Banjarmasin, (Antara Bali) - Kepala Bidang Usaha Ekonomi Rakyat Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Gusti Nur Aina mengungkapkan mental miskin yang ada pada sebagian masyarakat Kalimantan Selatan menjadi salah satu kendala suksesnya program dan upaya pengentasan kemiskinan di daerah itu.

"Tidak sedikit masyarakat kita yang mampu, tiba-tiba mengaku miskin saat mengetahui ada program bantuan bagi warga kurang mampu, sehingga kondisi tersebut membuat petugas harus benar-benar jeli untuk menerapkan program," kata Nur Aina di Banjarmasin, pekan lalu.

 Hal tersebut disampaikan saat menyambut rombongan dari tim kehumasan dan rombongan wartawan dari Bali yang sedang melakukan studi banding terkait berbagai program pengentasan kemiskinan.

Menurut Aina, Kalsel telah melakukan program pengentasan kemiskinan dengan program yang disebut dengan program Gerbangmastaskin, yaitu gerakan Pembangunan Masyarakat dan Penuntasan Kemiskinan dengan memberikan dana bantuan masing-masing sebesar Rp50 juta per desa.

Selain itu desa yang ditunjuk juga memperoleh bantuan dana pendampingan dari anggaran pendapatan dan belanja kabupaten masing-masing Rp20 juta sehingga total tiap desa mendapatkan Rp70 juta.

"Dana bantuan ini digunakan untuk membantu masyarakat desa dalam upaya pengentasan kemiskinan," katanya.

Program dana bantuan yang bersumber dari APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) ini, tersebut secara bertahap disalurkan bagi 52 desa di 26 kecamatan di Kalsel.

Sebagai dana perangsang (stimulus) maka Program Gerbangmastaskin ini bertujuan untuk mewujudkan kemandirian masyarakat dalam menanggulangi masalah kemiskinan melalui pendekatan tri daya, yakni pemberdayaan manusia,usaha dan lingkungan.

Secara khusus lagi, program ini juga bertujuan meningkatkan peran serta aktif Rumah Tangga Miskin (RTM) dalam proses pengambilan keputusan dalam kegiatan pembangunan di desanya secara terbuka, demokratis dan bertanggung jawab.

Selain itu, kata dia, juga untuk mengembangkan kemampuan dan peluang berusaha dan menyediakan sarana prasarana kebutuhan dasar lainnya.

 "Oleh masyarakat dana itu nanti bisa digunakan untuk pemberdayaan usaha mereka, simpan pinjam dan usaha sektor riil," tambah Aina.

 Sedang bagi RTM rentan, kata dia, dana bisa juga digunakan untuk pengadaan sembako, membeli peralatan sekolah anak dan perbaikan tempat tinggal.

 Melalui program tersebut, Gubernur Kalsel Rudy Ariffin, menargetkan akan mampu menurunkan jumlah penduduk miskin, yang kini masih 4,76 persen menjadi 3,95 persen pada 2015.

 "Kendati program kami telah berjalan sejak 2007, namun dibanding dengan program pengentasan kemiskinan di Bali masih kalah, ibarat kata kami ini sudah kalah tadah," katanya.

 Program pengentasan kemiskinan di Bali, kendati baru dimulai 2012, tetapi sudah mampu menempatkan Provinsi Bali dengan jumlah penduduk miskin terendah ke dua nasional, dan Kalsel ketiga.

 Kondisi tersebut, terjadi, kata dia, karena nilai dana yang tidak sebanding, yaitu Bali Rp1 miliar lebih per desa, sedangkan Kalsel, hanya Rp50 juta per desa, sehingga sangat jauh dari mencukupi.

 Selain itu, juga kondisi infrastruktur desa yang masih jauh dari harapan, juga mempengaruhi belum maksimalnya program tersebut.

 Sama halnya di Kalsel, sejak 2012 Bali juga telah menetapkan program Balimandara, yaitu pemberian dana bantuan stimulus kepada 177 desa, masing-masing Rp1 miliar dan biaya operasional Rp20 juta.

  Pimpinan rombongan Biro Humas Pemprov Bali, Dewa Dharmadi mengatakan, program tersebut, sebagian besar dimanfaatkan oleh pemerintah desa untuk memperbaiki infrastruktur desa serta pengembangan ekonomi kreatif.

 "Hingga kini program tersebut mampu menurunkan jumlah penduduk miskin di daerah kami cukup signifikan, namun kami belum puas. Makanya kami belajar ke Kalsel yang telah menyelenggarakan program ini sejak 2007," katanya.

Menurut dia, banyak hal yang bisa dipelajari dari program di Kalsel, bukan hanya keberhasilannya, tetapi juga kendala dan kelemahannya, serta cara mengatasinya.

 Rombongan humas dan wartawan dari berbagai media lokal maupun nasional di Bali, melanjutkan perjalanan ke Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, untuk melihat beberapa desa yang sukses menyelenggarakan program tersebut sekaligus untuk berwisata pasar Intan Martapura. (WDY)

Pewarta: Oleh Ulul Maskuriah

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014