Jakarta (Antara Bali) - Empat jurusan favorit pilihan pelajar di Indonesia hampir tidak mengalami perubahan atau pergeseran dalam 20 tahun terakhir sebagai alternatif melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi, yakni jurusan bisnis dan manajemen, kedokteran, arsitektur dan Informasi Teknologi.
Penulis buku best seller "Tujuh Jurusan Bergaji Besar", Ina Liem, mengatakan hal tersebut pada seminar bertajuk "Kreatif Memilih Jurusan", di Jakarta, Sabtu.
"Salah satu tantangan generasi muda kita dalam persaingan tenaga kerja ke depan adalah sempitnya keberagaman keahlian yang dimiliki. Dengan kata lain, orang Indonesia masih menjadikan jurusan-jurusan tertentu sebagai favorit sehingga terjadi ledakan jumlah sarjana di bidang yang sama," kata Ina Liem yang juga Chief Execituve Officer (CEO) Jurusanku.com.
Lebih lanjut dikatakannya, langkanya tenaga ahli di banyak bidang lain utamanya lulusan dari jurusan noneksakta membuat tenaga kerja lulusan Indonesia menjadi kurang kreatif. Padahal dunia profesi, seperti industri-industri kreatif sedang berkembang pesat dan membutuhkan banyak tenaga kerja.
Hasil pooling pilihan jurusan yang dilakukan di 20 sekolah dengan responden 500 siswa setiap satu sekolah di beberapa kota dan provinsi, antara lain di Bogor, Jawa Barat, Jambi, dan Palembang, Sumatera Selatan menujukkan bahwa mayoritas siswa masih memilih jurusan-jurusan konvesional, yakni bisnis dan manajemen, kedokteran, arsitek dan Informasi Teknologi (IT).
Padahal, kebutuhan di dunia kerja sebenarnya "hard skill" hanya 20 persen dan sebanyak 80 persen lainnya adalah "soft skill". Pendidikan tinggi di Indonesia secara akademik banyak yang bagus tetapi untuk urusan "soft skill" pendidikan di luar negeri harus diakui lebih unggul, katanya. (*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Penulis buku best seller "Tujuh Jurusan Bergaji Besar", Ina Liem, mengatakan hal tersebut pada seminar bertajuk "Kreatif Memilih Jurusan", di Jakarta, Sabtu.
"Salah satu tantangan generasi muda kita dalam persaingan tenaga kerja ke depan adalah sempitnya keberagaman keahlian yang dimiliki. Dengan kata lain, orang Indonesia masih menjadikan jurusan-jurusan tertentu sebagai favorit sehingga terjadi ledakan jumlah sarjana di bidang yang sama," kata Ina Liem yang juga Chief Execituve Officer (CEO) Jurusanku.com.
Lebih lanjut dikatakannya, langkanya tenaga ahli di banyak bidang lain utamanya lulusan dari jurusan noneksakta membuat tenaga kerja lulusan Indonesia menjadi kurang kreatif. Padahal dunia profesi, seperti industri-industri kreatif sedang berkembang pesat dan membutuhkan banyak tenaga kerja.
Hasil pooling pilihan jurusan yang dilakukan di 20 sekolah dengan responden 500 siswa setiap satu sekolah di beberapa kota dan provinsi, antara lain di Bogor, Jawa Barat, Jambi, dan Palembang, Sumatera Selatan menujukkan bahwa mayoritas siswa masih memilih jurusan-jurusan konvesional, yakni bisnis dan manajemen, kedokteran, arsitek dan Informasi Teknologi (IT).
Padahal, kebutuhan di dunia kerja sebenarnya "hard skill" hanya 20 persen dan sebanyak 80 persen lainnya adalah "soft skill". Pendidikan tinggi di Indonesia secara akademik banyak yang bagus tetapi untuk urusan "soft skill" pendidikan di luar negeri harus diakui lebih unggul, katanya. (*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013