Singaraja (Antara Bali) - Sejumlah sopir angkutan umum di Singaraja, Kabupaten Buleleng, Minggu, memilih mogok kerja sebelum pemerintah daerah setempat memutuskan penyesuaian tarif terkait kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
"Seharusnya pemerintah menetapkan tarif baru sebelum menaikkan harga BBM," kata Ketut Marhaeno, sopir bus jurusan Singaraja-Denpasar via Seririt.
Dalam dua hari terakhir dia mengaku merugi setelah biaya yang dikeluarkan untuk BBM tidak sebanding dengan pendapatannya. "Saya menaikkan ongkos sepihak kepada penumpang," katanya menuturkan.
Sebelumnya ongkos Singaraja-Denpasar Rp30 ribu, namun setelah harga BBM bersubsidi naik, Marhaeno menaikkan pula tarifnya menjadi Rp35 ribu. Ia mengaku banyak menerima protes dari penumpang, khususnya yang sudah lama menjadi pelanggannya di jalur tersebut.
"Ada penumpang yang memakluminya, tapi lebih banyak juga yang mengomel. Saya tidak bisa memaksa karena memang pemerintah belum mengeluarkan keputusan tarif baru," katanya.
Hal senada juga diungkapkan Raden, sopir bus jurusan Singaraja-Gilimanuk. Namun dia pasrah berapa pun ongkos yang dibayarkan oleh penumpang sebelum ada keputusan resmi dari pemerintah daerah.
"Saya syukur banget, kalau ada penumpang yang mau membayar lebih. Berapa pun lebihnya," kata pria yang sudah 20 tahun menggantungkan hidupnya di jalur Singaraja-Gilimanuk. (M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Seharusnya pemerintah menetapkan tarif baru sebelum menaikkan harga BBM," kata Ketut Marhaeno, sopir bus jurusan Singaraja-Denpasar via Seririt.
Dalam dua hari terakhir dia mengaku merugi setelah biaya yang dikeluarkan untuk BBM tidak sebanding dengan pendapatannya. "Saya menaikkan ongkos sepihak kepada penumpang," katanya menuturkan.
Sebelumnya ongkos Singaraja-Denpasar Rp30 ribu, namun setelah harga BBM bersubsidi naik, Marhaeno menaikkan pula tarifnya menjadi Rp35 ribu. Ia mengaku banyak menerima protes dari penumpang, khususnya yang sudah lama menjadi pelanggannya di jalur tersebut.
"Ada penumpang yang memakluminya, tapi lebih banyak juga yang mengomel. Saya tidak bisa memaksa karena memang pemerintah belum mengeluarkan keputusan tarif baru," katanya.
Hal senada juga diungkapkan Raden, sopir bus jurusan Singaraja-Gilimanuk. Namun dia pasrah berapa pun ongkos yang dibayarkan oleh penumpang sebelum ada keputusan resmi dari pemerintah daerah.
"Saya syukur banget, kalau ada penumpang yang mau membayar lebih. Berapa pun lebihnya," kata pria yang sudah 20 tahun menggantungkan hidupnya di jalur Singaraja-Gilimanuk. (M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013