Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Buleleng, Bali, Gede Suyasa menyampaikan, perbaikan infrastruktur menjadi fokus pemerintah daerah dalam upaya menggairahkan pariwisata yang berkelanjutan.
"Pemerintah daerah terus mendorong perbaikan infrastruktur sebagai upaya melakukan pemerataan pariwisata di Bali Selatan dan Bali Utara. Adapun perbaikan aksesibilitas transportasi akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Buleleng," kata Gede Suyasa saat menerima menerima rombongan kunjungan tim komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), di Lobi Kantor Bupati Buleleng, Bali, Sabtu.
Ia menyampaikan bahwa wisatawan mancanegara yang ke kabupaten ujung utara Pulau Dewata itu hanya berkisar 10 persen saja dari total wisatawan yang berkunjung ke Pulau Dewata.
Salah satu faktor rendahnya persentase kunjungan ini ialah aksesibilitas ke Kabupaten Buleleng dari Bali Utara dan jarak tempuh yang jauh dan cukup memakan waktu. Dengan demikian, wisatawan yang berkunjung dalam durasi singkat ke Bali, Kabupaten Buleleng sangat jarang menjadi pilihan destinasi.
Baca juga: Pemkab Buleleng adakan Festival Koi semarakkan HUT Ke-79 RI
Baca juga: Pemkab Buleleng adakan Festival Koi semarakkan HUT Ke-79 RI
Hal ini perlu diperhatikan bagi pemerintah pusat maupun provinsi untuk meningkatkan kunjungan ke Kabupaten Buleleng dan membuat pariwisata lebih tersebar merata.
"Sulit rasanya ke Buleleng kalau dia hanya kunjungan tiga hari. Baru turun hari ini, kemudian berangkat ke Buleleng itu hampir setengah hari. Nanti baliknya setengah hari lagi kan habis waktunya, maka akan memilih di jalur di mana dia bisa menikmati secara maksimal kunjungan dengan waktu yang pendek," paparnya.
Catatan kunjungan wisatawan mancanegara ke Kabupaten Buleleng, Januari hingga akhir Juli 2024, kata dia, mencapai angka 270.000 kunjungan. Sedangkan angka kunjungan dari wisatawan domestik baru mencapai 500.000.
Namun, angka tersebut dicatat dari jumlah kedatangan di objek wisata dan tidak menandakan jumlah wisatawan yang menginap pada beberapa penginapan di Kabupaten Buleleng.
Sementara itu, Dinas Pariwisata setempat mencatat okupansi hotel di Kabupaten Buleleng saat ini disampaikan mencapai 80 persen lebih. Hal ini dikarenakan saat ini sedang musim liburan musim panas.
Jika tidak pada musim liburan, Suyasa menyampaikan, okupansi hotel hanya berada pada 20 sampai dengan 30 persen saja. Penerimaan pendapatan daerah dari sektor pariwisata di Kabupaten Buleleng pun disampaikan tidak bombastis seperti daerah di Bali Selatan.
Baca juga: Pemkab Buleleng bagikan ribuan bendera merah putih meriahkan HUT Ke-78 RI
Baca juga: Pemkab Buleleng bagikan ribuan bendera merah putih meriahkan HUT Ke-78 RI
"Penerimaan pajaknya PHR ya, tidak langsung konteksnya pariwisata. Kita menargetkan sekitar 200 miliar tahun 2024. Tapi sampai Juni, kita kira-kira di angka 49 persen dari 200 miliar," ungkapnya.
Ditanya terkait opsi aksesibilitas mana yang paling diinginkan pemerintah daerah, Suyasa menjawab bahwa Pemkab Buleleng hanya mengharapkan cara agar wisatawan bisa datang ke Buleleng dengan lebih cepat dan mudah.
Baik dengan pembangunan jalan tol, atau pembangunan kereta cepat, ataupun pengembangan bandara yang pernah dicanangkan dan masuk program prioritas nasional.
Namun, kajian teknis tentang opsi terbaik tersebut dikembalikan ke pemerintah pusat karena bukan merupakan kewenangan daerah. Saat ini, Kabupaten Buleleng telah terbantu dengan pembangunan Jalan Nasional Baru Singaraja-Mengwitani.
Diharapkan pembangunan jalan baru tersebut bisa mencapai titik 12 hingga mendekati pusat Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng.
"Jika aksesibilitasnya cepat, tentu itu tidak akan menjadi kendala buat mereka (wisatawan) bisa menikmati Buleleng. Ya dengan segala kondisi yang berbeda dengan karakter alam dan budaya dari Bali Selatan," katanya.
Pihaknya meyakini, jika kunjungan wisatawan ke Kabupaten Buleleng lebih banyak ke depannya penataan wisata pun akan bisa diakselerasi.
Selama ini, pemerintah dengan berbagai stakeholder terus berupaya menjaga lingkungan, memaksimalkan potensi yang ada juga dengan pengembangan desa wisata. Namun, jika jumlah kunjungan tidak meningkat maka operasional juga akan terkendala.
Dampak yang dihasilkan akan multidimensi terhadap pendapatan, karena kunjungan yang kurang optimal. Jika berbicara potensi, Ia meyakini Kabupaten Buleleng memiliki berbagai keunikan bentang alam dan keragaman kultur seni dari daerah di Bali Selatan.
"Air terjun misalnya, (ada) banyak sekali air terjun. Ada 28 air terjun bahkan tidak punya nama. Ya sebagian di antaranya karena memang tidak pernah dikunjungi," kata Suyasa.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024