Ucapan Maling Oleh Prabowo Patut Dimintai Klarifikasi

Jumat, 13 Juni 2014 13:58 WIB

Jakarta (Antara Bali) - Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Victor Silaen menilai Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) bisa mempertanyakan ucapan maling yang diutarakan capres Prabowo Subianto dalam salah satu kampanyenya di daerah.

"Penting dikritisi dari kampanye Prabowo adalah yang mengatakan pihak lawan sebagai maling. Bawaslu harus memanggil Prabowo untuk mempertanggungjawabkan pernyataannya itu," kata Victor melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Dalam kesempatan berkampanye di Solo beberapa waktu lalu, Prabowo mengajak warga memilih nomor urut satu (Prabowo Subianto-Hatta Rajasa), agar Indonesia tidak dipimpin para maling.

Prabowo tidak menyebut spesifik kepada siapa tudingannya itu , namun karena hanya terdapat dua pasang capres-cawapres dalam Pilpres 2014, maka pernyataannya itu menuai spekulasi ditujukan kepada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Victor mengatakan Prabowo patut membuktikan bahwa pihak lawannya betul-betul pantas disebut maling. Jika tidak, maka hal itu bisa termasuk pelanggaran etika dalam berkampanye.

Victor juga menilai pidato Prabowo di Rumah Polonia, Jakarta Timur, 10 Juni lalu, yang menyarankan agar rakyat menerima uang politik menjelang Pilpres 9 Juli mendatang patut disesalkan. Sebab, kata dia, Prabowo sebagai calon presiden bagi seluruh rakyat Indonesia seharusnya memberikan teladan dengan mengimbau masyarakat menolak semua bentuk politik uang.

Sementara itu pengamat dari Universitas Indonesia Agung Suprio menyatakan sejatinya Prabowo telah mengubah penampilannya menjadi pribadi yang ramah, hal itu menurut dia terlihat dari bagaimana Prabowo mampu berbaur dengan masyarakat dalam setiap kampanyenya.

"Dulu (Prabowo menunjukkan) ketegasan sekarang keramahan," kata Agung.

Sementara Jokowi menurut Agung, seakan mengubah penampilannya menjadi pribadi yang garang karena juga "menyerang" Prabowo dalam kampanye. Dalam kampanyenya di Tasikmalaya, Kamis (12/6), Jokowi menyebut ketegasan pemimpin ditentukan dari tindakan bukan diukur dari badan yang besar.

Meskipun tidak menyebut langsung siapa yang dimaksud berbadan besar itu namun spekulasi mengarah hal itu ditujukan ke lawan politiknya.

"Perubahan perilaku lembut ke garang ini agak sulit diterima pemilih daripada dari tegas ke ramah," kata Agung.(WDY)

Pewarta: Oleh Rangga Pandu Asmara Jingga

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014

Terkait

Slank dukung Ganjar-Mahfud di Pilpres 2024

Sabtu, 20 Januari 2024 17:24
Terpopuler