Denpasar (Antara Bali) - Keberadaan tari Sanghyang "Janger Maborbor" di Desa Yangapi, Kabupaten Bangli, Bali yang khusus dipentaskan untuk menolak wadah penyakit, sampai saat ini masih lestari.
"Salah satu jenis kesenian tradisional itu dipentaskan saat desa Yangapi, Bangli, ada wabah penyakit yang menyerang manusia maupun hama tanaman. Tradisi itu berlangsung hingga sekarang," kata dosen jurusan tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Ni Wayan Parmi, SST, MSi di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, dari hasil penelitian terhadap keberadaan tari Tari Sanghyang "Janger Maborbor" menunjukkan bahwa salah satu kesenian yang sakral itu juga dipentaskan untuk kelengkapan kegiatan ritual di Pura Masceti dan sejumlah pura lainnya dalam lingkungan Desa adat Yangapi, Bangli.
Pementasan untuk kelengkapan "piodalan" itu sekaligus menjadi tontonan dan hiburan masyarakat setempat. Namun dalam perkembangannya jenis kesenian yang unik dan khas itu juga dipentaskan untuk wisatawan mancanegara maupun nusantara yang berkunjung ke Desa Yangapi, sekitar 65 km timur laut Denpasar.
Penelitian dilakukan melalui analisis kajian budaya, menyangkut bentuk pertunjukan dan fenomena pada tari Sanghyang Janger Maborbor. Untuk itu digunakan sebuah model klasifikasi struktur pementasan tari Jangger, antara lain mengandung unsur pembukaan, "pepeson", "pajangeran", lakon dan penutup.
Elemen-elemen pertunjukan tari Sanghyang "Janger Maborbor" tidak jauh berbeda dengan pertunjukan jangger secara umum yang juga ada di kabupaten/kota lainnya di Bali, yakni ditarikan oleh sekelompok penari laki-laki yang disebut Kecak dan sekelompok penari perempuan yang disebut janger.
Wayan Parmi menjelaskan, elemen-elemen yang membentuk tari Sanghyang Janger Maborbor terdiri dari gerak tari, lagu vokal yang disebut sekar rare, rias busana, musik, tempat pementasan (kalangan) dan lampu sebagai penerangan listrik.
Mereka mengenakan busana adat Bali yang biasa dipakai untuk melaksanakan sembahyang. Pementasan dilaksanakan di tempat terbuka dan tempat keluar masuk penari dibatasi dengan selembar kain (langse).
Untuk kelancaran pementasan tersebut rangkaian janur kombinasi dengan bunga (sesajen/ banten) menjadi hal yang sangat penting. Fungsi tari Sanghyang Janger Maborbor sebagai seni pertunjukan mengandung fungsi ritual, sosial dan fungsi estetika, tutur Ni Wayan Parmi.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
"Salah satu jenis kesenian tradisional itu dipentaskan saat desa Yangapi, Bangli, ada wabah penyakit yang menyerang manusia maupun hama tanaman. Tradisi itu berlangsung hingga sekarang," kata dosen jurusan tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Ni Wayan Parmi, SST, MSi di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, dari hasil penelitian terhadap keberadaan tari Tari Sanghyang "Janger Maborbor" menunjukkan bahwa salah satu kesenian yang sakral itu juga dipentaskan untuk kelengkapan kegiatan ritual di Pura Masceti dan sejumlah pura lainnya dalam lingkungan Desa adat Yangapi, Bangli.
Pementasan untuk kelengkapan "piodalan" itu sekaligus menjadi tontonan dan hiburan masyarakat setempat. Namun dalam perkembangannya jenis kesenian yang unik dan khas itu juga dipentaskan untuk wisatawan mancanegara maupun nusantara yang berkunjung ke Desa Yangapi, sekitar 65 km timur laut Denpasar.
Penelitian dilakukan melalui analisis kajian budaya, menyangkut bentuk pertunjukan dan fenomena pada tari Sanghyang Janger Maborbor. Untuk itu digunakan sebuah model klasifikasi struktur pementasan tari Jangger, antara lain mengandung unsur pembukaan, "pepeson", "pajangeran", lakon dan penutup.
Elemen-elemen pertunjukan tari Sanghyang "Janger Maborbor" tidak jauh berbeda dengan pertunjukan jangger secara umum yang juga ada di kabupaten/kota lainnya di Bali, yakni ditarikan oleh sekelompok penari laki-laki yang disebut Kecak dan sekelompok penari perempuan yang disebut janger.
Wayan Parmi menjelaskan, elemen-elemen yang membentuk tari Sanghyang Janger Maborbor terdiri dari gerak tari, lagu vokal yang disebut sekar rare, rias busana, musik, tempat pementasan (kalangan) dan lampu sebagai penerangan listrik.
Mereka mengenakan busana adat Bali yang biasa dipakai untuk melaksanakan sembahyang. Pementasan dilaksanakan di tempat terbuka dan tempat keluar masuk penari dibatasi dengan selembar kain (langse).
Untuk kelancaran pementasan tersebut rangkaian janur kombinasi dengan bunga (sesajen/ banten) menjadi hal yang sangat penting. Fungsi tari Sanghyang Janger Maborbor sebagai seni pertunjukan mengandung fungsi ritual, sosial dan fungsi estetika, tutur Ni Wayan Parmi.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010