Kintamani (Antara Bali) - Warga di wilayah Desa Songan B, Kecamatan Kintamani, Bali, diperkirakan setiap tahunnya harus mengeluarkan uang sebesar Rp500 juta untuk membeli bambu sebagai sarana penunjang pertanian yang digunakan sebagai penyangga tanaman holtikultura di daerah tersebut.
"Warga di daerah ini harus membeli bambu ke daerah Kabupaten Badung dengan mengeluarkan biaya Rp300 juta sampai Rp500 juta setiap tahunnya," kata Nengah Mandiasa, tokoh masyarakat di Banjar Alengkong, Desa Songan B, di sela-sela penanaman bibit bambu, Sabtu.
Menurut kepala dusun yang berada di ketinggian 1.285 di atas permukaan laut itu, biaya sebanyak itu harus dikeluarkan oleh warga di daerah ini untuk menunjang produksi pertanian masyarakat yang masih tradisional.
Bambu itu digunakan sebagai penyangga tanaman utama yang diproduksi petani di wilayah tersebut yakni tomat dan cabai. "Namun sayangnya di desa ini jumlah pohon bambu sangat terbatas dan kurang, jikapun ada para pemiliknya tidak mau menjual karena mereka biasanya menggunakan untuk lahan pertaniannya," ujarnya.
Dia mengatakan, satu batang bambu yang sudah dipotong kecil sesuai kebutuhan petani harganya adalah Rp600. Untuk satu petak lahan dibutuhkan minimal ratusan batang bambu untuk penyangga itu.
Hal senada disampaikan Kepala UPT Pertanian Perkebunan dan Perhutanan Kecamatan Kintamani, Wayan Dharma Yuda. Dia mengatakan, di desa tersebut sangat kekurangan pohon bambu padahal kebutuhan sangat besar untuk menunjang produksi pertanian.
"Kami sangat berterima kasih atas bantuan yang diberikan oleh pihak Bali Spirit Festival dengan memberikan serta menanami bibit pohon bambu di wilayah tersebut," ucapnya.
Dia berharap dengan adanya penanaman pohon bambu tersebut di lahan tidak produktif di daerah itu dapat menjawab kebutuhan atas bambu ke depannya.
Hampir 50 persen warga di dusun tersebut yang berjumlah 200 kepala keluarga bermatapencaharian sebagai petani. (IGT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Warga di daerah ini harus membeli bambu ke daerah Kabupaten Badung dengan mengeluarkan biaya Rp300 juta sampai Rp500 juta setiap tahunnya," kata Nengah Mandiasa, tokoh masyarakat di Banjar Alengkong, Desa Songan B, di sela-sela penanaman bibit bambu, Sabtu.
Menurut kepala dusun yang berada di ketinggian 1.285 di atas permukaan laut itu, biaya sebanyak itu harus dikeluarkan oleh warga di daerah ini untuk menunjang produksi pertanian masyarakat yang masih tradisional.
Bambu itu digunakan sebagai penyangga tanaman utama yang diproduksi petani di wilayah tersebut yakni tomat dan cabai. "Namun sayangnya di desa ini jumlah pohon bambu sangat terbatas dan kurang, jikapun ada para pemiliknya tidak mau menjual karena mereka biasanya menggunakan untuk lahan pertaniannya," ujarnya.
Dia mengatakan, satu batang bambu yang sudah dipotong kecil sesuai kebutuhan petani harganya adalah Rp600. Untuk satu petak lahan dibutuhkan minimal ratusan batang bambu untuk penyangga itu.
Hal senada disampaikan Kepala UPT Pertanian Perkebunan dan Perhutanan Kecamatan Kintamani, Wayan Dharma Yuda. Dia mengatakan, di desa tersebut sangat kekurangan pohon bambu padahal kebutuhan sangat besar untuk menunjang produksi pertanian.
"Kami sangat berterima kasih atas bantuan yang diberikan oleh pihak Bali Spirit Festival dengan memberikan serta menanami bibit pohon bambu di wilayah tersebut," ucapnya.
Dia berharap dengan adanya penanaman pohon bambu tersebut di lahan tidak produktif di daerah itu dapat menjawab kebutuhan atas bambu ke depannya.
Hampir 50 persen warga di dusun tersebut yang berjumlah 200 kepala keluarga bermatapencaharian sebagai petani. (IGT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013