Denpasar (Antara Bali) - Simposium internasional yang diselenggarakan Forum Pemuda Pelajar Indonesia (PPI) membahas sejumlah agenda ekonomi Asean dan Indonesia.

Ketua Panitia Pengarah Simposium Internasional PPI Masykur Harahap di Kuta, Bali, Minggu, mengatakan dalam menghadapi pasar bebas Asean, persiapan yang harus dilakukan Indonesia adalah salah satunya dengan memperkuat kualitas produk dalam negeri.

"Untuk menghadapi pasar bebas tersebut, negara Indonesia harus mampu membuat produk yang berkualitas serta bersertifikasi. Sebab dengan kualitas yang tinggi dan bersertifikasi diharapkan mampu menyumplai produk secara berkelanjutan," katanya.

Ia mengatakan dalam penutupan konferensi tersebut, PPI melahirkan 28 rekomendasi yang akan diserahkan kepada pemerintah pusat maupun daerah.

"Kami akan menyerahkan rekomendasi yang berjumlah 28 butir kepada pemerintah. Ke-28 butir rekomendasi tersebut lahir dari kajian tim yang tersebar di beberapa negara di Asean yang bisa menjadi acuan bagi pemerintah pusat dan daerah," ujarnya.

Masykur menjelaskan butir-butir rekomendasi tersebut akan diserahkan secara resmi bersama dengan latar belakang kajian akademis dan fakta lapangan yang ditemui baik yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara Asean lainnya.

Secara keseluruhan, kata dia, isi rekomendasi tersebut adalah soal penguatan ekonomi Indonesia terutama dalam persiapan menyambut Komunitas Asean yang segera akan diberlakukan selain pembenahan ekonomi internal Indonesia termasuk pemberantasan korupsi dan memperkuat kualitas SDM melalui pendidikan.

Dalam kajian PPI, hampir seluruh negara-negara di Asean telah mempersiapkan era komunitas Asean yang akan diberlakukan mulai tahun 2015.

"Karena itu dalam butir rekomendasi dijelaskan upaya memperkuat produk dalam negeri dan mengoptimalkan sumber daya alam dalam negeri. Selama ini negara-negara di Asean hanya menjadi lahan eksploitasi negara industri atau negara-negara adidaya. Komunitas Asean harus mempertegas kekuatannya, menyaingi negara-negara adidaya tersebut," katanya.

Untuk konteks Indonesia, Masykur lebih lanjut mengatakan persiapan menghadapi komunitas Asean masih belum kelihatan atau belum ada upaya konkret untuk memasuki komunitas Asean tersebut.

Selama ini investasi asing di Indonesia masih belum berjalan, banyak kerumitan birokrasi. Belum lagi infrastruktur yang belum merata, moda transportasi yang sangat mahal. Dibanding dengan beberapa negara lainnya, Indonesia masih sangat jauh mempersiapkan masuknya komunitas Asean.

Menurut dia, beberapa negara di Asean misalnya, sudah mempersiapkan memasuki komunitas Asean sejak lama.

Anggota PPI asal Thailand, Aldian Farabi menjelaskan negeri Gajah Putih tersebut sudah sejak lima tahun lalu mempersiapkan era komunitas Asean.

"Di Thailand misalnya, sudah diajarkan Bahasa Indonesia secara masif bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi. Mereka ingin menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial dari berbagai produk pertanian dan pariwisata terutama di bidang tenaga kerja pariwisata. Mereka menilai Indonesia menjadi pasar paling besar di Asean bagi berbagai produk pertanian Thailand selain Vietnam," ujarnya.

Bahkan saat ini, kata dia, Thailand sudah melakukan pemetaan pasar dan investasi di Indonesia. Segala produk yang dihasilkan, sebanyak dua per tiga dipakai untuk pemenuhan kebutuhan atau konsumsi, selebihnya untuk investasi pasar di beberapa negara di Asean.

Sementara itu, anggota PPI Malaysia, Zaki Halim mengatakan banyak negara Asean yang membidik Indonesia sebagai pasar mahal.

"Oleh karena itu Indonesia harus kuat mempertahankan kualitas produk dalam negeri dan persaingan sumber daya manusia," ujarnya.

Ia mengatakan di Malaysia misalnya, beberapa TKI formal sektor industri sudah banyak mendapatkan pengakuan. Beberapa produk Indonesia juga menjadi mahal seperti kain tenun dan batik.

"Kami amati Indonesia masih kalah dibanding dengan negara-negara lainnya dan pada saat yang sama Indonesia hanya dipakai sebagai pasar yang menguntungkan negara mereka," katanya. (WDY)

Pewarta: Oleh I Komang Suparta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014