Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mendesak segera dilakukan penertiban sejumlah biro perjalanan wisata (BPW) ilegal yang masih beroperasi di Pulau Dewata karena dapat merusak citra pariwisata.
"Kita terkadang terlalu lembek, sudah saatnya tegas. Yang ilegal ditutup dan tangkap orangnya kalau memang memungkinkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan," katanya di Denpasar, Selasa.
Menurut dia, Bali selama ini mengandalkan sektor pariwisata harus tetap menjaga citranya dengan baik.
Ia mencontohkan ketika terjadi masalah seperti halnya kecelakaan bus yang menewaskan empat wisatawan asal Tiongkok beberapa waktu lalu di kawasan Pecatu, Kabupaten Badung, yang ternyata remnya blong, dampaknya masih sampai sekarang sehingga mengundang pertanyaan dari pemerintah setempat.
"Oleh karena itu, Dinas Perhubungan ke depan harus benar-benar mengecek mobil-mobil yang dipakai untuk angkutan wisata karena menyangkut keselamatan umum," ucapnya.
Demikian juga, lanjut Pastika, agar Asosiasi Perjalanan Wisata (Asita) Bali juga dapat menyampaikan nama-nama BPW ilegal kepadanya. Sekaligus diperlukan peran media untuk menginvestigasi.
Ia menambahkan bahwa Bali harus benar-benar dapat memberikan pelayanan pariwisata yang sempurna dari sisi biro perjalanan wisata, kendaraan yang digunakan, hotel, restoran, pemandu wisata, dan sebagainya yang terkait.
Sementara itu, Ketua Asita Bali Ketut Ardana mengemukakan bahwa BPW yang ingin mempertahankan eksistensinya biasanya tidak akan berani mengambil risiko menggunakan bus atau kendaraan wisata yang usianya sudah tua karena berpotensi macet, mesin mati, dan mengakibatkan celaka.
"Namun, ada juga perusahaan yang menjual paket wisata sangat murah sehingga otomatis barang yang didapatkan murah seperti bus dan kualitas pemandu yang rendah, termasuk jenis makanan yang disajikan untuk wisatawan," ucapnya.
Ardana menambahkan bahwa sejauh ini hanya sedikit BPW yang memiliki bus sendiri dan mayoritas masih menyewa. Tetapi, umumnya BPW yang resmi tidak akan mau menggunakan bus-bus tua, meskipun secara fisik terlihat masih bagus. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Kita terkadang terlalu lembek, sudah saatnya tegas. Yang ilegal ditutup dan tangkap orangnya kalau memang memungkinkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan," katanya di Denpasar, Selasa.
Menurut dia, Bali selama ini mengandalkan sektor pariwisata harus tetap menjaga citranya dengan baik.
Ia mencontohkan ketika terjadi masalah seperti halnya kecelakaan bus yang menewaskan empat wisatawan asal Tiongkok beberapa waktu lalu di kawasan Pecatu, Kabupaten Badung, yang ternyata remnya blong, dampaknya masih sampai sekarang sehingga mengundang pertanyaan dari pemerintah setempat.
"Oleh karena itu, Dinas Perhubungan ke depan harus benar-benar mengecek mobil-mobil yang dipakai untuk angkutan wisata karena menyangkut keselamatan umum," ucapnya.
Demikian juga, lanjut Pastika, agar Asosiasi Perjalanan Wisata (Asita) Bali juga dapat menyampaikan nama-nama BPW ilegal kepadanya. Sekaligus diperlukan peran media untuk menginvestigasi.
Ia menambahkan bahwa Bali harus benar-benar dapat memberikan pelayanan pariwisata yang sempurna dari sisi biro perjalanan wisata, kendaraan yang digunakan, hotel, restoran, pemandu wisata, dan sebagainya yang terkait.
Sementara itu, Ketua Asita Bali Ketut Ardana mengemukakan bahwa BPW yang ingin mempertahankan eksistensinya biasanya tidak akan berani mengambil risiko menggunakan bus atau kendaraan wisata yang usianya sudah tua karena berpotensi macet, mesin mati, dan mengakibatkan celaka.
"Namun, ada juga perusahaan yang menjual paket wisata sangat murah sehingga otomatis barang yang didapatkan murah seperti bus dan kualitas pemandu yang rendah, termasuk jenis makanan yang disajikan untuk wisatawan," ucapnya.
Ardana menambahkan bahwa sejauh ini hanya sedikit BPW yang memiliki bus sendiri dan mayoritas masih menyewa. Tetapi, umumnya BPW yang resmi tidak akan mau menggunakan bus-bus tua, meskipun secara fisik terlihat masih bagus. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014