Denpasar (Antara Bali) - Berbagai pasar tradisional di Bali akan dilengkapi dengan papan LED TV yang menyajikan Sistem Informasi Harga Komoditas Strategis atau "Sigadis" sehingga setiap harinya konsumen dapat dengan mudah mengetahui harga kebutuhan pokok.
"Pemerintah melalui Tim Pemantau Inflasi Daerah (TPID) setiap harinya akan memasukkan data berdasarkan hasil survei pasar berapakah harga komoditas strategis dan bahan pokok. Nanti dimasukkan ke sistem dan diproses, sehingga akan kelihatan di LED TV itu dalam bentuk tulisan berjalan (running text)," kata Ketua TPID Bali I Ketut Wija di Denpasar, Minggu.
Untuk tahap awal, LED Sigadis direncanakan dipasang di beberapa pasar tradisional di Kota Denpasar, seperti Pasar Badung, Pasar Kereneng dan Pasar Sanglah, serta beberapa pasar di Kabupaten Buleleng.
"Pada intinya akan dipasang di pasar-pasar yang kami pandang strategis dan jika memungkinkan akan mengarah ke berbagai pasar desa. Untuk sistemnya sudah selesai, hanya masih ada kendala pemasangan LED TV yang belum mendapat izin dari Dinas Perizinan Kota Denpasar," ucap Asisten II Pemprov Bali itu.
Menurut dia, kalau sudah mendapatkan izin tersebut, sistem Sigadis bisa langsung dioperasionalkan. Harapannya proses perizinan sudah dapat diselesaikan pada Mei 2014.
"Dengan sistem ini bisa memberikan informasi pada masyarakat tentang harga kebutuhan pokok sehingga tidak dimainkan oleh pasar. Demikian juga menjembatani antara produsen dan konsumen karena ke depan informasi ini juga dapat diakses melalui telepon genggam. Misalnya ketik web Sigadis Bali, keluarlah harga-harga itu," ujarnya.
Wija berpandangan Sigadis dapat menjembatani produsen-konsumen karena produsen di hulu menjadi tidak mudah dimainkan oleh para tengkulak. Misalkan petani ingin melihat harga bawang merah dan cabe yang terkini di pasar tertentu, tinggal diklik saja lewat telepon genggam.
"Kalau ternyata tengkulak membeli dengan harga murah jauh di bawah harga pasar, produsen bisa protes atau bahkan berinisiatif menjual sendiri produknya ke pasar tradisional. Hal ini akan memberikan keuntungan pada petani kita dan akan ikut mengendalikan inflasi karena harga akan stabil," katanya.
Mantan Kadisdikpora Bali itu menambahkan, untuk pensurvei harga setiap harinya sudah ada yakni melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, jadi datanya tinggal dimasukkan ke dalam sistem.
Terkait proses pengadaan alat tersebut sepenuhnya melalui Bank Indonesia yang masuk dalam TPID, Pemprov Bali hanya mengusulkan ke Bank Indonesia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Pemerintah melalui Tim Pemantau Inflasi Daerah (TPID) setiap harinya akan memasukkan data berdasarkan hasil survei pasar berapakah harga komoditas strategis dan bahan pokok. Nanti dimasukkan ke sistem dan diproses, sehingga akan kelihatan di LED TV itu dalam bentuk tulisan berjalan (running text)," kata Ketua TPID Bali I Ketut Wija di Denpasar, Minggu.
Untuk tahap awal, LED Sigadis direncanakan dipasang di beberapa pasar tradisional di Kota Denpasar, seperti Pasar Badung, Pasar Kereneng dan Pasar Sanglah, serta beberapa pasar di Kabupaten Buleleng.
"Pada intinya akan dipasang di pasar-pasar yang kami pandang strategis dan jika memungkinkan akan mengarah ke berbagai pasar desa. Untuk sistemnya sudah selesai, hanya masih ada kendala pemasangan LED TV yang belum mendapat izin dari Dinas Perizinan Kota Denpasar," ucap Asisten II Pemprov Bali itu.
Menurut dia, kalau sudah mendapatkan izin tersebut, sistem Sigadis bisa langsung dioperasionalkan. Harapannya proses perizinan sudah dapat diselesaikan pada Mei 2014.
"Dengan sistem ini bisa memberikan informasi pada masyarakat tentang harga kebutuhan pokok sehingga tidak dimainkan oleh pasar. Demikian juga menjembatani antara produsen dan konsumen karena ke depan informasi ini juga dapat diakses melalui telepon genggam. Misalnya ketik web Sigadis Bali, keluarlah harga-harga itu," ujarnya.
Wija berpandangan Sigadis dapat menjembatani produsen-konsumen karena produsen di hulu menjadi tidak mudah dimainkan oleh para tengkulak. Misalkan petani ingin melihat harga bawang merah dan cabe yang terkini di pasar tertentu, tinggal diklik saja lewat telepon genggam.
"Kalau ternyata tengkulak membeli dengan harga murah jauh di bawah harga pasar, produsen bisa protes atau bahkan berinisiatif menjual sendiri produknya ke pasar tradisional. Hal ini akan memberikan keuntungan pada petani kita dan akan ikut mengendalikan inflasi karena harga akan stabil," katanya.
Mantan Kadisdikpora Bali itu menambahkan, untuk pensurvei harga setiap harinya sudah ada yakni melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, jadi datanya tinggal dimasukkan ke dalam sistem.
Terkait proses pengadaan alat tersebut sepenuhnya melalui Bank Indonesia yang masuk dalam TPID, Pemprov Bali hanya mengusulkan ke Bank Indonesia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014