Denpasar (Antara Bali) - Bali meraup devisa sebesar 1,06 juta dolar AS dari ekspor kerajinan anyaman selama 2013, merosot 49,08 persen dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 2,08 juta dolar AS.
Sementara dari segi volume berkurang 52,35 persen dari 3,2 juta unit pada 2012 menjadi 1,44 juta unit pada 2013, kata Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Bali, I Ketut Teneng di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, berkurangnya perolehan devisa maupun volume ekspor tersebut erat kaitannya dengan situasi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih.
Meskipun demikian perajin tetap melakukan aktivitas membuat berbagai jenis cindera mata berbahan baku bambu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal maupun wisatawan yang berlibur ke daerah ini.
Aneka jenis cindera mata itu banyak dipajang sejumlah toko seni di objek-objek wisata maupun pasar oleh-oleh yang belakangan ini menjamur di berbagai tempat di Bali.
Ketut Teneng menjelaskan, perajin Bali cukup kreatif dalam menghasilkan matadagangan anyaman dengan mengkombinasikan antara bambu dengan rotan maupun pandan sehingga mampu lebih unik dan menarik.
Aneka jenis matadagangan yang menembus pasaran luar negeri itu, antara lain perabot rumah tangga, topi dan aneka jenis hiasan rumah tangga.
Ketut Teneng menambahkan, ekspor matadagangan anyaman itu sangat tergantung dari kondisi dan peluang pasar luar negeri, disamping semakin membaiknya hasil kreativitas perajin, dengan berbagai rancang bangun (disain) yang menarik .
Dengan demikian kerajinan anyaman Bali mempunyai prospek yang cukup cerah di masa mendatang, mengingat devisa yang dihasilkan mampu memberikan kontribusinya terhadap ekspor Bali secara keseluruhan.
Kerajinan anyaman merupakan salah satu dari 17 jenis hasil kerajin Bali yang mampu menembus pasaran luar negeri yang mampu menghasilkan devisa sebesar 200,66 juta dolar AS selama 2013.
Hal itu mampu memberikan kontribusi sebesar 41,23 persen dari total nilai ekspor Bali mencapai 486,06 juta dolar AS selama 2013, meningkat tipis hanya 0,88 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 481,83 juta dolar AS, ujar Ketut Teneng. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Sementara dari segi volume berkurang 52,35 persen dari 3,2 juta unit pada 2012 menjadi 1,44 juta unit pada 2013, kata Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Bali, I Ketut Teneng di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, berkurangnya perolehan devisa maupun volume ekspor tersebut erat kaitannya dengan situasi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih.
Meskipun demikian perajin tetap melakukan aktivitas membuat berbagai jenis cindera mata berbahan baku bambu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal maupun wisatawan yang berlibur ke daerah ini.
Aneka jenis cindera mata itu banyak dipajang sejumlah toko seni di objek-objek wisata maupun pasar oleh-oleh yang belakangan ini menjamur di berbagai tempat di Bali.
Ketut Teneng menjelaskan, perajin Bali cukup kreatif dalam menghasilkan matadagangan anyaman dengan mengkombinasikan antara bambu dengan rotan maupun pandan sehingga mampu lebih unik dan menarik.
Aneka jenis matadagangan yang menembus pasaran luar negeri itu, antara lain perabot rumah tangga, topi dan aneka jenis hiasan rumah tangga.
Ketut Teneng menambahkan, ekspor matadagangan anyaman itu sangat tergantung dari kondisi dan peluang pasar luar negeri, disamping semakin membaiknya hasil kreativitas perajin, dengan berbagai rancang bangun (disain) yang menarik .
Dengan demikian kerajinan anyaman Bali mempunyai prospek yang cukup cerah di masa mendatang, mengingat devisa yang dihasilkan mampu memberikan kontribusinya terhadap ekspor Bali secara keseluruhan.
Kerajinan anyaman merupakan salah satu dari 17 jenis hasil kerajin Bali yang mampu menembus pasaran luar negeri yang mampu menghasilkan devisa sebesar 200,66 juta dolar AS selama 2013.
Hal itu mampu memberikan kontribusi sebesar 41,23 persen dari total nilai ekspor Bali mencapai 486,06 juta dolar AS selama 2013, meningkat tipis hanya 0,88 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 481,83 juta dolar AS, ujar Ketut Teneng. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014