Denpasar (Antara Bali) - Komisi Pemilihan Umum Kota Denpasar meminta masyarakat di kota itu tidak mempercayai para calo suara atau oknum yang memberikan janji materi tertentu pada masyarakat jika memilih caleg yang "dipromosikan".
"Kalau kita memilih wakil rakyat dengan pertimbangan uang atau materi tertentu, maka anggota DPR dan DPRD yang orientasinya uanglah yang nantinya akan didapatkan," kata Ketua KPU Kota Denpasar I Gede Jhon Darmawan di Denpasar, Selasa.
Sebaliknya, menurut dia, kalau yang mendasari pilihan masyarakat itu kualitas wakil rakyat, maka nantinya tentu dapat diperoleh wakil rakyat yang berkualitas pula.
"Memang biaya politik yang dikeluarkan para caleg untuk memenangkan pemilu cukup besar, termasuk menggunakan jasa para calo suara. Namun, kami terus berupaya agar mengurangi pola pikir masyarakat yang pragmatis sehingga tidak mudah terpengaruh dengan iming-iming uang ataupun materi lainnya," ucapnya.
Ia mengatakan, mempercayai calo suara yang mengiming-imingi uang sesungguhnya justru akan memperburuk praktik demokrasi di Tanah Air.
"Ingatlah bahwa suara anda pada pemilu sebagai suatu idealisme karena siapapun calon yang dipilih ikut menentukan nasib untuk lima tahun ke depan," ujarnya.
Jhon tidak memungkiri praktik marketing caleg lewat calo-calo suara tidak bisa dihilangkan, oleh karena itu yang terpenting mesti kembali pada nurani masing-masing pemilih.
"Kami di KPU Denpasar akan terus menyosialisasikan kepada masyarakat, diantaranya mendatangi setiap banjar (dusun) untuk memberikan penyadaran supaya tidak mudah terpengaruh dengan calo suara dan tindakan politik uang lainnya," ucapnya.
Selain itu, sebagai agen sosialisasi juga dilibatkan 25 relawan demokrasi yang berasal dari lima segmen masyarakat yakni kelompok pemuka agama, kaum marginal, perempuan, pemilih pemula, dan penyandang disabilitas.
"Jika dari kalangan mereka sendiri yang menyosialisasikan perihal pemilu dan pentingnya memilih menggunakan nurani, tentunya akan lebih mengena dibandingkan KPU terjun langsung ke kelompok-kelompok itu. Contohlah untuk menyasar pemilih pemula, menjadi lebih efektif sosialisasi apabila dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa dengan penggunaan bahasa-bahasa yang akrab di kalangan generasi muda," ujar Jhon Darmawan. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Kalau kita memilih wakil rakyat dengan pertimbangan uang atau materi tertentu, maka anggota DPR dan DPRD yang orientasinya uanglah yang nantinya akan didapatkan," kata Ketua KPU Kota Denpasar I Gede Jhon Darmawan di Denpasar, Selasa.
Sebaliknya, menurut dia, kalau yang mendasari pilihan masyarakat itu kualitas wakil rakyat, maka nantinya tentu dapat diperoleh wakil rakyat yang berkualitas pula.
"Memang biaya politik yang dikeluarkan para caleg untuk memenangkan pemilu cukup besar, termasuk menggunakan jasa para calo suara. Namun, kami terus berupaya agar mengurangi pola pikir masyarakat yang pragmatis sehingga tidak mudah terpengaruh dengan iming-iming uang ataupun materi lainnya," ucapnya.
Ia mengatakan, mempercayai calo suara yang mengiming-imingi uang sesungguhnya justru akan memperburuk praktik demokrasi di Tanah Air.
"Ingatlah bahwa suara anda pada pemilu sebagai suatu idealisme karena siapapun calon yang dipilih ikut menentukan nasib untuk lima tahun ke depan," ujarnya.
Jhon tidak memungkiri praktik marketing caleg lewat calo-calo suara tidak bisa dihilangkan, oleh karena itu yang terpenting mesti kembali pada nurani masing-masing pemilih.
"Kami di KPU Denpasar akan terus menyosialisasikan kepada masyarakat, diantaranya mendatangi setiap banjar (dusun) untuk memberikan penyadaran supaya tidak mudah terpengaruh dengan calo suara dan tindakan politik uang lainnya," ucapnya.
Selain itu, sebagai agen sosialisasi juga dilibatkan 25 relawan demokrasi yang berasal dari lima segmen masyarakat yakni kelompok pemuka agama, kaum marginal, perempuan, pemilih pemula, dan penyandang disabilitas.
"Jika dari kalangan mereka sendiri yang menyosialisasikan perihal pemilu dan pentingnya memilih menggunakan nurani, tentunya akan lebih mengena dibandingkan KPU terjun langsung ke kelompok-kelompok itu. Contohlah untuk menyasar pemilih pemula, menjadi lebih efektif sosialisasi apabila dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa dengan penggunaan bahasa-bahasa yang akrab di kalangan generasi muda," ujar Jhon Darmawan. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013