Oleh M. Irfan Ilmie
Nusa Dua (Antara Bali) - Kesadaran masyarakat Provinsi Bali memeriksakan diri melalui metode deteksi dini kanker payudara dinilai masih rendah.
"Masyarakat cenderung takut untuk memeriksakan diri sehingga sampai sekarang kami tidak punya data pasti penderita kanker payudara di Bali," kata Amanda O`Connor dari "Bali Pink Ribbon" di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Minggu.
Menurut pengurus lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang pencegahan kanker payudara itu, perempuan di Indonesia, khususnya Bali, tidak menyadari bahwa penyakit itu merupakan salah penyebab utama kematian kaum hawa.
"Hal ini menunjukkan bahwa perempuan di Bali tidak memperhatikan kondisi kesehatan diri sendiri," kata di sela-sela pemeriksaan gratis kanker payudara di Nusa Dua bersama Philips Healthcare Indonesia itu.
Ia mengemukakan bahwa usia rata-rata penderita kanker payudara di Bali adalah 35-45 tahun. "Jika dideteksi sejak usia muda, maka penyakit itu bisa diketahui pada tahap awal dan apabila diobati dengan baik, maka penderita memiliki harapan hidup lebih lama," kata Amanda.
Sementara itu, General Manager Philips Healthcare Indonesia Teguh Purwanto mengatakan, pihaknya menyediakan situs web khusus bagi kaum perempuan untuk mengetahui dan berkonsultasi mengenai seluk-beluk kanker payudara.
"Di situs `Spot It Yourself` ini kami bekerja sama dengan YKI (Yayasan Kanker Indonesia) kaum perempuan bisa mendeteksi dirinya sendiri. Setiap pertanyaan yang diajukan dalam situs ini akan ditanggapi dalam waktu paling lama 48 jam," katanya.
Philips sendiri memiliki berbagai jenis alat kesehatan yang mampu mendeteksi berbagai jenis macam penyakit, termasuk kanker payudara.
"Mulai jenis X-Ray, Mammografi, radiologi, MRI, hingga CT Scan, sudah kami produksi. Alat-alat itu selama ini hanya tersedia di sejumlah rumah sakit besar di Jawa," katanya.
Perusahaan yang berkantor pusat di Belanda itu tidak hanya bergerak di bidang produksi lampu hemat energi, peralatan rumah tangga, dan perangkat hiburan.
"Kami juga memproduksi alat-alat kesehatan yang lebih modern dan mudah diaplikasikan. Kami melihat pangsa pasar Indonesia di bidang kesehatan sangat besar," kata Teguh memfasilitasi "Bali Pink Ribbon Walk" di Nusa Dua itu. (M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Nusa Dua (Antara Bali) - Kesadaran masyarakat Provinsi Bali memeriksakan diri melalui metode deteksi dini kanker payudara dinilai masih rendah.
"Masyarakat cenderung takut untuk memeriksakan diri sehingga sampai sekarang kami tidak punya data pasti penderita kanker payudara di Bali," kata Amanda O`Connor dari "Bali Pink Ribbon" di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Minggu.
Menurut pengurus lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang pencegahan kanker payudara itu, perempuan di Indonesia, khususnya Bali, tidak menyadari bahwa penyakit itu merupakan salah penyebab utama kematian kaum hawa.
"Hal ini menunjukkan bahwa perempuan di Bali tidak memperhatikan kondisi kesehatan diri sendiri," kata di sela-sela pemeriksaan gratis kanker payudara di Nusa Dua bersama Philips Healthcare Indonesia itu.
Ia mengemukakan bahwa usia rata-rata penderita kanker payudara di Bali adalah 35-45 tahun. "Jika dideteksi sejak usia muda, maka penyakit itu bisa diketahui pada tahap awal dan apabila diobati dengan baik, maka penderita memiliki harapan hidup lebih lama," kata Amanda.
Sementara itu, General Manager Philips Healthcare Indonesia Teguh Purwanto mengatakan, pihaknya menyediakan situs web khusus bagi kaum perempuan untuk mengetahui dan berkonsultasi mengenai seluk-beluk kanker payudara.
"Di situs `Spot It Yourself` ini kami bekerja sama dengan YKI (Yayasan Kanker Indonesia) kaum perempuan bisa mendeteksi dirinya sendiri. Setiap pertanyaan yang diajukan dalam situs ini akan ditanggapi dalam waktu paling lama 48 jam," katanya.
Philips sendiri memiliki berbagai jenis alat kesehatan yang mampu mendeteksi berbagai jenis macam penyakit, termasuk kanker payudara.
"Mulai jenis X-Ray, Mammografi, radiologi, MRI, hingga CT Scan, sudah kami produksi. Alat-alat itu selama ini hanya tersedia di sejumlah rumah sakit besar di Jawa," katanya.
Perusahaan yang berkantor pusat di Belanda itu tidak hanya bergerak di bidang produksi lampu hemat energi, peralatan rumah tangga, dan perangkat hiburan.
"Kami juga memproduksi alat-alat kesehatan yang lebih modern dan mudah diaplikasikan. Kami melihat pangsa pasar Indonesia di bidang kesehatan sangat besar," kata Teguh memfasilitasi "Bali Pink Ribbon Walk" di Nusa Dua itu. (M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013