Denpasar (Antara Bali) - Perpaduan antara keindahan alam, pantai dan keunikan budaya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dalam dan luar negeri untuk melakukan perjalanan wisata ke Pulau Dewata.

"Dari berbagai jenis daya tarik wisata alam yang ada di Bali, lebih dari separuh turis yang mengunjungi daerah ini menyatakan lebih berminat pada pantai (laut), disusul pegunungan," kata pengamat Pariwisata Tjokorda Gede Agung di Denpasar, Sabtu.

Atas dasar itu, maka kebijakan pengembangan pariwisata Bali ke depan hendaknya lebih diarahkan pada upaya-upaya konservasi dan penataan lingkungan pantai/laut, pegunungan, persawahan, dan danau yang banyak dikunjungi wisatawan.

Dari pendataan Dinas Pariwisata Bali, bahwa objek wisata yang memiliki perpaduan pantai dan bangunan budaya seperti pura (tempat suci umat Hindu), mendapat kunjungan paling ramai, seperti di kawasan wisata Tanah Lot, Tabanan, 16 kilometer barat Denpasar.

Kemudian Pura Uluwatu, yang juga perpaduan antara pantai dan pura bertengger di puncak bukit di atas tebing pinggir pantai curam sehingga kelihatan unik, juga menerima kunjungan turis mancanegara lumayan banyak.

Dari puluhan objek wisata di Pulau Dewata yang disuguhkan kepada masyarakat internasional, lokasi wisata pantai Tanah Lot mendapat kunjungan yang paling ramai dengan rata-rata tiga juta orang per tahun.

Kemudian Pura Uluwatu yang juga menyuguhkan pemandangan alam pantai sekaligus bangunan kuno. Turis yang datang ke Pura Uluwatu bisa menikmati pemandangan alam terbenamnya matahari di ufuk barat, seperti di Pantai Kuta.

Turis yang datang ke objek wisata Uluwatu rata-rata 800.000 orang per tahun dan lokasi wisata Danau Beratan, 45 Km utara Denpasar dikunjungi 500.000 pelancong per tahun. Perpaduan antara pemandangan alam Danau Batur dengan keberadaan pura juga ramai diudatangi turis.

Ia mengatakan, dari berbagai daya tarik wisata budaya yang ada di Bali, tradisi/adat-istiadat juga merupakan daya tarik wisata budaya yang paling banyak diminati, seperti aktivitas ngaben (upacara pembakaran mayat) atau kremasi jenazah.

Atas dasar itu, maka kebijakan pengembangan pariwisata Bali ke depan hendaknya lebih diarahkan pada upaya-upaya revitalisasi kesenian dan tradisi/adat-istiadat lokal.

Hal ini dianggap penting tidak hanya untuk kepentingan pariwisata semata, melainkan juga sebagai upaya meningkatkan ketahanan identitas kultural di tengah ancaman globalisasi yang kian meningkat, demikian Tjokorda Gede Agung. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014