I Ketut Sudikerta (46), pria kelahiran Banjar Kauh Desa Pecatu, Kuta Selatan, Kabupaten Badung dilantik Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menjadi Wakil Gubernur Bali mendampingi Gubernur Made Mangku Pastika untuk periode lima tahun ke depan.
Sosok pria sederhana yang cepat akrab dengan lawan bicaranya itu selama delapan tahun sebelumnya, periode 2005-2010 dan 2010-2013 sebagai wakil bupati Badung mendampingi Bupati Badung Anak Agung Gede Agung.
Suami dari Ida Ayu Ketut Sri Sumiatini itu bertekad dengan semangat pantang menyerahkan mengabdikan diri untuk membangun dan kemajuan Bali ke depan.
Sosok pria pekerja keras, tekun dan ulet itu juga menjabat Ketua DPD Partai Golongan Karya (Golkar) Bali yang telah mampu mengibarkan kembali bendera partai berlambang pohon beringin setelah kalah dalam Pilkada Bali tahun 2008.
Alumnus Universitas Warmadewa Denpasar itu dilahirkan dalam lingkungan keluarga sederhana di Kawasan semenanjung Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali yang kondisinya sangat kritis dan tandus pada era tahun 1970-an.
Dalam kondisi ekonomi yang serba sulit itulah sosok Sudikerta belia harus bekerja keras mencari kayu bakar, menjual es keliling, disamping tugas pokoknya menyabit rumput untuk ternak sapi piaraannya.
Meskipun harus bekerja keras tugas utamanya sebagai murid sekolah dasar (SD) tetap dilakoninya dengan penuh semangat hingga akhirnya melanjutkan sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) di Kuta, tutur ayah dua putri mengenang pahit getir masa lalu yang telah dilewatinya.
Sengsara dan bekerja keras termasuk pernah melakoni sebagai kernet kendaraan umum dan pedagang asongan di Pantai Kuta kini membawa keberuntungan dari wakil bupati Badung menjadi Wakil Gubernur Bali.
Pada Pilkada Bali 12 Mei 2013, dua pasangan kandidat gubernur dan wakil gubernur Bali "bertarung" merebut simpati masyarakat Bali yakni pasangan Anak Agung Ngurah Puspayoga dan Dewa Sukrawan (PAS) yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan nomor urut satu (1).
Pasangan Made Mangku Pastika dan Ketut Sudikerta (PastiKerta) yang diusung Partai Golkar, Partai Demokrat dan tujuh partai lainnya tergabung dalam koalisi Bali Mandara dengan nomor urut dua (2).
Pada Pilkada itu dimenangkan oleh pasangan Made Mangku Pastika dan Ketut Sudikerta dengan perolehan suara 1.063.734 (50,02 persen) atau unggul 996 suara dari pesaingnya pasangan Anak Agung Puspayoga dan Dewa Nyoman Sukrawan yang memperoleh 1.062.738 suara (49,98 persen).
I Ketut Sudikerta dengan keuletan, kerja keras, dedikasi dan pengabdian yang penuh semangat menjadi modal untuk menepis semua hambatan dalam meraih kesuksesan di segala bidang.
Kerja keras yang dilakoninya sejak dini, termasuk membiayai sekolah hingga kuliah sudah ditempa sejak kecil. Bahkan penderitaan yang dialaminya itu mampu menumbuhkan jiwa dan semangat keberanian, disiplin dan tanggung jawab.
Kehidupan yang susah
Kawasan Desa Pecatu tempat kelahiran I Ketut Sudikerta yang kini berkembang puluhan hotel berbintang serta sarana dan prasarana pendukung pariwisataan itu sebelum tahun 1970-an adalah hutan belukar dengan kondisi yang kritis dan kering.
Kehidupan masyarakat setempat sangat susah hanya mengantungkan kehidupan pada sektor perkebunan tanpa adanya sumber mata air, sehingga kehidupan masyarakat setempat betul-betul susah.
Sejak adanya pengembangan pariwisata Nusa Dua (BTDC) kawasan yang gersang dan tandus secara bertahap disulat hingga akhirnya menjadi kawasan pengembangan pariwisata bergengsi.
Semuanya itu membawa pengaruh positif terhadap perkembangan lingkungan sekitarnya, sehingga sebagian besar kawasan di semenanjung Nusa Dua yang meliputi Jimbaran, Pecatu, Kedonganan dan sekitarnya kini berkembang sebagai kawasan wisata dengan dibangunnya puluhan hotel berbintang dan fasilitas pendukung lainnya.
Ketut Sudikerta menuturkan, masa kedil yang dilaluinya sangat susah dan kehidupan keluarganyapun morat-marit. Hidup di wilayah perbukitan yang tandus kehidupan keluargan sangat tergantung dari hasil perkebunan dan peternakan.
Kondisi itu diperparah lagi saat duduk di SD ditinggal ibu kandung untuk selama-lamanya, akibat menderita suatu penyakit yang tidak pernah mendapat pengobatan secara medis.
Dibalik kesusahan itu masih ada rasa bangga, karena dapat menyelesaikan pendidikan dasar di tanah kelahirannya, sebelum merantau ke Kuta tempat yang sejak dulu hingga sekarang tidak pernah sepi dari kunjungan turis.
Sejak SMP, SMA hingga masuk perguruan tinggi bekerja sebagai pedagang asongan menjual patung atau lukisan kepada turis yang berjemur di sepanjang pantai berpasir putih itu.
"Kalau jadwal sekolahnya pagi, saya berjualan sore hari. Kalau masuk siang, jualannya pagi. Waktu itu saya dapat Rp 500.000 sebulan. Waktu itu uang sebanyak itu sangat besar sekali artinya, sehingga Saya tambah semangat bekerja," ujarnya mengenang masa silam yang pernah dilalui.
Ayah dari Putu Ayu Winda Widiasari dan Made Ayu Dwinda Maharani Putri itu mengaku banyak manfaat yang diperoleh sebagai pedagang acung. Selain untuk membiayai hidup juga melatih berbahasa Inggris, sekaligus nilai rapotnya menonjol dibanding teman-temannya.
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi ketika melantik pasangan Made Mangku Pastika-Ketut Sudikerta sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Bali periode 2013-2018 Kamis (29/8) mengharapkan roda pemerintahan di Provinsi Bali lima tahun ke depan lebih maju.
Pasal 18 ayat (1) UUD 1945 dengan tegas mengamanatkan bahwa NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi. Daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota yang mempunyai pemerintahan daerah yang diatur undang-undang.
Untuk itu spirit yang terkandung dalam otonomi daerah adalah memberi ruang yang sangat luas kepada daerah untuk mengurus pelayanan publik dan mengembangkan segenap potensi daerah melalui pembangunan sesuai dengan kondisi dan potensi daerah masing-masing.
Oleh sebab itu Gubernur Made Mangku Pastika dan Wakil Gubernur Ketut Sudikerta untuk pro-pengentasan kemiskinan harus tetap menjadi prioritas di dalam kepemimpinan periode lima tahun ini yang diaktualisasikan dalam pengalokasian dana APBD.
Hal ini dimaksudkan untuk menjamin keberlanjutan program pengentasan kemiskinan yang telah diinisiasi sebelumnya, disamping menseimbangkan pembangunan antara Bali selatan dengan Bali utara. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Sosok pria sederhana yang cepat akrab dengan lawan bicaranya itu selama delapan tahun sebelumnya, periode 2005-2010 dan 2010-2013 sebagai wakil bupati Badung mendampingi Bupati Badung Anak Agung Gede Agung.
Suami dari Ida Ayu Ketut Sri Sumiatini itu bertekad dengan semangat pantang menyerahkan mengabdikan diri untuk membangun dan kemajuan Bali ke depan.
Sosok pria pekerja keras, tekun dan ulet itu juga menjabat Ketua DPD Partai Golongan Karya (Golkar) Bali yang telah mampu mengibarkan kembali bendera partai berlambang pohon beringin setelah kalah dalam Pilkada Bali tahun 2008.
Alumnus Universitas Warmadewa Denpasar itu dilahirkan dalam lingkungan keluarga sederhana di Kawasan semenanjung Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali yang kondisinya sangat kritis dan tandus pada era tahun 1970-an.
Dalam kondisi ekonomi yang serba sulit itulah sosok Sudikerta belia harus bekerja keras mencari kayu bakar, menjual es keliling, disamping tugas pokoknya menyabit rumput untuk ternak sapi piaraannya.
Meskipun harus bekerja keras tugas utamanya sebagai murid sekolah dasar (SD) tetap dilakoninya dengan penuh semangat hingga akhirnya melanjutkan sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) di Kuta, tutur ayah dua putri mengenang pahit getir masa lalu yang telah dilewatinya.
Sengsara dan bekerja keras termasuk pernah melakoni sebagai kernet kendaraan umum dan pedagang asongan di Pantai Kuta kini membawa keberuntungan dari wakil bupati Badung menjadi Wakil Gubernur Bali.
Pada Pilkada Bali 12 Mei 2013, dua pasangan kandidat gubernur dan wakil gubernur Bali "bertarung" merebut simpati masyarakat Bali yakni pasangan Anak Agung Ngurah Puspayoga dan Dewa Sukrawan (PAS) yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan nomor urut satu (1).
Pasangan Made Mangku Pastika dan Ketut Sudikerta (PastiKerta) yang diusung Partai Golkar, Partai Demokrat dan tujuh partai lainnya tergabung dalam koalisi Bali Mandara dengan nomor urut dua (2).
Pada Pilkada itu dimenangkan oleh pasangan Made Mangku Pastika dan Ketut Sudikerta dengan perolehan suara 1.063.734 (50,02 persen) atau unggul 996 suara dari pesaingnya pasangan Anak Agung Puspayoga dan Dewa Nyoman Sukrawan yang memperoleh 1.062.738 suara (49,98 persen).
I Ketut Sudikerta dengan keuletan, kerja keras, dedikasi dan pengabdian yang penuh semangat menjadi modal untuk menepis semua hambatan dalam meraih kesuksesan di segala bidang.
Kerja keras yang dilakoninya sejak dini, termasuk membiayai sekolah hingga kuliah sudah ditempa sejak kecil. Bahkan penderitaan yang dialaminya itu mampu menumbuhkan jiwa dan semangat keberanian, disiplin dan tanggung jawab.
Kehidupan yang susah
Kawasan Desa Pecatu tempat kelahiran I Ketut Sudikerta yang kini berkembang puluhan hotel berbintang serta sarana dan prasarana pendukung pariwisataan itu sebelum tahun 1970-an adalah hutan belukar dengan kondisi yang kritis dan kering.
Kehidupan masyarakat setempat sangat susah hanya mengantungkan kehidupan pada sektor perkebunan tanpa adanya sumber mata air, sehingga kehidupan masyarakat setempat betul-betul susah.
Sejak adanya pengembangan pariwisata Nusa Dua (BTDC) kawasan yang gersang dan tandus secara bertahap disulat hingga akhirnya menjadi kawasan pengembangan pariwisata bergengsi.
Semuanya itu membawa pengaruh positif terhadap perkembangan lingkungan sekitarnya, sehingga sebagian besar kawasan di semenanjung Nusa Dua yang meliputi Jimbaran, Pecatu, Kedonganan dan sekitarnya kini berkembang sebagai kawasan wisata dengan dibangunnya puluhan hotel berbintang dan fasilitas pendukung lainnya.
Ketut Sudikerta menuturkan, masa kedil yang dilaluinya sangat susah dan kehidupan keluarganyapun morat-marit. Hidup di wilayah perbukitan yang tandus kehidupan keluargan sangat tergantung dari hasil perkebunan dan peternakan.
Kondisi itu diperparah lagi saat duduk di SD ditinggal ibu kandung untuk selama-lamanya, akibat menderita suatu penyakit yang tidak pernah mendapat pengobatan secara medis.
Dibalik kesusahan itu masih ada rasa bangga, karena dapat menyelesaikan pendidikan dasar di tanah kelahirannya, sebelum merantau ke Kuta tempat yang sejak dulu hingga sekarang tidak pernah sepi dari kunjungan turis.
Sejak SMP, SMA hingga masuk perguruan tinggi bekerja sebagai pedagang asongan menjual patung atau lukisan kepada turis yang berjemur di sepanjang pantai berpasir putih itu.
"Kalau jadwal sekolahnya pagi, saya berjualan sore hari. Kalau masuk siang, jualannya pagi. Waktu itu saya dapat Rp 500.000 sebulan. Waktu itu uang sebanyak itu sangat besar sekali artinya, sehingga Saya tambah semangat bekerja," ujarnya mengenang masa silam yang pernah dilalui.
Ayah dari Putu Ayu Winda Widiasari dan Made Ayu Dwinda Maharani Putri itu mengaku banyak manfaat yang diperoleh sebagai pedagang acung. Selain untuk membiayai hidup juga melatih berbahasa Inggris, sekaligus nilai rapotnya menonjol dibanding teman-temannya.
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi ketika melantik pasangan Made Mangku Pastika-Ketut Sudikerta sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Bali periode 2013-2018 Kamis (29/8) mengharapkan roda pemerintahan di Provinsi Bali lima tahun ke depan lebih maju.
Pasal 18 ayat (1) UUD 1945 dengan tegas mengamanatkan bahwa NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi. Daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota yang mempunyai pemerintahan daerah yang diatur undang-undang.
Untuk itu spirit yang terkandung dalam otonomi daerah adalah memberi ruang yang sangat luas kepada daerah untuk mengurus pelayanan publik dan mengembangkan segenap potensi daerah melalui pembangunan sesuai dengan kondisi dan potensi daerah masing-masing.
Oleh sebab itu Gubernur Made Mangku Pastika dan Wakil Gubernur Ketut Sudikerta untuk pro-pengentasan kemiskinan harus tetap menjadi prioritas di dalam kepemimpinan periode lima tahun ini yang diaktualisasikan dalam pengalokasian dana APBD.
Hal ini dimaksudkan untuk menjamin keberlanjutan program pengentasan kemiskinan yang telah diinisiasi sebelumnya, disamping menseimbangkan pembangunan antara Bali selatan dengan Bali utara. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013