penebangan untuk diganti tanaman lain. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014