Denpasar (Antara Bali) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bali menyatakan ekonomi masyarakat Amerika Serikat dan Jepang mulai pulih dan itu merupakan kabar gembira bagi pengekspor di Pulau Dewata dalam memperbesar volume maupun perolehan devisa perdagangan nonmigas daerah ini.
"Kondisi membaiknya ekonomi negara adidaya itu harus bisa dimanfaatkan pengusaha di Kota Denpasar dalam meraih devisa nonmigas yang lebih besar," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Bali Putu Astawa, Selasa.
Bali yang memproduksi aneka barang kerajinan, termasuk pakaian jadi (garmen), dan memperdagangan hasil laut, terutama ikan tuna segar maupun yang diawetkan, dan mata dagangan itu sebagian besar dipasarkan ke AS dan Jepang.
Ia yang berbicara di depan para pejabat, pengusaha, dan organisasi profesi perserta Musrenbangda Kota Denpasar 2014 mengakui bahwa membaiknya ekonomi negara tersebut ada untung dan segi negatifnya selain ekspor bisa naik juga pemodal akan mengincar Bali.
Pemodal asing tentu akan tertarik untuk berusaha di Pulau Dewata yang mengandalkan dari sektor pariwisata dan usaha jasa itu tentu akan mengurangi porsi dari pengusaha daerah, apalagi terjadinya perdagangan bebas ASEAN 2015, kata dia.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat realisasi perdagangan nonmigas Bali selama Januari 2014 bernilai 50,8 juta dolar AS, perolehan devisa tersebut naik 16,16 persen jika dibandingkan periode sama 2013 hanya 43,7 juta dolar.
Konsumen Amerika Serikat menyerap paling banyak mata dagangan asal Bali, yakni 21,06 persen, menyusul Jepang 13,53 persen, Singapura 9,83 persen, Australia 8,75 persen, dan Inggris 3,09 persen.
Ada lima komoditas utama produk Bali yang menembus pasaran mancanegara terdiri atas produk dari kayu dan barang dari kayu sebesar 23,20 dari total perolehan devisa tersebut.
Menyusul produk ikan dan udang sebesar 16,74 persen, produk pakaian jadi bukan rajutan 12,87 persen produk prabot dan penerangan rumah 11,54 persen serta produk perhiasan (permata) 9,93 persen.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Kondisi membaiknya ekonomi negara adidaya itu harus bisa dimanfaatkan pengusaha di Kota Denpasar dalam meraih devisa nonmigas yang lebih besar," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Bali Putu Astawa, Selasa.
Bali yang memproduksi aneka barang kerajinan, termasuk pakaian jadi (garmen), dan memperdagangan hasil laut, terutama ikan tuna segar maupun yang diawetkan, dan mata dagangan itu sebagian besar dipasarkan ke AS dan Jepang.
Ia yang berbicara di depan para pejabat, pengusaha, dan organisasi profesi perserta Musrenbangda Kota Denpasar 2014 mengakui bahwa membaiknya ekonomi negara tersebut ada untung dan segi negatifnya selain ekspor bisa naik juga pemodal akan mengincar Bali.
Pemodal asing tentu akan tertarik untuk berusaha di Pulau Dewata yang mengandalkan dari sektor pariwisata dan usaha jasa itu tentu akan mengurangi porsi dari pengusaha daerah, apalagi terjadinya perdagangan bebas ASEAN 2015, kata dia.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat realisasi perdagangan nonmigas Bali selama Januari 2014 bernilai 50,8 juta dolar AS, perolehan devisa tersebut naik 16,16 persen jika dibandingkan periode sama 2013 hanya 43,7 juta dolar.
Konsumen Amerika Serikat menyerap paling banyak mata dagangan asal Bali, yakni 21,06 persen, menyusul Jepang 13,53 persen, Singapura 9,83 persen, Australia 8,75 persen, dan Inggris 3,09 persen.
Ada lima komoditas utama produk Bali yang menembus pasaran mancanegara terdiri atas produk dari kayu dan barang dari kayu sebesar 23,20 dari total perolehan devisa tersebut.
Menyusul produk ikan dan udang sebesar 16,74 persen, produk pakaian jadi bukan rajutan 12,87 persen produk prabot dan penerangan rumah 11,54 persen serta produk perhiasan (permata) 9,93 persen.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014