Negara (Antara Bali) - Rumah Bendesa Desa Adat Banyubiru, Kabupaten Jembrana, Ketut Subanda, Jumat, terbakar yang api diduga berasal dari dupa di kamar suci tempat persembahyangan.
"Kami duga dupa yang masih menyala di kamar suci tersebut, menyulut benda yang mudah terbakar di dekatnya. Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini," kata Kapolsek Negara, Kompol M. Didik Wiratmoko.
Kebakaran di rumah pimpinan adat ini diketahui pukul 11.00 wita, oleh Ni Luh Sri Anita Ratnawati, menantu Subanda, yang melihat kepulan asap dari kamar suci.
Ia lantas menghubungi mertuanya yang sedang membantu di hajatan warga setempat, namun api dengan cepat membesar, dan merembet ke bagian rumah lainnya.
"Sebelum berangkat membantu warga yang hajatan, sekitar pukul 10.00 wita, saya memang habis bersembahyang di kamar suci tersebut," kata Subanda.
Saat api berhasil dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran Pemkab Jembrana, seluruh atap rumah Subanda hangus terbakar, dengan nilai kerugian sekitar Rp100 juta.
Pada hari yang sama, kebakaran juga menimpa rumah milik Ketut Samah, warga Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo.
Samah, yang sedang duduk di depan rumahnya bersama Ni Ketut Mepek, isterinya, Komang Widana dan Ni Luh Suastini, anaknya, terkejut mendengar bunyi ledakan dari dalam rumah.
"Saat keluarga ini melihat ke dalam rumah, api sudah besar. Sebelum petugas pemadam datang, mereka bersama tetangga berusaha memadamkan api sebisanya," kata Kapolsek Mendoyo, Kompol Wayan Sinaryasa.
Kebakaran ini menghanguskan tempat tidur, perangkat elektronik, serta alat-alat warung yang biasanya digunakan Mepek untuk berjualan.
Polisi menduga, kebakaran yang membuat pemilik rumah menderita kerugian sekitar Rp150 juta ini, akibat hubungan arus pendek listrik.(GBI)
Editor : Gembong Ismadi
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014