Denpasar (Antara Bali) - Pengamat budaya dari Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Dr. Ketut Sumadi mengemukakan Bali sering mendapat pujian dari berbagai organisasi kepariwisataan dunia yang senang membuat `pooling` tentang kesan wisatawan saat berkunjung ke suatu destinasi pariwisata di dunia.

"Bali sering kali menduduki peringkat teratas sebagai destinasi pariwisata budaya yang nyaman, aman, dan favorit bagi wisatawan," kata Ketut Sumadi yang juga Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana IHDN Denpasar, Rabu.

Menurut dia, hal itu berkat keseriusan orang Bali melestarikan sekaligus mempertontonkan aktivitas budayanya kepada pelancong wisatawan dalam dan luar negeri.

"Dengan kekaguman wisatawan itu, berarti Bali tetap memegang citra sebagai `Pulau Budaya` dan mensejajarkan citranya dengan destinasi pariwisata Kepulauan Hawai yang peringkat teratas dalam keindahan alam dan atraksi wisata natural," ujar Ketut Sumadi.

Praktik-praktik budaya Bali menjadi daya tarik paling dominan yang mendorong wisatawan berkunjung ke Pulau Seribu Pura, sehingga tidak berlebihan jika Pemerintah Daerah setempat menetapkan Peraturan Daerah (Perda) No.3 Tahun 1974, kemudian diperbaharui menjadi Perda No.3 Tahun 1991 tentang Pariwisata Budaya untuk mengembangkan suatu model kepariwisataan di Bali.

Pengembangan keparisataan itu bertumpu pada keunikan kebudayaan, modal budaya berupa praktik-praktik budaya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, tradisi keagamaan, kesenian, maupun matapencaharian penduduk, dijadikan dasar dalam pengembangan pariwisata Bali.

Hal itu sesuai pula dengan Undang-Undang Kepariwisataan RI No.10 tahun 2009, khususnya pasar 5 yang menegaskan, kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip menjunjung tinggi agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan yang di Bali dikenal dengan "Tri Hita Karana".

Selain itu mampu memberi manfaat untuk kesejahtearaan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas. Sedangkan pembangunan keparwisataan dilakukan berdasarkan pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam.

Ketut Sumadi menambahkan dalam sisi religiusitasnya, agama Hindu yang hidup menjiwai tradisi dalam desa pakraman (adat) di Bali, mampu memberi penenerangan arah bagi masyarakat dalam memantapkan jalan spiritualnya.

Dengan demikian hidup merasa damai dan penuh makna kesejahteraan lahir batin, ujar Ketut Sumadi. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014