Yogyakarta (Antara Bali) - Diabetes mellitus menjadi ancaman serius bagi upaya pembangunan
bidang kesehatan karena penyakit ini menimbulkan gangguan kesehatan
fisik dan mental, kata peneliti Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Yogyakarta, Jenita DT Donsu.
"Penyakit ini menimbulkan gangguan kesehatan fisik, seperti gagal ginjal, kebutaan, stroke, dan amputasi bagian tubuh. Selain itu juga menimbulkan masalah kesehatan mental penderitanya berupa depresi," katanya di Yogyakarta, Kamis.
Saat memaparkan hasil penelitiannya di Universitas Gadjah Mada (UGM), ia mengatakan diabetes mellitus dapat menyebabkan depresi pada penderita atau diabetesi. Depresi itu akan meningkatkan angka kematian hingga 30 persen.
"Diabetes mellitus tipe 2 (DM-2) berpotensi memunculkan depresi pada diri penderita. Selain itu juga dapat meningkatkan risiko keparahan penyakit berupa komplikasi DM-2," kata dosen Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta itu.
Menurut dia, individu dengan DM-2 yang mengalami depresi akan lebih banyak gejala penyakit yang dialami sehingga memakan biaya dan jasa medis lebih banyak dibandingkan dengan individu yang terkena diabetes atau depresi saja.
"Faktor berbagai faktor psikologis baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap muncul tidaknya depresi pada diri penderita diabetes mellitus. Misalnya persepsi dukungan sosial, optimisme, resiliensi, dan harga diri," katanya.
Ia mengatakan hasil penelitian menunjukkan adanya dukungan sosial berpengaruh secara langsung terhadap optimisme, resiliensi, dan harga diri penderita. Dengan kata lain, semakin tinggi dukungan sosial yang diterima pasien akan diikuti dengan kenaikan optimisme, resiliensi, dan harga diri.
"Dukungan sosial juga memberikan dampak secara tidak langsung terhadap penurunan depresi yang dialami pasien DM-2. Artinya, semakin tinggi persepsi dukungan sosial yang diterima pasien akan diikuti penurunan depresi," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Penyakit ini menimbulkan gangguan kesehatan fisik, seperti gagal ginjal, kebutaan, stroke, dan amputasi bagian tubuh. Selain itu juga menimbulkan masalah kesehatan mental penderitanya berupa depresi," katanya di Yogyakarta, Kamis.
Saat memaparkan hasil penelitiannya di Universitas Gadjah Mada (UGM), ia mengatakan diabetes mellitus dapat menyebabkan depresi pada penderita atau diabetesi. Depresi itu akan meningkatkan angka kematian hingga 30 persen.
"Diabetes mellitus tipe 2 (DM-2) berpotensi memunculkan depresi pada diri penderita. Selain itu juga dapat meningkatkan risiko keparahan penyakit berupa komplikasi DM-2," kata dosen Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta itu.
Menurut dia, individu dengan DM-2 yang mengalami depresi akan lebih banyak gejala penyakit yang dialami sehingga memakan biaya dan jasa medis lebih banyak dibandingkan dengan individu yang terkena diabetes atau depresi saja.
"Faktor berbagai faktor psikologis baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap muncul tidaknya depresi pada diri penderita diabetes mellitus. Misalnya persepsi dukungan sosial, optimisme, resiliensi, dan harga diri," katanya.
Ia mengatakan hasil penelitian menunjukkan adanya dukungan sosial berpengaruh secara langsung terhadap optimisme, resiliensi, dan harga diri penderita. Dengan kata lain, semakin tinggi dukungan sosial yang diterima pasien akan diikuti dengan kenaikan optimisme, resiliensi, dan harga diri.
"Dukungan sosial juga memberikan dampak secara tidak langsung terhadap penurunan depresi yang dialami pasien DM-2. Artinya, semakin tinggi persepsi dukungan sosial yang diterima pasien akan diikuti penurunan depresi," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014