Dinas Kesehatan (Dinkes) Bali menerbitkan surat kewaspadaan dini demam berdarah saat memasuki musim hujan mulai dari November.

“Kami sudah mengedarkan surat kewaspadaan dini, mengirimkan ke mereka semua (Dinas Kesehatan kabupaten/kota) itu pertama, suratnya sudah dikirim,” kata Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Bali I Nyoman Sudiyasa, di Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan surat kewaspadaantersebut menyikapi dimulainya musim hujan, dimana kembang biak nyamuk akan meningkat dan perlu dilakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk.

Dalam arahannya, Dinkes Bali meminta Dinas Kesehatan kabupaten/kota melanjutkan anjurannya ke lingkup lebih kecil, seperti kecamatan dan desa, yaitu untuk mengendalikan vektor dengan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik.

“Tidak mudah mengajak masyarakat, kami tahu keterbatasan teman-teman di kabupaten/kota bagaimana, tapi mereka bisa melakukan pembinaan agar tiap satu rumah satu jumantik,” ujar Sudiyasa.

Menurutnya, mengendalikan vektor atau calon nyamuk lebih mudah daripada penanganan lainnya seperti vaksinasi yang mahal atau obatnya yang sampai saat ini tidak ada.

Sudiyasa mengatakan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan di tingkat desa, yaitu membuat penyuluhan dengan anggaran desa, apalagi siapa saja dapat menjadi jumantik bagi keluarganya sendiri.

Ia menjelaskan petugas kesehatan dapat memberi penyuluhan sederhana seperti memberantas tempat perindukan nyamuk sehingga dibuat kering dan bersih, jadi jentik-jentik hanyut dan mati.

“Kalau pengendalian itu tidak dilakukan bersama masyarakat rasanya tidak mungkin, kalau hanya mengandalkan fogging berapa sih yang bisa dilakukan, siklus nyamuk semasa hidupnya bisa 3-4 kali bertelur, tiap bertelur ratusan ribu, kalau hanya bunuh betinanya saja, bisa jadi dia sudah menelurkan ratusan ribu,” kata dia.

Dalam peringatan kewaspadaan ini, selain melakukan pemberantasan sarang nyamuk Dinkes Bali juga menawarkan program fogging fokusnya sebagai upaya mitigasi kedua.
Ini akan dilakukan setelah mereka melakukan penelitian epidemiologi di tempat tinggal korban demam berdarah.

Apabila mereka menemukan jentik nyamuk pada hasil penelitian, kata dia,  maka akan dilakukan fogging fokus, sebaliknya jika tidak ditemukan maka besar kemungkinan korban demam berdarah tidak terkena gigitan nyamuk Aedes aegypti di rumahnya.



Baca juga: Hujan mulai turun, Epidemiolog ingatkan masyarakat waspada demam berdarah

Baca juga: Nyamuk ber-Wolbachia bisa kurangi peningkatan bahaya sampai 30 tahun

Baca juga: Dinkes Denpasar minta masyarakat tetap gencarkan pemberantasan sarang nyamuk

Baca juga: Masyarakat perlu pahami fase perjalanan klinis DBD untuk bantu selamatkan nyawa

Baca juga: Kemenkes catat 455 kematian akibat demam berdarah, sepanjang 2024

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari

Editor : Widodo Suyamto Jusuf


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024