Ribuan umat Muslim di Bali kembali memilih melakukan ziarah di Pemakaman Muslim Wanasari, Denpasar, pada hari H Lebaran setelah tahun-tahun sebelumnya banyak yang lebih memilih datang lebih awal.
Pembina Yayasan Muslim Wanasari Maruti 13, Saharudin mengatakan tradisi ini kembali sepenuhnya seperti sebelum pandemi COVID-19, dimana tak ada pembatasan sama sekali yang membuat peziarah datang serentak setelah melakukan Shalat Id.
“Puncaknya di hari H ini, karena kalau saat COVID-19 kan susah berhimpitan ada jarak jadi dibatasi mulai dari 50-an orang, tahun ini silahkan,” katanya di Denpasar, Rabu.
Meski peziarah sudah ramai sejak H-2 Idul Fitri, Saharudin menyebut situasi hari ini jauh lebih membeludak terutama sejak pukul 7.00 Wita, sehingga dipastikan tradisi ini sudah kembali seperti dulu.
Baca juga: Bali Zoo tampilkan satwa tapir Asia saat libur Lebaran
Ia memprediksi kepadatan di makam yang terletak di Kampung Muslim Wanasari itu akan berlangsung hingga matahari terbenam, dan masih berlanjut hingga Jumat, 12 April mendatang.
Pengelola tak dapat memastikan jumlah peziarah yang datang, namun dilihat dari kapasitas makam dan jumlah nisan yang ribuan, lebih dari 1.000 orang sudah masuk sejak pagi.
Saharudin mengatakan ini merupakan tradisi umat Muslim di Bali, dimana para keluarga dan keturunan yang berasal dari berbagai kabupaten/kota akan datang mendoakan keluarganya yang dimakamkan disana.
Menurutnya, makam ini sudah ada sejak tahun 1929, umat Muslim dari seluruh penjuru Bali mempercayai pengelolaan tempat tersebut, sehingga memilih memakamkan jenazah keluarganya disana.
Dalam sehari, rata-rata petugas penggali kubur bisa memakamkan empat orang, sehingga otomatis setiap tahun jumlah pelayat juga akan bertambah.
Baca juga: Khatib di Bali sampaikan pesan Idul Fitri untuk hidup lebih berkualitas
Untuk mendukung akses peziarah di Pemakaman Muslim Wanasari, yayasan pada tahun ini memperluas lahan makam dari 35 are bertambah 11,5 are menjadi sekitar 46,5 are.
Selain itu, melihat akses menuju toilet bertabrakan dengan pelayat yang hendak mencari makam keluarganya, pengelola berencana memindahkan fasilitas agar lebih mudah diakses.
Situasi lain yang terbaca adalah kepadatan di pintu masuk makam, sehingga perlu banyak pembenahan. Menurut Saharudin, kondisi ini terbaca setelah merasakan membeludaknya peziarah saat hari Idul Fitri tahun ini.
Salah satu peziarah bernama Sofyan Adi (42) mengatakan sengaja datang untuk menabur bunga dan mendoakan almarhum ayahnya tepat di hari raya.
Selain karena tradisi, menurutnya, momentum Idul Fitri adalah waktu yang tepat untuk datang, apalagi tahun ini tak ada pembatasan sama sekali.
“Biasa ziarah ke makam bapak, mengirim doa kepada yang sudah meninggalkan kita, momennya pas Idul Fitri, sekarang sudah seperti biasa, jadi sehabis Shalat Id ke makam dulu baru pulang,” ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
Pembina Yayasan Muslim Wanasari Maruti 13, Saharudin mengatakan tradisi ini kembali sepenuhnya seperti sebelum pandemi COVID-19, dimana tak ada pembatasan sama sekali yang membuat peziarah datang serentak setelah melakukan Shalat Id.
“Puncaknya di hari H ini, karena kalau saat COVID-19 kan susah berhimpitan ada jarak jadi dibatasi mulai dari 50-an orang, tahun ini silahkan,” katanya di Denpasar, Rabu.
Meski peziarah sudah ramai sejak H-2 Idul Fitri, Saharudin menyebut situasi hari ini jauh lebih membeludak terutama sejak pukul 7.00 Wita, sehingga dipastikan tradisi ini sudah kembali seperti dulu.
Baca juga: Bali Zoo tampilkan satwa tapir Asia saat libur Lebaran
Ia memprediksi kepadatan di makam yang terletak di Kampung Muslim Wanasari itu akan berlangsung hingga matahari terbenam, dan masih berlanjut hingga Jumat, 12 April mendatang.
Pengelola tak dapat memastikan jumlah peziarah yang datang, namun dilihat dari kapasitas makam dan jumlah nisan yang ribuan, lebih dari 1.000 orang sudah masuk sejak pagi.
Saharudin mengatakan ini merupakan tradisi umat Muslim di Bali, dimana para keluarga dan keturunan yang berasal dari berbagai kabupaten/kota akan datang mendoakan keluarganya yang dimakamkan disana.
Menurutnya, makam ini sudah ada sejak tahun 1929, umat Muslim dari seluruh penjuru Bali mempercayai pengelolaan tempat tersebut, sehingga memilih memakamkan jenazah keluarganya disana.
Dalam sehari, rata-rata petugas penggali kubur bisa memakamkan empat orang, sehingga otomatis setiap tahun jumlah pelayat juga akan bertambah.
Baca juga: Khatib di Bali sampaikan pesan Idul Fitri untuk hidup lebih berkualitas
Untuk mendukung akses peziarah di Pemakaman Muslim Wanasari, yayasan pada tahun ini memperluas lahan makam dari 35 are bertambah 11,5 are menjadi sekitar 46,5 are.
Selain itu, melihat akses menuju toilet bertabrakan dengan pelayat yang hendak mencari makam keluarganya, pengelola berencana memindahkan fasilitas agar lebih mudah diakses.
Situasi lain yang terbaca adalah kepadatan di pintu masuk makam, sehingga perlu banyak pembenahan. Menurut Saharudin, kondisi ini terbaca setelah merasakan membeludaknya peziarah saat hari Idul Fitri tahun ini.
Salah satu peziarah bernama Sofyan Adi (42) mengatakan sengaja datang untuk menabur bunga dan mendoakan almarhum ayahnya tepat di hari raya.
Selain karena tradisi, menurutnya, momentum Idul Fitri adalah waktu yang tepat untuk datang, apalagi tahun ini tak ada pembatasan sama sekali.
“Biasa ziarah ke makam bapak, mengirim doa kepada yang sudah meninggalkan kita, momennya pas Idul Fitri, sekarang sudah seperti biasa, jadi sehabis Shalat Id ke makam dulu baru pulang,” ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024