Jakarta (Antara Bali) – Pengamat pendidikan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Titik Handayani menilai program Beasiswa Pendidikan Bagi Mahasiswa Berprestasi (Bidikmisi) membutuhkan lebih banyak sosialisasi.
"Sosialisasinya masih kurang, harusnya sosialisasinya lebih ditingkatkan," kata Titik kepada ANTARA News di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, implementasi Bidikmisi saat ini masih belum berjalan doptimal karena beberapa perguruan tinggi di daerah-daerah tertentu belum menyerap dana Bidikmisi yang telah dianggarkan dengan baik.
Titik menyarankan sosialisasi program agar dilaksanakan di SMA-SMA dengan menyasar murid-murid kelas XII untuk mendorong murid tak mampu berprestasi untuk meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi.
Menurut dia, banyak murid SMA tak mampu yang berprestasi enggan melanjutkan pendidikan karena tak mengetahui program ini.
Sosialisasi dini di sekolah-sekolah akan membuat murid lebih mempersiapkan beberapa persyaratan yang diperlukan.
Menurut dia, ada keengganan dari para mahasiswa untuk mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) karena malu sehingga mahasiswa itu tidak menerima beasiswa Bidikmisi padahal mereka berhak menerima.
Menurut dia, angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi saat ini masih 21 persen, sementara target APK perguruan tinggi sampai akhir 2014 adalah 30 persen.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato kenegaraan di Gedung DPR/MPR/DPD RI Jakarta, Jumat, mengatakan masalah besar yang dihadapi Indonesia dalam pendidikan yakni banyaknya anak-anak dari keluarga miskin yang cerdas namun tidak mampu masuk perguruan tinggi.
Salah satu program pemerintah untuk membantu mahasiswa kurang mampu adalah Bidikmisi yang memberikan uang kuliah gratis, ditambah dengan uang saku bulanan.
Presiden mencatat sampai saat ini sudah lebih dari 220.000 siswa yang masuk dalam program Bidikmisi dan umumnya mereka berhasil meraih prestasi akademis dan non-akademis yang mengagumkan.
"Tidak jarang diantara mereka yang lulus dengan predikat cumlaude, bahkan dengan IPK sempurna 4. Saya sempat terharu mendengar cerita anak pengemudi becak bernama Raeni yang ikut Bidikmisi dan berhasil lulus dari Universitas Negeri Semarang dengan IPK 3,96," kata Yudhoyono. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Sosialisasinya masih kurang, harusnya sosialisasinya lebih ditingkatkan," kata Titik kepada ANTARA News di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, implementasi Bidikmisi saat ini masih belum berjalan doptimal karena beberapa perguruan tinggi di daerah-daerah tertentu belum menyerap dana Bidikmisi yang telah dianggarkan dengan baik.
Titik menyarankan sosialisasi program agar dilaksanakan di SMA-SMA dengan menyasar murid-murid kelas XII untuk mendorong murid tak mampu berprestasi untuk meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi.
Menurut dia, banyak murid SMA tak mampu yang berprestasi enggan melanjutkan pendidikan karena tak mengetahui program ini.
Sosialisasi dini di sekolah-sekolah akan membuat murid lebih mempersiapkan beberapa persyaratan yang diperlukan.
Menurut dia, ada keengganan dari para mahasiswa untuk mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) karena malu sehingga mahasiswa itu tidak menerima beasiswa Bidikmisi padahal mereka berhak menerima.
Menurut dia, angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi saat ini masih 21 persen, sementara target APK perguruan tinggi sampai akhir 2014 adalah 30 persen.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato kenegaraan di Gedung DPR/MPR/DPD RI Jakarta, Jumat, mengatakan masalah besar yang dihadapi Indonesia dalam pendidikan yakni banyaknya anak-anak dari keluarga miskin yang cerdas namun tidak mampu masuk perguruan tinggi.
Salah satu program pemerintah untuk membantu mahasiswa kurang mampu adalah Bidikmisi yang memberikan uang kuliah gratis, ditambah dengan uang saku bulanan.
Presiden mencatat sampai saat ini sudah lebih dari 220.000 siswa yang masuk dalam program Bidikmisi dan umumnya mereka berhasil meraih prestasi akademis dan non-akademis yang mengagumkan.
"Tidak jarang diantara mereka yang lulus dengan predikat cumlaude, bahkan dengan IPK sempurna 4. Saya sempat terharu mendengar cerita anak pengemudi becak bernama Raeni yang ikut Bidikmisi dan berhasil lulus dari Universitas Negeri Semarang dengan IPK 3,96," kata Yudhoyono. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014