Denpasar (Antara Bali) - Pengamat budaya menilai, orang Bali di tengah arus deras budaya pariwisata tampak tertatih-tatih, namun berhasil menunjukkan kepada dunia, bahwa religiusitas tetap terpelihara dengan baik.

"Orang Bali tidak bisa berjalan sendiri dalam menjaga religiusitas Bali di tengah arus deras budaya pariwisata," kata Pengamat budaya dari Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Dr. Ketut Sumadi yang juga Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana IHDN Denpasar, di Denpasar, Selasa.

Ia mengatakan, semua pihak pemangku kepentingan pariwisata di Bali, termasuk pengelola Bandara Internasional Ngurah Rai yang setiap hari ribuan orang yang menggunakan jasa penerbangan dipunguti airport tax.

Semua komponen itu semestinya tidak ragu-ragu meningkatkan kontribusinya kepada penduduk lokal Bali untuk melaksanakan aktivitas religius demi menjaga keamanan dan kenyamanan semua orang yang tinggal di Bali sesuai kearifan lokal Tri Hita Karana (THK).

Sumadi mengingatkan, perlu adanya persamaan persepsi orang Bali, bahwa kegiatan pariwisata dan aktivitas religius sama-sama memiliki tujuan mulia, yakni untuk membangun kesejahteraan masyarakat lahir bathin.

Hal itu lebih dikenal dengan istilah berputarnya "cakra yadnya". Di tengah citra sebagai destinasi pariwisata dunia, orang Bali dan para pendatang sepatutnya membangun sikap religiusitas dengan mengamalkan nilai-nilai kearifan THK melandasi kehidupan desa adat (pakraman) di Pulau Dewata.

Upaya pelestarian nilai-nilai religius, seni dan budaya masyarakat Bali selama ini bisa berjalan seiring dengan pengembangan pariwisata.

Sikap itu sebagai wujud menyamakan persepsi tentang identitas Bali yang telah menjadikan pariwisata sebagai bagian dari kebudayaannya.

Hal itu sejalan pula dengan Perda Bali Nomor 3 Tahun 1991, pasal 3, yang menegaskan bahwa tujuan penyelenggaraan pariwisata budaya untuk memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu objek dan daya tarik wisata.

Hal yang tidak kalah penting lainnya mempertahankan norma-norma dan nilai kebudayaan, agama, dan kehidupan alam Bali yang berwawasan lingkungan hidup, mencegah dan meniadakan pengaruh-pengaruh negatif yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan kepariwisataan, ujar Ketut Sumadi. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014