Perusahaan teknologi finansial (tekfin) Amartha menggenjot pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar naik kelas sehingga mendorong pembukaan lapangan kerja untuk menekan jumlah pengangguran di Indonesia.

“Ketika kami bisa meningkatkan UMKM mitra dengan skala bisnis lebih besar, volumenya meningkat, di sana bisa berkontribusi memberi akses lapangan kerja,” kata CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra di sela pembukaan Asia Grassroots Forum 2025 di Nusa Dua, Bali, Kamis.

Ia mengungkapkan sejak berdiri pada 2010, pihaknya sudah mengucurkan modal usaha sekitar Rp35 triliun kepada 3,3 juta pelaku UMKM, sebanyak 90 persen di antaranya dijalankan oleh perempuan di seluruh Indonesia.

Rata-rata pelaku usaha mikro itu mengakses pembiayaan dengan kisaran rentang Rp5 juta hingga Rp15 juta.

Andi menyebutkan sebanyak 100 ribu pelaku UMKM yang menjadi mitranya sudah naik kelas yang sebagian besar berusaha sektor perdagangan dan industri rumah tangga seperti memproduksi makanan.

“Mereka juga sudah bisa membuka lapangan kerja minimal di atas empat hingga lima orang,” katanya.

Selain mendapatkan permodalan, pelaku usaha mikro itu juga mendapatkan pendampingan berupa literasi keuangan, membuka pasar digital dan diajak ikut pameran untuk memperluas pangsa pasar.

Sementara itu, di sela forum ekonomi akar rumput se Asia itu juga menggandeng sejumlah pelaku UMKM dari berbagai daerah di tanah air.

Salah satunya Rosvita Sensiana, pelaku UMKM yang memproduksi kain tenun ikat dari Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memamerkan produksi kain tenun di sela forum tersebut.

Wanita berusia 40 tahun itu mendirikan kelompok UMKM Dalale yang produksinya menggunakan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan seperti akar mengkudu untuk warna merah, biru dari daun nila, hijau dari daun katuk, dan kuning dari kunyit dan kulit mangga.

“Kami ada kelompok ada 12 orang penenun dan yang membantu untuk kerja itu 20 orang yang semuanya ibu-ibu,” kata Rosvita.

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) dalam Outlook ekonomi dunia edisi April 2025 memproyeksikan tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5 persen pada tahun ini.

Proyeksi itu berada pada posisi kedua di Asia setelah China dengan perkiraan mencapai 5,1 persen.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah angkatan kerja atau penduduk usia kerja yang bekerja atau sedang mencari kerja dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Februari 2025 mencapai 153,05 juta orang, naik 3,67 juta orang dibandingkan Februari 2024.

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna

Editor : Widodo Suyamto Jusuf


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2025