Denpasar (Antara Bali) - Ketua Yayasan Pendidikan Gajah Wahana Bali Dr Wayan Sukla Arnata mengatakan hingga saat ini Pulau Dewata belum bebas dari buta aksara.
"Masyarakat yang buta huruf atau buta aksara masih ada, bahkan angkanya lumayan tinggi," kata Sukla Arnata dalam wisuda diploma (D1 dan D2) Balai Pendidikan Pelatihan Perhotelan dan Pariwisata (Bapppepar) Nusa Dua, Bali, Kamis.
Ia mengatakan dengan kondisi Bali sebagai destinasi wisata unggulan dunia, angka buta huruf di daerah ini tergolong masih sangat tinggi.
Meski tidak menyebut data secara detail untuk konteks Bali, namun Sukla Arnata mengatakan beberapa fakta tentang kondisi buta huruf ini.
"Ada salah satu dusun di Kabupaten Karangasem, letaknya di kaki Gunung Agung. Di sana ada sekitar 800 kepala keluarga (KK), dan hampir semuanya tidak mengenal huruf," ujarnya.
Menurut dia, kondisi ini tentu sangat membutuhkan perhatian semua pihak. Bahkan pihaknya meminta masalah ini tidak semata di bebankan kepada pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama. (*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Masyarakat yang buta huruf atau buta aksara masih ada, bahkan angkanya lumayan tinggi," kata Sukla Arnata dalam wisuda diploma (D1 dan D2) Balai Pendidikan Pelatihan Perhotelan dan Pariwisata (Bapppepar) Nusa Dua, Bali, Kamis.
Ia mengatakan dengan kondisi Bali sebagai destinasi wisata unggulan dunia, angka buta huruf di daerah ini tergolong masih sangat tinggi.
Meski tidak menyebut data secara detail untuk konteks Bali, namun Sukla Arnata mengatakan beberapa fakta tentang kondisi buta huruf ini.
"Ada salah satu dusun di Kabupaten Karangasem, letaknya di kaki Gunung Agung. Di sana ada sekitar 800 kepala keluarga (KK), dan hampir semuanya tidak mengenal huruf," ujarnya.
Menurut dia, kondisi ini tentu sangat membutuhkan perhatian semua pihak. Bahkan pihaknya meminta masalah ini tidak semata di bebankan kepada pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama. (*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013