Denpasar (Antara Bali) - Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Bali tidak sekedar mencetak calon guru yang siap diterjunkan ke tengah-tengah masyarakat, kata Ketua Yayasan IKIP PGRI Bali, I Gusti Bagus Arthanegara.
"Sudah ribuan sarjana IKIP PGRI Bali atau sebanyak 19.337 orang yang dilepas dari pangkuan almamaternya dan mereka tersebar ke mana-mana dan ada di antara mereka menempati posisi strategis di pemerintahan," Ketua Gusti Bagus Arthanegara di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, yang pasti mereka tidak hanya menjadi guru, tetapi juga ada yang telah berhasil menjadi profesor, rektor, kepala dinas, pimpinan DPRD, bahkan ada yang sudah mampu menduduki kursi jabatan seorang bupati.
Kondisi itu merupakan salah satu yang sangat membahagiakan sebab dalam usianya yang ke-31 IKIP PGRI Bali mampu melaksanakan wisuda para lulusannya yang ke-33 kalinya. Usia 31 tahun bukanlah usia yang masih muda. Tetapi sebuah usia yang cukup dewasa untuk bisa terus tetap tegar menghadapi segala macam hambatan, tantangan, gangguan dan cobaan.
Semuanya telah dapat dilalui dengan selamat, damai dan dalam suasana yang sangat nyaman tiada lain berkat kerja keras seluruh civitas akademika di IKIP PGRI Bali, baik mahasiswa, pegawai, dosen, yayasannya dan masyarakat pendukungnya, kata Arthanegara.
Ia menambahkan, bagi IKIP PGRI Bali, kerja sama dan kerukunan antara Yayasan dengan Tri Civitas Akademika adalah ibarat sepasang sayap pada seekor burung. Kalau burung itu boleh kami ibaratkan adalah Perguruan Tinggi IKIP PGRI Bali dan dua sayap itu adalah Yayasan dan Tri Civitas Akademika-nya.
Ia yang pria berusia 70 tahun ini mengandaikan salah satu saja sayap itu tidak berfungsi dengan baik, dapat dipastikan burung itu tidak akan pernah bisa terbang menjelajah angkasa bebas. Atau kalau boleh ibaratkan keluarga besar IKIP PGRI Bali ini sebagai seperangkat gambelan, maka semua perangkat memilikiperanan yang sama penting untuk bisa melahirkan sebuah simphoni yang sangat indah.
Satu saja alat itu salah melangkah, maka dapat dipastikan irama gambelan itupun akan menjadi kacau balau. Dan inilah yang selalu ditekankan dalam kehidupan sehari-hari selama 31 tahun di IKIP PGRI Bali.
Dengan modal itu pula para pendiri IKIP PGRI Bali mampu melangkahkan kaki sampai kepada usianya yang ke 31 tahun.
Untuk selanjutnya terus melangkah maju seiring dengan tuntutan zamannya. Menurut Arthanegara dengan hidup rukun saja belum tentu bisa berhasil menjalani kehidupan ini. Apalagi kalau sampai tidak rukun, untuk itu dituntut untuk bisa membawa IKIP PGRI Bali ini terus maju dan berkembang seirama dengan kemajuan zaman.
Sebab kalau sampai tidak berkembang atau sama saja dengan keadaan masa lalu kemarin, maka sesungguhnya itu sudah merupakan kecelakaan. Apalagi kalau sampai mengalami kemunduran, maka semua itu merupakan sebuah malapetaka yang patut dihindari, ujar Arthanegara. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Sudah ribuan sarjana IKIP PGRI Bali atau sebanyak 19.337 orang yang dilepas dari pangkuan almamaternya dan mereka tersebar ke mana-mana dan ada di antara mereka menempati posisi strategis di pemerintahan," Ketua Gusti Bagus Arthanegara di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, yang pasti mereka tidak hanya menjadi guru, tetapi juga ada yang telah berhasil menjadi profesor, rektor, kepala dinas, pimpinan DPRD, bahkan ada yang sudah mampu menduduki kursi jabatan seorang bupati.
Kondisi itu merupakan salah satu yang sangat membahagiakan sebab dalam usianya yang ke-31 IKIP PGRI Bali mampu melaksanakan wisuda para lulusannya yang ke-33 kalinya. Usia 31 tahun bukanlah usia yang masih muda. Tetapi sebuah usia yang cukup dewasa untuk bisa terus tetap tegar menghadapi segala macam hambatan, tantangan, gangguan dan cobaan.
Semuanya telah dapat dilalui dengan selamat, damai dan dalam suasana yang sangat nyaman tiada lain berkat kerja keras seluruh civitas akademika di IKIP PGRI Bali, baik mahasiswa, pegawai, dosen, yayasannya dan masyarakat pendukungnya, kata Arthanegara.
Ia menambahkan, bagi IKIP PGRI Bali, kerja sama dan kerukunan antara Yayasan dengan Tri Civitas Akademika adalah ibarat sepasang sayap pada seekor burung. Kalau burung itu boleh kami ibaratkan adalah Perguruan Tinggi IKIP PGRI Bali dan dua sayap itu adalah Yayasan dan Tri Civitas Akademika-nya.
Ia yang pria berusia 70 tahun ini mengandaikan salah satu saja sayap itu tidak berfungsi dengan baik, dapat dipastikan burung itu tidak akan pernah bisa terbang menjelajah angkasa bebas. Atau kalau boleh ibaratkan keluarga besar IKIP PGRI Bali ini sebagai seperangkat gambelan, maka semua perangkat memilikiperanan yang sama penting untuk bisa melahirkan sebuah simphoni yang sangat indah.
Satu saja alat itu salah melangkah, maka dapat dipastikan irama gambelan itupun akan menjadi kacau balau. Dan inilah yang selalu ditekankan dalam kehidupan sehari-hari selama 31 tahun di IKIP PGRI Bali.
Dengan modal itu pula para pendiri IKIP PGRI Bali mampu melangkahkan kaki sampai kepada usianya yang ke 31 tahun.
Untuk selanjutnya terus melangkah maju seiring dengan tuntutan zamannya. Menurut Arthanegara dengan hidup rukun saja belum tentu bisa berhasil menjalani kehidupan ini. Apalagi kalau sampai tidak rukun, untuk itu dituntut untuk bisa membawa IKIP PGRI Bali ini terus maju dan berkembang seirama dengan kemajuan zaman.
Sebab kalau sampai tidak berkembang atau sama saja dengan keadaan masa lalu kemarin, maka sesungguhnya itu sudah merupakan kecelakaan. Apalagi kalau sampai mengalami kemunduran, maka semua itu merupakan sebuah malapetaka yang patut dihindari, ujar Arthanegara. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014