Denpasar (Antara Bali) - Sasya Tranggono (51), seniman kelahiran Jakarta yang sukses menggelar pameran di berbagai negara, kini melaksanakan pameran tunggal di Bali untuk ikut memeriahkan "Sanur Village Festival" (SVF).

"Pameran yang menyuguhkan karya-karya terbarunya mengusung tema `My Beautiful Indonesia` berlangsung sebulan lebih di Sudakara Art Space, Sudamala Suites and Villas, Sanur, 18 Agustus-21 September 2014," kata Sasya Tranggono di Sanur, Jumat.

Karya-karya terbaru yang disuguhkan itu mengelaborasi wiracerita pewayangan secara puitik dan molek yang mampu menarik perhatian masyarakat.

Ia adalah lulusan Smith College in Syracuse University (1987) dan Erasmus University (1991) yang secara khusus memperdalam seni rupa di Vrije Academie Rotterdam (1995) serta the Werve Shell Art Club, Belanda (1995).

Sasya Tranggono aktif menggelar pameran tunggal sejak 2008 hingga sekarang di berbagai tempat dan galeri di Indonesia serta luar negeri, antara lain Rotterdam (2010), Manila (2010), St. Petersburg (2012), Kuala Lumpur (2014) dan Singapura (2014).

Pameran yang digelar kali ini merupakan kerja sama dengan Kino Inovator, Benih Kasih Foundation serta Sudamala Suites and Villas, yang mencerminkan proses cipta Sasya Tranggono yang mendedikasikan pengabdian pada kemanusiaan dan cintanya pada tanah air melalui ekspresi seni lukis.

Seorang budayawan asal Prancis Jean Couteau yang sudah puluhan tahun menetap di Pulau Dewata menilai karya-karya Sasya Tranggono adalah sebuah upaya yang mengajak masyarakat untuk memikirkan kembali perihal eksotisme, ikon kebudayaan berikut peneguhan identitas.

Semua itu terangkum dalam kekayaan imajinasi penuh renungan perihal dunia mistis yang hidup di Timur.

Jean Couetau menyatakan, dunia pewayangan yang dihadirkan dalam kanvasnya merefleksikan latar kultural Sasya Tranggono yang lahir dari keluarga Jawa, bergiat di bidang kedokteran kecantikan dengan menciptakan produk kecantikan yang tersohor di Indonesia.

Akan tetapi pengalaman Sasya yang sedini usianya bersentuhan dengan dunia Barat, menjadi insinyur di satu kampus ternama USA dan menamatnya MBA di Erasmus Business School di Belanda, memicu ekspresi visual dirinya menjadi unik dan otentik.

Karya-karya Sasya mencerminkan dinamika kultural bangsa Indonesia umumnya, serta mengingatkan dunia modern Indonesia yang diwarnai berbagai perubahan mendasar: antara lain urbanisasi, terkikisnya memori kultural lokal yang belakangan tertransformasikan menjadi sebentuk identitas keindonesiaan secara nasional, ujar Jean Couetau yang belum lama ini menerima Sasraswati Award dari ARMA Museum.

Pada lukisan karya Sasya yang dipamerkan kali ini, ikon-ikon kebudayaan silam seperti dari Jawa dan Bali memperoleh lapis makna terbarunya, sekaligus membangun identitas pemaknaan yang lebih bersifat global, tidak lagi mencerminkan suatu tautan keagamaan atau kepercayaan tertentu.

Sebagaimana pameran sebelumnya, Sasya Tranggono mendedikasikan "My Beautiful Indonesia" sebagai sebentuk seni kepedulian, di mana sebagian penjualan karyanya didonasikan untuk yayasan sosial dan yatim piatu Benih Kasih. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014