Denpasar (Antara Bali) - Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Bali Putu Sumantra mengatakan masih banyak sapi dari provinsinya dijual ke daerah lain secara ilegal.
"Hal ini disebabkan karena tingginya permintaan dari luar Bali baik sebagai bibit maupun sapi potong sebagai dampak pengurangan kuota impor sapi," katanya saat menyampaikan pemaparan pada Rapat Koordinasi bidang Pertanian, Peternakan dan Kehutanan Pemprov Bali, di Denpasar, Kamis.
Ia mengemukakan, minat daerah-daerah di luar Pulau Dewata tinggi untuk program pembibitan sapi bali untuk mencapai swasembada sapi.
"Terkait pengeluaran sapi antarpulau yang ilegal ini, sesungguhnya beberapa kali kami sudah melakukan koordinasi dengan TNI dan Polri di Kabupaten Jembrana yang merupakan wilayah paling barat Bali, namun masih sulit dilakukan," ujarnya.
Demikian juga Disnakeswan Bali sudah melakukan koordinasi pengawasan pada berbagai pelabuhan. Tetapi yang terjadi, tidak sedikit sapi yang dikeluarkan dari Bali melalui pelabuhan yang tidak resmi pada waktu-waktu yang sulit dipantau.
Di sisi lain, kata Sumantra, terancamnya populasi sapi bali selain karena pengeluaran secara ilegal, juga banyaknya pemotongan sapi betina yang produktif.
"Penyebabnya karena harga sapi betina lebih murah dari jantan, sehingga para jagal cenderung memotong sapi betina. Kondisi ini selain dapat menyebabkan penurunan populasi sapi, kami khawatirkan menyebabkan harga sapi yang tidak terkontrol," ucapnya.
Oleh karena itu, pihaknya meminta Gubernur Bali agar melakukan pengetatan dalam izin pengeluaran sapi ke luar Pulau Dewata.
Untuk produksi sapi bali selama tiga tahun terakhir yakni pada 2011 sebanyak 8.080,92 ton, tahun 2012 (8.758,64 ton) dan pada 2013 sejumlah 8.013,04 ton.
Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan terkait dengan maraknya penjualan sapi ilegal, perlu diperbarui kerja sama dengan kepolisian.
"Sebenarnya orang menyelundupkan itu karena ada perbedaan atau disparitas harga dengan harga di Bali," ujarnya.
Selain itu Pastika menekankan pihaknya masih mempertahankan kemurnian sapi bali sebagai plasma nutfah Pulau Dewata, meskipun banyak tawaran untuk menyilangkan dengan bibit sapi jantan dari luar negeri.
"Ada tawaran misalnya dengan menyilangkan bibit jantan dari Eropa sedangkan yang betina dari Bali supaya nanti kualitasnya lebih bagus. Seperti halnya di Sukabumi sapi betina dikawinkan dengan sapi Eropa menjadi bentuknya bagus dan kulitnya halus. Bahkan ada pesanan dari Italia dan Perancis untuk kulitnya itu karena bagus sekali," ujarnya.
Pastika secara pribadi masih berpendapat bahwa sapi bali harus dipertahankan keasliannya. Namun, untuk ke depan, katanya, perlu dipertimbangkan juga kebutuhan pangan dan manfaat ekonominya bagi masyarakat. (LHS/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Hal ini disebabkan karena tingginya permintaan dari luar Bali baik sebagai bibit maupun sapi potong sebagai dampak pengurangan kuota impor sapi," katanya saat menyampaikan pemaparan pada Rapat Koordinasi bidang Pertanian, Peternakan dan Kehutanan Pemprov Bali, di Denpasar, Kamis.
Ia mengemukakan, minat daerah-daerah di luar Pulau Dewata tinggi untuk program pembibitan sapi bali untuk mencapai swasembada sapi.
"Terkait pengeluaran sapi antarpulau yang ilegal ini, sesungguhnya beberapa kali kami sudah melakukan koordinasi dengan TNI dan Polri di Kabupaten Jembrana yang merupakan wilayah paling barat Bali, namun masih sulit dilakukan," ujarnya.
Demikian juga Disnakeswan Bali sudah melakukan koordinasi pengawasan pada berbagai pelabuhan. Tetapi yang terjadi, tidak sedikit sapi yang dikeluarkan dari Bali melalui pelabuhan yang tidak resmi pada waktu-waktu yang sulit dipantau.
Di sisi lain, kata Sumantra, terancamnya populasi sapi bali selain karena pengeluaran secara ilegal, juga banyaknya pemotongan sapi betina yang produktif.
"Penyebabnya karena harga sapi betina lebih murah dari jantan, sehingga para jagal cenderung memotong sapi betina. Kondisi ini selain dapat menyebabkan penurunan populasi sapi, kami khawatirkan menyebabkan harga sapi yang tidak terkontrol," ucapnya.
Oleh karena itu, pihaknya meminta Gubernur Bali agar melakukan pengetatan dalam izin pengeluaran sapi ke luar Pulau Dewata.
Untuk produksi sapi bali selama tiga tahun terakhir yakni pada 2011 sebanyak 8.080,92 ton, tahun 2012 (8.758,64 ton) dan pada 2013 sejumlah 8.013,04 ton.
Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan terkait dengan maraknya penjualan sapi ilegal, perlu diperbarui kerja sama dengan kepolisian.
"Sebenarnya orang menyelundupkan itu karena ada perbedaan atau disparitas harga dengan harga di Bali," ujarnya.
Selain itu Pastika menekankan pihaknya masih mempertahankan kemurnian sapi bali sebagai plasma nutfah Pulau Dewata, meskipun banyak tawaran untuk menyilangkan dengan bibit sapi jantan dari luar negeri.
"Ada tawaran misalnya dengan menyilangkan bibit jantan dari Eropa sedangkan yang betina dari Bali supaya nanti kualitasnya lebih bagus. Seperti halnya di Sukabumi sapi betina dikawinkan dengan sapi Eropa menjadi bentuknya bagus dan kulitnya halus. Bahkan ada pesanan dari Italia dan Perancis untuk kulitnya itu karena bagus sekali," ujarnya.
Pastika secara pribadi masih berpendapat bahwa sapi bali harus dipertahankan keasliannya. Namun, untuk ke depan, katanya, perlu dipertimbangkan juga kebutuhan pangan dan manfaat ekonominya bagi masyarakat. (LHS/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014