Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Bali I Wayan Jarta mengatakan pemerintah daerah saat ini fokus memastikan tidak terjadi kelangkaan komoditas pokok jelang Hari Raya Galungan.
Ia di Denpasar, Selasa, mengakui kenaikan harga pada komoditas pokok pasti terjadi, namun karena pemerintah tidak dapat mengatur psikologis pasar maka yang dikelola adalah ketersediaannya.
“Intinya kita bantu masyarakat agar tidak sampai terjadi kelangkaan itu yang terpenting, kalau masalah harga yang diatur oleh pasar itu pasti petugas kami turun ke lapangan untuk mengecek,” kata dia.
Adapun produk yang ketersediaannya dipantau seperti perlengkapan upakara, daging babi, ayam ras, telur, beras, minyak goreng, bawang, dan cabai, dimana hingga sepekan jelang Penampahan Galungan ketersediaannya masih mencukupi.
Baca juga: Pemkot Denpasar siapkan langkah antisipasi inflasi jelang Galungan
Untuk harga, daging babi mulai mengalami kenaikan Rp1.000 per kilogram, begitu pula bahan pendukung upakara seperti bunga dan daun kelapa, namun angka ini dinilai belum signifikan dan justru puncaknya diprediksi terjadi pada hari Jumat dan Sabtu ini.
“Itu semata-mata karena psikologis pasar, saya kira bukan karena keterbatasan pasokan, namanya juga permintaan meningkat walaupun pasokan kita cukup, kadang-kadang harga di pasar cenderung dia naik,” ujar Jarta.
Kepala Disperindag Bali itu mengatakan pemerintah daerah tidak berhak mengatur harga di pasar kecuali produk yang diatur dalam HET, apalagi sejauh ini kenaikan jelang hari raya belum menyentuh angka 10 persen.
“Pas sudah ramai pembeli bertanya, secara naluri pasti dinaikkan, apakah kita larang? Tidak bisa kecuali barang pokok yang diatur HET-nya, yang tidak diatur dia akan mengikuti hukum pasar,” kata dia.
Baca juga: TPID se-Bali sepakat perbanyak bazar pangan murah sebelum Galungan
Untuk menekan psikologis pasar yang kerap menaikkan harga jelang Hari Raya Galungan, Pemprov Bali menggelar pasar murah di provinsi maupun kabupaten/kota.
Selain itu juga melakukan koordinasi dengan distributor agar tidak terjadi kelangkaan distribusi terutama pada komoditas pokok.
Hal ini untuk memperlihatkan ke masyarakat bahwa ketersediaan komoditas keperluan hari raya masih aman, bahkan masih bisa dibeli dengan harga relatif rendah dari di pasar.
Pasar murah juga sebagai pemantik ke pedagang agar menyadari ada harga yang lebih bersaing dan tidak mudah menaikkan harga.
“Kami mampu menyajikan sesuai harga di produsen, sehingga ini akan memberikan psikologis kepada pedagang sehingga tidak sembarang menaikkan harga, itu ada tawar menawar, masyarakat punya patokan, itu manfaat pasar murah,” kata dia.
Dalam momentum meningkatnya kebutuhan di hari raya ini, Pemprov Bali ingin mengedukasi masyarakat perihal kondisi ketersediaan produk dan harga di produsen sejatinya, sehingga ketika berbelanja di pedagang umum dapat menghitung untung ruginya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
Ia di Denpasar, Selasa, mengakui kenaikan harga pada komoditas pokok pasti terjadi, namun karena pemerintah tidak dapat mengatur psikologis pasar maka yang dikelola adalah ketersediaannya.
“Intinya kita bantu masyarakat agar tidak sampai terjadi kelangkaan itu yang terpenting, kalau masalah harga yang diatur oleh pasar itu pasti petugas kami turun ke lapangan untuk mengecek,” kata dia.
Adapun produk yang ketersediaannya dipantau seperti perlengkapan upakara, daging babi, ayam ras, telur, beras, minyak goreng, bawang, dan cabai, dimana hingga sepekan jelang Penampahan Galungan ketersediaannya masih mencukupi.
Baca juga: Pemkot Denpasar siapkan langkah antisipasi inflasi jelang Galungan
Untuk harga, daging babi mulai mengalami kenaikan Rp1.000 per kilogram, begitu pula bahan pendukung upakara seperti bunga dan daun kelapa, namun angka ini dinilai belum signifikan dan justru puncaknya diprediksi terjadi pada hari Jumat dan Sabtu ini.
“Itu semata-mata karena psikologis pasar, saya kira bukan karena keterbatasan pasokan, namanya juga permintaan meningkat walaupun pasokan kita cukup, kadang-kadang harga di pasar cenderung dia naik,” ujar Jarta.
Kepala Disperindag Bali itu mengatakan pemerintah daerah tidak berhak mengatur harga di pasar kecuali produk yang diatur dalam HET, apalagi sejauh ini kenaikan jelang hari raya belum menyentuh angka 10 persen.
“Pas sudah ramai pembeli bertanya, secara naluri pasti dinaikkan, apakah kita larang? Tidak bisa kecuali barang pokok yang diatur HET-nya, yang tidak diatur dia akan mengikuti hukum pasar,” kata dia.
Baca juga: TPID se-Bali sepakat perbanyak bazar pangan murah sebelum Galungan
Untuk menekan psikologis pasar yang kerap menaikkan harga jelang Hari Raya Galungan, Pemprov Bali menggelar pasar murah di provinsi maupun kabupaten/kota.
Selain itu juga melakukan koordinasi dengan distributor agar tidak terjadi kelangkaan distribusi terutama pada komoditas pokok.
Hal ini untuk memperlihatkan ke masyarakat bahwa ketersediaan komoditas keperluan hari raya masih aman, bahkan masih bisa dibeli dengan harga relatif rendah dari di pasar.
Pasar murah juga sebagai pemantik ke pedagang agar menyadari ada harga yang lebih bersaing dan tidak mudah menaikkan harga.
“Kami mampu menyajikan sesuai harga di produsen, sehingga ini akan memberikan psikologis kepada pedagang sehingga tidak sembarang menaikkan harga, itu ada tawar menawar, masyarakat punya patokan, itu manfaat pasar murah,” kata dia.
Dalam momentum meningkatnya kebutuhan di hari raya ini, Pemprov Bali ingin mengedukasi masyarakat perihal kondisi ketersediaan produk dan harga di produsen sejatinya, sehingga ketika berbelanja di pedagang umum dapat menghitung untung ruginya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024