Denpasar (Antara Bali) - Sepatu yang diekspor dari Bali mampu menghasilkan devisa sebesar 2,03 juta dolar AS selama tahun 2013 atau menurun 23,96 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 3,07 juta dolar AS.

"Demikian pula dari segi volume berkurang 20,49 persen dari 408.389 unit pada tahun 2012 menjadi hanya 372.412 unit pada tahun 2013," kata Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Bali, I Ketut Teneng di Denpasar, Kamis.

Berbagai alas kaki lainnya buatan perajin Bali skala industri rumah tangga itu dikombinasikan dengan manik-manik (montel) sebagai hiasan.

Dengan demikian hasil sentuhan perajin Bali itu menjadi unik dan menarik sehingga sangat diminati dan banyak dibeli oleh wisatawan mancanegara saat menikmati liburan di Pulau Dewata.

"Di antara wisman itu ada pengusaha yang membeli sepatu dan sandal dalam jumlah besar yang selanjutnya dijual kembali di negaranya," tutur Ketut Teneng.

Ketut Teneng menambahkan, perajin Bali memproduksi sepatu dan sandel dalam berbagai jenis rancang bangun (disain) sehingga cukup menarik perhatian konsumen.

Perajin sering menerima pesanan dalam jumlah cukup banyak dari mitra usahanya di mancanegara, di samping turis dalam liburan ke Pulau Dewata membeli jenis cinderamata itu sebagai kenang-kenangan pulang ke negaranya.

Meskipun demikian andil alas kaki itu masih kecil hanya 0,42 persen dari total perolehan ekspor Bali yang mencapai 486,06 juta dolar AS selama 2013, meningkat tipis hanya 0,88 dari tahun sebelumnya yang hanya 481,83 juta dolar AS.

Sepatu merupakan salah satu dari enam jenis hasil industri kecil Bali yang menembus pasaran luar negeri. Lima komoditas lainnya meliputi ikan dalam kaleng, komponen rumah jadi, plastik, tas serta tekstil dan produk tekstil.

Sepatu dan alas kaki hasil perajin Bali sebagian besar diserap pasaran Jepang sebesar 27,12 persen, menyusul Singapura 20,40 persen, Belanda 10,68 persen, Australia 10.40 persen dan Amerika Serikat 6,16 persen.

Selain itu juga ke pasaran Prancis 4,65 persen, Jerman 1,79 persen, Italia 1,59 persen, Hong Kong 0,93 persen, Inggris 0,73 persen dan 15,55 persen sisanya ditampung sejumlah negara lainnya.  (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014