Denpasar (Antara Bali) - Puluhan wanita seusia murid sekolah dasar (SD), mengenakan busana adat tari didominasi warna putih dan kuning serta rangkaian janur sebagai perhiasan di kepala menunjukkan kepiawaiannya menari.

Mereka tampil lincah dengan gerakan tubuh mengikuti alunan suara gamelan, musik tradisional Bali yang mengiringinya. Tarian Rejang yang dibawakan itu merupakan kelengkapan kegiatan ritual berskala besar, disamping dalam waktu yang bersamaan dipentaskan kesenian topeng, arja dan wayang kulit, maupun jenis kesenian langka lainnya.

Di antara puluhan seniman tari yang tampil itu terdapat sejumlah mahasiswa mancanegara yang sedang mempelajari tabuh dan tari Bali di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ikut ambil bagian dalam menyukseskan kegiatan ritual yang digelar masyarakat desa adat (Pekraman) Pulau Dewata.

"Mahasiswa asing itu mampu membawakan tarian sakral untuk kelengkapan kegiatan ritual umat Hindu dengan baik," tutur dosen pembina mahasiswa asing ISI Denpasar I Wayan Sutirta, SSn MSn.

Enam mahasiswa asing yang baru duduk pada semester pertama dijadwalkan tampil dihadapan masyarakat dengan membawakan tarian sakral, namun dua orang diantaranya batal.

Keempat mahasiswa asing itu mampu menunjukkan kepiawaian membawakan tarian Bali dengan baik. Mereka terdiri atas Sisha asal Equador, Mai dari Jepang, Carolina dari Argentina dan Ari dari Amerika Serikat.

Dua mahasiswa asing yang batal adalah Linda dari Ceko dan Alexsandra dari Rusia. Penampilan mereka akhirnya diganti oleh dua mahasiswa lokal yakni Adi Pranata mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik semester I dan Gede Krisna mahasiswa Jurusan Seni Tari semester III.

I Wayan Sutirta mengaku, lumayan sulit untuk mengajar mahasiswa asing, karena latar belakang budaya yang berbeda, sehingga menyulitkan mereka mengerti tarian Bali.

Meskipun demikian cara penyampaian materi pun berbeda dengan mahasiswa lokal, kalau mahasiswa lokal cara berkomunikasinya dengan menggunakan bahasa Indonesia, sedangkan mahasiswa asing menggunakan bahasa Inggris.

ISI Denpasar dalam tahun akademik 2012/2013 menerima 39 mahasiswa asing dari 24 negara di belahan dunia. Mereka mempelajari tentang seni tari enam orang, seni kerawitan 14 orang, seni rupa murni seorang, seni kriya sebelas orang dan seni fotografi seorang.


Menari Secara Ikhlas

Rektor ISI Denpasar Institut Seni Indonesia (ISI) Dr Gede Arya Sugiartha menjelaskan, mengawali kegiatan "ngayah" yakni bekerja secara ikhlas dengan menari dan menabuh untuk membantu kelancaran kegiatan ritual yang digelar masyarakat setempat.

Pementasan "ngayah" itu dikemas dalam bentuk penelitian dan pengabdian masyarakat, sehingga sama-sama memperoleh manfaat dari kegiatan ritual yang digelar masyarakat Pulau Dewata.

Rintisan lembaga pendidikan tinggi seni di Pulau Dewata itu pula memberikan inspirasi Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DP2M) Ditjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menggagas komunitas "ngayah" sebagai bentuk pengabdian lembaga pendidikan tinggi kepada masyarakat.

Komunitas "ngayah" yang dibentuk di Bali itu melibatkan empat perguruan tinggi yang terdiri atas Universitas Saraswati, Universitas Udayana, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, dan Undiksa Singaraja.

Bahkan ISI Denpasar yang lebih awal menerapkan pengabdian itu memfasilitasi pelatihan penyusunan usulan program pengabdian kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang melibatkan peserta dari empat lembaga perguruan tinggi negeri dan swasta di Bali.

"Ngayah" merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat, pendidikan dan penelitian, sekaligus membantu secara ikhlas untuk kelancaran kegiatan ritual di pura yang digelar masyarakat desa adat di Bali sekaligus melakukan penelitian.

Munculnya gagasan untuk melakukan penelitian sesuai bidang ilmu yang digeluti itu memerlukan dukungan, kerja sama dan jaringan antarperguruan tinggi dalam melaksanakan pengabdian kepada masyarakat, sebagai salah satu bentuk tri dharma perguruan tinggi.

Pengabdian masyarakat dengan model "ngayah" telah diterapkan ISI Denpasar, antara lain menyuguhkan tabuh dan tari yang dibawakan oleh mahasiswa, termasuk melibatkan mahasiswa dari berbagai negara di belahan dunia yang sedang menimba ilmu di Bali, sebagai salah satu kelengkapan kegiatan ritual. (*/ADT/IGT)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Ketut Agung Wijaya


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013