Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika meminta para bupati/wali kota segera menertibkan kafe remang-remang yang semakin marak bermunculan karena menjadi salah satu sumber penyebaran HIV/AIDS.
"Memang harus terus diingatkan bupati supaya menertibkan kafe-kafe itu karena saya yakin hampir semuanya tidak berizin," katanya di Denpasar, Rabu.
Menurut mantan Kapolda Bali itu, sudah pasti para bupati/wali kota tidak mengeluarkan izin untuk kafe remang-remang tersebut. Oleh karena itu, mesti ada gebrakan supaya penularan HIV/AIDS di Bali tidak semakin meluas.
"Harus ada upaya komprehensif, saya bolak-balik mengatakan kafe menjadi tempat penularan dan supaya ditertibkan. Kendala utamanya, karena kemauan manusia saja dan itu susah sekali," ujarnya.
Di sisi lain, ia berpandangan penyebaran utama virus mematikan tersebut di Bali akibat hubungan seksual yang tidak sehat dan penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
"Khusus untuk jarum suntik biasanya dimulai dari menyalahgunakan narkoba. Kalau penularan HIV/AIDS melalui transfusi darah itu hampir tidak ada untuk di Bali," katanya.
Pastika meminta semua pemangku kepentingan untuk melakukan gebrakan untuk menekan HIV/AIDS karena juga menjadi salah satu indikator dalam pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) yang batas pencapaian targetnya tinggal dua tahun lagi.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Bali Ketut Suarjaya mengatakan meski jumlah resmi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Bali secara kumulatif dari 1987 hingga Oktober 2013 adalah 8.141 orang, namun jumlah sebenarnya diperkirakan mencapai 26.000.
Perkiraan tersebut didasarkan atas hasil pemantauan sebaran kasus HIV/AIDS di Bali dan survei pada 2012 terhadap 2.000 responden, dimana 20 persen diantaranya HIV positif.
Ia mengatakan dalam upaya menekan penularan HIV di Bali, Dinas Kesehatan Provinsi Bali akan lebih memaksimalkan sosialisasi penggunaan kondom.
Suarjaya menyebutkan dalam setahun pemerintah provinsi membagikan sekitar 80 ribu kondom dengan target para pekerja seks komersial dan pelanggannya.
Dalam upaya memaksimalkan penanggulangan HIV/AIDS, Pemprov Bali pada 2014 akan mengalokasikan dana Rp6 miliar dan memaksimalkan klinik-klinik VCT atau klinik test HIV secara sukarela. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Memang harus terus diingatkan bupati supaya menertibkan kafe-kafe itu karena saya yakin hampir semuanya tidak berizin," katanya di Denpasar, Rabu.
Menurut mantan Kapolda Bali itu, sudah pasti para bupati/wali kota tidak mengeluarkan izin untuk kafe remang-remang tersebut. Oleh karena itu, mesti ada gebrakan supaya penularan HIV/AIDS di Bali tidak semakin meluas.
"Harus ada upaya komprehensif, saya bolak-balik mengatakan kafe menjadi tempat penularan dan supaya ditertibkan. Kendala utamanya, karena kemauan manusia saja dan itu susah sekali," ujarnya.
Di sisi lain, ia berpandangan penyebaran utama virus mematikan tersebut di Bali akibat hubungan seksual yang tidak sehat dan penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
"Khusus untuk jarum suntik biasanya dimulai dari menyalahgunakan narkoba. Kalau penularan HIV/AIDS melalui transfusi darah itu hampir tidak ada untuk di Bali," katanya.
Pastika meminta semua pemangku kepentingan untuk melakukan gebrakan untuk menekan HIV/AIDS karena juga menjadi salah satu indikator dalam pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) yang batas pencapaian targetnya tinggal dua tahun lagi.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Bali Ketut Suarjaya mengatakan meski jumlah resmi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Bali secara kumulatif dari 1987 hingga Oktober 2013 adalah 8.141 orang, namun jumlah sebenarnya diperkirakan mencapai 26.000.
Perkiraan tersebut didasarkan atas hasil pemantauan sebaran kasus HIV/AIDS di Bali dan survei pada 2012 terhadap 2.000 responden, dimana 20 persen diantaranya HIV positif.
Ia mengatakan dalam upaya menekan penularan HIV di Bali, Dinas Kesehatan Provinsi Bali akan lebih memaksimalkan sosialisasi penggunaan kondom.
Suarjaya menyebutkan dalam setahun pemerintah provinsi membagikan sekitar 80 ribu kondom dengan target para pekerja seks komersial dan pelanggannya.
Dalam upaya memaksimalkan penanggulangan HIV/AIDS, Pemprov Bali pada 2014 akan mengalokasikan dana Rp6 miliar dan memaksimalkan klinik-klinik VCT atau klinik test HIV secara sukarela. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013