Yogyakarta (Antara Bali) - Partai Politik harus segera menonjolkan calon presiden
masing-masing dengan memberi kesempatan untuk mengkomunikasikan visi
atau misi yang akan disusung ketika menjadi presiden, kata pengamat
politik Universitas Gadjah Mada, Erwan Agus Purwanto.
"Memang belum banyak yang betul-betul menyampaikan visi- misinya. Sejauh ini baru Prabowo Subianto saja yang sudah melakukannya," kata Erwan di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia seharusnya yang disosialisasikan kepada publik bukan hanya mengenai pertemuan antara pemimpin parpol guna menjajaki koalisi, namun justru juga memaparkan substansi calon yang diusung.
"Para capres saat ini hanya terjebak pada dukung mendukung serta persoalan koalisi saja. Kepentingan rakyat yang menjadi penentu pilihan justru hanya tereduksi untuk persoalan tawar menawar di tingkat partai," katanya.
Menurut Erwan, selain persoalan popularitas, masyarakat secara umum juga ingin mengetahui apa yang akan dilakukan ketika capres terpilih sebagai presiden pada pemerintahan mendatang.
Menurut dia, opini pemilih pemula terhadap capres tertentu dapat menggiring mereka terhadap penentuan pilihan akhir. Hal itu, menurut dia, juga terpengaruh dari pemahaman mereka terhadap sosok capres antara lain melalui visi-misi yang dikomunikasikan.
"Misalnya saja kalau kita lihat pada PDI Perjuangan, terlihat belum serius menonjolkan Jokowi sebagai Capres, bahkan untuk mengungkapkan visi misinya. Ini bisa mempengaruhi perpindahan pemilih mengambang (swing voters) yang sebelumnya mendukung," kata Erwan yang juga Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM ini. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Memang belum banyak yang betul-betul menyampaikan visi- misinya. Sejauh ini baru Prabowo Subianto saja yang sudah melakukannya," kata Erwan di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia seharusnya yang disosialisasikan kepada publik bukan hanya mengenai pertemuan antara pemimpin parpol guna menjajaki koalisi, namun justru juga memaparkan substansi calon yang diusung.
"Para capres saat ini hanya terjebak pada dukung mendukung serta persoalan koalisi saja. Kepentingan rakyat yang menjadi penentu pilihan justru hanya tereduksi untuk persoalan tawar menawar di tingkat partai," katanya.
Menurut Erwan, selain persoalan popularitas, masyarakat secara umum juga ingin mengetahui apa yang akan dilakukan ketika capres terpilih sebagai presiden pada pemerintahan mendatang.
Menurut dia, opini pemilih pemula terhadap capres tertentu dapat menggiring mereka terhadap penentuan pilihan akhir. Hal itu, menurut dia, juga terpengaruh dari pemahaman mereka terhadap sosok capres antara lain melalui visi-misi yang dikomunikasikan.
"Misalnya saja kalau kita lihat pada PDI Perjuangan, terlihat belum serius menonjolkan Jokowi sebagai Capres, bahkan untuk mengungkapkan visi misinya. Ini bisa mempengaruhi perpindahan pemilih mengambang (swing voters) yang sebelumnya mendukung," kata Erwan yang juga Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM ini. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014