Denpasar (Antara Bali) - Ketua Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Provinsi Bali, Dewa Ayu Sri Wigunawati mengatakan caleg perempuan dari Pulau Dewata pada Pemilu 2014 cenderung memilih model kampanye dialogis dari pada kampanye terbuka.
"Kampanye dialogis dari pintu ke pintu akan jauh lebih efektif dalam menyampaikan pesan dari parpol maupun figur kepada konstituen dibandingkan lewat pengerahan massa," katanya di sela-sela acara Gerakan Perempuan Membangun Peradaban Indonesia Bersih dari Korupsi, di Denpasar, Jumat.
Menurut dia, caleg perempuan itu ada segmennya tersendiri sehingga tidak mesti diisi oleh kaum hawa yang ahli orator di lapangan. Apalagi parpol pun condong akan menggunakan kampanye dialogis, karena dipandang pesan kepada konstituen lebih mengena.
"Dengan kampanye dialogis berupa konsep ramah keluarga, pemilihnya pun nanti sudah pasti karena akan efektif pendekatan dari hati ke hati," ujarnya.
Calon anggota Dewan Perwakilan Daerah itu berpandangan kampanye terbuka hanya sebagai bentuk pamer kekuatan massa yang dimiliki masing-masing parpol peserta pemilu.
"Potensi konflik dari kampanye terbuka atau rapat umum juga tinggi, ditambah seusai kampanye yang biasanya dibarengi aksi kebut-kebutan di jalan tanpa helm. Kondisi tersebut tentu sangat rentan menimbulkan kecelakaan serta mengganggu keamanan dan kenyamanan berlalu lintas," ucapnya.
Di sisi lain, seringkali kampanye terbuka itu dilihat sebagai "dagelan politik", karena tidak jelas siapa yang seharusnya hadir, apakah anggota parpol atau konstituen yang belum tersentuh sosialisasi.
"Biaya yang dikeluarkan tak kalah tinggi dan hubungan dengan konstituen seakan bersifat transaksional, karena berhenti sebatas pemberian uang transportasi dan konsumsi saat kampanye," kata Sri Wigunawati.
Semestinya sebagai caleg yang nanti akan mewakili rakyat, tambah dia, dapat benar-benar memberikan pendidikan politik yang baik sejak awal dan dilakukan perubahan politik yang tidak identik dengan pengerahan massa.
Sri Wigunawati pun mengaku tidak akan menggunakan model kampanye terbuka yang jadwalnya secara nasional dimulai dari 16 Maret-5 April 2014.
Jumlah caleg perempuan di Bali yang masuk dalam Daftar Calon Tetap sebanyak 1.186 orang atau sama dengan 36,7 persen dari total caleg dari Bali yang maju ke DPRD kabupaten/kota, DPRD Provinsi, dan DPR.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Kampanye dialogis dari pintu ke pintu akan jauh lebih efektif dalam menyampaikan pesan dari parpol maupun figur kepada konstituen dibandingkan lewat pengerahan massa," katanya di sela-sela acara Gerakan Perempuan Membangun Peradaban Indonesia Bersih dari Korupsi, di Denpasar, Jumat.
Menurut dia, caleg perempuan itu ada segmennya tersendiri sehingga tidak mesti diisi oleh kaum hawa yang ahli orator di lapangan. Apalagi parpol pun condong akan menggunakan kampanye dialogis, karena dipandang pesan kepada konstituen lebih mengena.
"Dengan kampanye dialogis berupa konsep ramah keluarga, pemilihnya pun nanti sudah pasti karena akan efektif pendekatan dari hati ke hati," ujarnya.
Calon anggota Dewan Perwakilan Daerah itu berpandangan kampanye terbuka hanya sebagai bentuk pamer kekuatan massa yang dimiliki masing-masing parpol peserta pemilu.
"Potensi konflik dari kampanye terbuka atau rapat umum juga tinggi, ditambah seusai kampanye yang biasanya dibarengi aksi kebut-kebutan di jalan tanpa helm. Kondisi tersebut tentu sangat rentan menimbulkan kecelakaan serta mengganggu keamanan dan kenyamanan berlalu lintas," ucapnya.
Di sisi lain, seringkali kampanye terbuka itu dilihat sebagai "dagelan politik", karena tidak jelas siapa yang seharusnya hadir, apakah anggota parpol atau konstituen yang belum tersentuh sosialisasi.
"Biaya yang dikeluarkan tak kalah tinggi dan hubungan dengan konstituen seakan bersifat transaksional, karena berhenti sebatas pemberian uang transportasi dan konsumsi saat kampanye," kata Sri Wigunawati.
Semestinya sebagai caleg yang nanti akan mewakili rakyat, tambah dia, dapat benar-benar memberikan pendidikan politik yang baik sejak awal dan dilakukan perubahan politik yang tidak identik dengan pengerahan massa.
Sri Wigunawati pun mengaku tidak akan menggunakan model kampanye terbuka yang jadwalnya secara nasional dimulai dari 16 Maret-5 April 2014.
Jumlah caleg perempuan di Bali yang masuk dalam Daftar Calon Tetap sebanyak 1.186 orang atau sama dengan 36,7 persen dari total caleg dari Bali yang maju ke DPRD kabupaten/kota, DPRD Provinsi, dan DPR.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014