Denpasar (Antara Bali) - Bali mengekspor berbagai jenis patung dan aneka cindera mata dari bahan batu padas sebesar 2,57 juta dolar AS selama triwulan I-2014, meningkat 48,22 persen dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya tercatat 1,73 juta dolar AS.
"Namun dari segi volume pengapalan matadagangan benda seni itu merosot 70,16 persen," kata Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Bali, I Ketut Teneng di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, pengapalan patung batu padas triwulan I-2013 tercatat 2,34 juta unit merosot menjadi 700.146 unit pada triwulan I-2014.
Hal itu menunjukkan harga per unitnya semakin mahal, karena pengiriman benda seni yang semakin sedikit, namun devisa yang diraihnya bertambah besar.
"Kontribusi pengapalan patung dari bahan batu padas sebesar 1,94 persen dari total ekspor Bali mencapai 132,96 juta dolar AS," ujarnya.
Ketut Teneng menambahkan, aneka jenis cindera mata dari bahan baku batu padas, gips, dan semen itu 29, 51 persen di antaranya menembus pasaran Amerika Serikat, menyusul Jepang 4,26 persen dan Singapura 4,43 persen.
Selain itu juga pasaran Australia menampung 6,95 persen, Prancis 7,33 persen, Hong Kong 0,06 persen, Spanyol 3,53 persen, Italia 0,96 persen, Belanda 3,84 persen dan Jerman 6,39 persen.
Sedangkan sisanya 35,25 persen diserap oleh berbagai negara lainnya di belahan dunia, karena jenis cindera mata hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali sangat diminati masyarakat luar negeri.
Komoditas ekspor tersebut sebagian besar berupa patung dalam berbagai bentuk dan ukuran yang mampu menarik perhatian konsumen mancanegara maupun wisatawan luar negeri yang sedang menikmati liburan di Pulau Dewata.
Seni kerajinan ukir batu padas sebagian besar ditekuni masyarakat di Desa Silakarang, Kecamatan Ubud, dan Batubulan Kabupaten Gianyar.
Keterampilan mengukir untuk menghasilkan sebuah karya seni dari bahan baku batu padas itu diwarisi masyarakat setempat secara turun temurun yang hingga kini tetap lestari, ujar Ketut Teneng. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Namun dari segi volume pengapalan matadagangan benda seni itu merosot 70,16 persen," kata Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Bali, I Ketut Teneng di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, pengapalan patung batu padas triwulan I-2013 tercatat 2,34 juta unit merosot menjadi 700.146 unit pada triwulan I-2014.
Hal itu menunjukkan harga per unitnya semakin mahal, karena pengiriman benda seni yang semakin sedikit, namun devisa yang diraihnya bertambah besar.
"Kontribusi pengapalan patung dari bahan batu padas sebesar 1,94 persen dari total ekspor Bali mencapai 132,96 juta dolar AS," ujarnya.
Ketut Teneng menambahkan, aneka jenis cindera mata dari bahan baku batu padas, gips, dan semen itu 29, 51 persen di antaranya menembus pasaran Amerika Serikat, menyusul Jepang 4,26 persen dan Singapura 4,43 persen.
Selain itu juga pasaran Australia menampung 6,95 persen, Prancis 7,33 persen, Hong Kong 0,06 persen, Spanyol 3,53 persen, Italia 0,96 persen, Belanda 3,84 persen dan Jerman 6,39 persen.
Sedangkan sisanya 35,25 persen diserap oleh berbagai negara lainnya di belahan dunia, karena jenis cindera mata hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali sangat diminati masyarakat luar negeri.
Komoditas ekspor tersebut sebagian besar berupa patung dalam berbagai bentuk dan ukuran yang mampu menarik perhatian konsumen mancanegara maupun wisatawan luar negeri yang sedang menikmati liburan di Pulau Dewata.
Seni kerajinan ukir batu padas sebagian besar ditekuni masyarakat di Desa Silakarang, Kecamatan Ubud, dan Batubulan Kabupaten Gianyar.
Keterampilan mengukir untuk menghasilkan sebuah karya seni dari bahan baku batu padas itu diwarisi masyarakat setempat secara turun temurun yang hingga kini tetap lestari, ujar Ketut Teneng. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014