Denpasar (Antara Bali) - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Provinsi Bali, Nyoman Gde Putra Astawa mengatakan mahalnya harga pakan ternak saat ini karena dimonopoli perusahaan besar.
"Saat ini di Bali ada monopoli pakan ternak, sebab masih dikuasai pabrik besar. Mereka dengan bebas dan mudah menentukan harga," katanya di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan mesti ada upaya dari pemerintah membantu peternak dalam hal penyediaan pakan ternak dengan harga yang terjangkau sehingga bisa menekan biaya produksi yang tinggi dan pada akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan peternak.
Karena itu, kata dia, pihaknya mendorong wacana Pemprov Bali membangun pabrik pakan ternak bersubsidi bisa terealisasi. Karena ide pembangunan pakan ternak bersubsidi juga dilatarbelakangi pemikiran ingin memotong jalur monopoli tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, kata Putra Astawan, tidak susah membangun pakan ternak di Bali. Namun yang masih menjadi persoalan jika membangun pabrik pakan ternak, sejauh ini bahan baku yang memadai belum tersedia di Pulau Dewata.
Sehingga jika Pemprov Bali membangun pabrik pakan ternak sendiri, tentu bahan bakunya masih harus mendatangkan dari luar, dan tentu hal itu akan meningkatkan biaya produksi.
"Saya mendukung dibangun pabrik pakan ternak sepanjang bahan baku pakannya tersedia. Tapi pabrikan besar di Jawa bahan baku pakannya juga tidak hanya dari Jawa tapi dari daerah lain," kata politikus PDIP itu.
Oleh karena itu, kata dia, perlu kajian mendalam dan komprehensif soal pembangunan pabrik pakan ternak di Bali.
"Kami di Komisi II DPRD sangat mendorong hal itu diwujudkan dan siap mendukung penganggarannya. Tapi yang perlu juga sekarang adalah regulasi pengaturan pakan ternak. Pemerintah juga perlu belajar menghitung berapa biaya produksi yang wajar dan menghitung seberapa layak pakan ternak dijual," kata politikus asal Beraban, Kabupaten Tabanan.
Ketua Komisi II DPRD Bali, Tutik Kusuma Wardhani mengatakan Bali harus memiliki pabrik pakan ternak secara mandiri. Dengan demikian peternak Bali tidak lagi ketergantungan pakan ternak terhadap pengusaha besar dari luar Bali.
Tutik lebih lanjut mengatakan pemerintah bisa lebih serius dan segera mengambil langkah konkrit untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi peternak di Bali. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Saat ini di Bali ada monopoli pakan ternak, sebab masih dikuasai pabrik besar. Mereka dengan bebas dan mudah menentukan harga," katanya di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan mesti ada upaya dari pemerintah membantu peternak dalam hal penyediaan pakan ternak dengan harga yang terjangkau sehingga bisa menekan biaya produksi yang tinggi dan pada akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan peternak.
Karena itu, kata dia, pihaknya mendorong wacana Pemprov Bali membangun pabrik pakan ternak bersubsidi bisa terealisasi. Karena ide pembangunan pakan ternak bersubsidi juga dilatarbelakangi pemikiran ingin memotong jalur monopoli tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, kata Putra Astawan, tidak susah membangun pakan ternak di Bali. Namun yang masih menjadi persoalan jika membangun pabrik pakan ternak, sejauh ini bahan baku yang memadai belum tersedia di Pulau Dewata.
Sehingga jika Pemprov Bali membangun pabrik pakan ternak sendiri, tentu bahan bakunya masih harus mendatangkan dari luar, dan tentu hal itu akan meningkatkan biaya produksi.
"Saya mendukung dibangun pabrik pakan ternak sepanjang bahan baku pakannya tersedia. Tapi pabrikan besar di Jawa bahan baku pakannya juga tidak hanya dari Jawa tapi dari daerah lain," kata politikus PDIP itu.
Oleh karena itu, kata dia, perlu kajian mendalam dan komprehensif soal pembangunan pabrik pakan ternak di Bali.
"Kami di Komisi II DPRD sangat mendorong hal itu diwujudkan dan siap mendukung penganggarannya. Tapi yang perlu juga sekarang adalah regulasi pengaturan pakan ternak. Pemerintah juga perlu belajar menghitung berapa biaya produksi yang wajar dan menghitung seberapa layak pakan ternak dijual," kata politikus asal Beraban, Kabupaten Tabanan.
Ketua Komisi II DPRD Bali, Tutik Kusuma Wardhani mengatakan Bali harus memiliki pabrik pakan ternak secara mandiri. Dengan demikian peternak Bali tidak lagi ketergantungan pakan ternak terhadap pengusaha besar dari luar Bali.
Tutik lebih lanjut mengatakan pemerintah bisa lebih serius dan segera mengambil langkah konkrit untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi peternak di Bali. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014