Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Perusahaan pinjaman daring (pindar) memperluas pembiayaan kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) termasuk segmentasi ultra mikro melalui peran bank perekonomian rakyat (BPR).
“Kami bisa bantu BPR untuk merambah masyarakat yang unbankable, yang belum bisa disentuh atau dilayani bank,” kata Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Entjik S Djafar di sela forum nasional integrasi layanan keuangan (embedded finance) di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin.
Ada pun alasan menggandeng BPR karena lembaga jasa keuangan itu dinilai masih menjadi salah satu tulang punggung perekonomian yang berada lebih dekat dengan masyarakat.
Untuk menggenjot upaya itu, pihaknya telah menggandeng penyelenggara pemeringkat kredit alternatif (PKA) yaitu Cloudun AI.
PKA yang sudah terdaftar oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tersebut akan melakukan analisis kelayakan kredit calon debitur yang belum memiliki akses perbankan (unbankable) itu.
Ia mengungkapkan Bali menjadi salah satu pasar yang potensial untuk digenjot penyaluran pindar termasuk melalui peran BPR.
Saat ini, lanjut dia, realisasi penyaluran pindar hingga Juni 2025 mencapai Rp85,3 triliun, sekitar Rp26 triliun di antaranya disalurkan untuk pelaku UMKM dan sebanyak Rp20 triliun lainnya diserap segmentasi ultra mikro dengan rata-rata pinjaman Rp1-2 juta per debitur.
Sementara itu, Direktur Utama Bantusaku Arnoldyth Rodes Medo sebagai salah satu pelaku pindar berizin OJK mengungkapkan sejak berdiri pada Desember 2018 hingga Juli 2025, pihaknya sudah menyalurkan sekitar Rp20,8 triliun secara nasional.
Sedangkan khusus untuk Bali, ia mencatat realisasi pinjaman sudah mencapai Rp95,5 miliar selama Januari-Agustus 2025.
Ia optimistis kolaborasi dengan BPR akan menggenjot potensi kucuran pendanaan khususnya kepada UMKM dan segmentasi ultra mikro bisa lebih besar.
Namun, ia mengingatkan kucuran kredit dari pindar saat ini juga sudah terhubung dengan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) sebagai salah satu aspek kehati-hatian dalam menyalurkan pinjaman.
“Kami sama ketat dengan perbankan karena per Agustus lalu kami juga sudah terkoneksi dengan SLIK dan calon peminjam itu berkualitas karena kami bisa akses SLIK,” ucapnya.
Berdasarkan data AFPI, saat ini kualitas kredit atau kredit bermasalah (non performing loan/NPL) untuk pindar mencapai rata-rata di bawah tiga persen.
