Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Bali mendampingi masyarakat kawasan Geopark Batur, Kintamani, mengolah buah jeruk khas daerah Bangli menjadi produk berkualitas.
Kepala Pusat Penelitian Kepada Masyarakat Poltekpar Bali Putu Diah Sastri Pitanatri di Denpasar, Selasa, mengatakan kegiatan yang berlangsung pada Kamis (31/10) lalu itu bertujuan untuk membantu warga menghadirkan produk jeruk yang kreatif dan berdaya saing.
“Pada kegiatan hari kedua ini, PKM Poltekpar Bali menitikberatkan pada penggunaan teknologi tepat guna yang selaras dengan sumber daya lokal yang melimpah di kawasan Geopark Batur,” kata dia.
Ia mengatakan Kintamani yang dikenal dengan keindahan kaldera Gunung Batur dan Danau Batur yang ikonik kaya akan hasil alam seperti buah jeruk yang menjadi komoditas andalan warga setempat.
Dukungan alam yang optimal mulai dari tanah subur, iklim yang sejuk, hingga ketinggian yang cocok, menjadikan jeruk sebagai salah satu penghasilan utama masyarakat Kintamani.
“Melalui program ini, Poltekpar Bali membekali warga dengan keterampilan mengolah jeruk menjadi produk Dojer Kintamani atau Dodol Jeruk Kintamani dan Manisan Jerman atau Manisan Jeruk Kintamani,” ucap Diah.
Warga dibekali ilmu sekaligus kreativitas masa kini mulai dari penamaan produk hingga tampilan kemasan yang mencerminkan ciri khas lokal.
Poltekpar Bali berharap kegiatan ini membawa dampak nyata bagi masyarakat sekitar Geopark Batur, khususnya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
“Dengan keterampilan baru dalam mengenali potensi usaha yang dapat dikembangkan, warga di sekitar Geopark Batur diharapkan mampu memanfaatkan hasil bumi lokal mereka untuk menciptakan produk bernilai tinggi yang mampu menarik perhatian pasar,” ujarnya.
Lebih jauh, masyarakat diajak menjadi aktor utama dalam industri pariwisata yang berkembang pesat di kawasan ini, bukan hanya sebagai penonton, dengan mandiri dalam mengelola potensi wisata secara berkelanjutan.
“Dengan pelatihan ini, Geopark Batur bukan hanya sekadar destinasi alam yang menawan, tetapi juga pusat pemberdayaan masyarakat yang berfokus pada inovasi dan pelestarian budaya lokal,” tutur Diah.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
Kepala Pusat Penelitian Kepada Masyarakat Poltekpar Bali Putu Diah Sastri Pitanatri di Denpasar, Selasa, mengatakan kegiatan yang berlangsung pada Kamis (31/10) lalu itu bertujuan untuk membantu warga menghadirkan produk jeruk yang kreatif dan berdaya saing.
“Pada kegiatan hari kedua ini, PKM Poltekpar Bali menitikberatkan pada penggunaan teknologi tepat guna yang selaras dengan sumber daya lokal yang melimpah di kawasan Geopark Batur,” kata dia.
Ia mengatakan Kintamani yang dikenal dengan keindahan kaldera Gunung Batur dan Danau Batur yang ikonik kaya akan hasil alam seperti buah jeruk yang menjadi komoditas andalan warga setempat.
Dukungan alam yang optimal mulai dari tanah subur, iklim yang sejuk, hingga ketinggian yang cocok, menjadikan jeruk sebagai salah satu penghasilan utama masyarakat Kintamani.
“Melalui program ini, Poltekpar Bali membekali warga dengan keterampilan mengolah jeruk menjadi produk Dojer Kintamani atau Dodol Jeruk Kintamani dan Manisan Jerman atau Manisan Jeruk Kintamani,” ucap Diah.
Warga dibekali ilmu sekaligus kreativitas masa kini mulai dari penamaan produk hingga tampilan kemasan yang mencerminkan ciri khas lokal.
Poltekpar Bali berharap kegiatan ini membawa dampak nyata bagi masyarakat sekitar Geopark Batur, khususnya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
“Dengan keterampilan baru dalam mengenali potensi usaha yang dapat dikembangkan, warga di sekitar Geopark Batur diharapkan mampu memanfaatkan hasil bumi lokal mereka untuk menciptakan produk bernilai tinggi yang mampu menarik perhatian pasar,” ujarnya.
Lebih jauh, masyarakat diajak menjadi aktor utama dalam industri pariwisata yang berkembang pesat di kawasan ini, bukan hanya sebagai penonton, dengan mandiri dalam mengelola potensi wisata secara berkelanjutan.
“Dengan pelatihan ini, Geopark Batur bukan hanya sekadar destinasi alam yang menawan, tetapi juga pusat pemberdayaan masyarakat yang berfokus pada inovasi dan pelestarian budaya lokal,” tutur Diah.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024